Hari Ibu, Komunitas Generasi Milenial dan Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin Gelar Karya Sosial

Acara dalam memperingati Hari Ibu ini bertajuk “Lovely Day” atau Hari yang Indah.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 23 Des 2019, 12:03 WIB
Diterbitkan 23 Des 2019, 12:03 WIB
Hari Ibu, Komunitas Generasi Milenial dan Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin Gelar Karya Sosial
Doc: Istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Di Indonesia, Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Memberikan ucapan atau kado kepada ibu merupakan tradisi yang biasa dilakukan kebanyakan orang Indonesia untuk merayakan Hari Ibu. Berbeda dengan  Komunitas Sosial Generasi Milenial dan anggota BEM STAIMI  Minhaajurrosyidiin dari Ponpes Minhaajurrosyidiin yang menggelar karya sosial di Hari Ibu bertajuk “Lovely Day” atau Hari yang Indah.

Para relawan wanita membuktikan bahwa wanita mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini sesuai dengan tema Hari Ibu tahun 2019,  yaitu “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju”.

Karya sosial ini diisi dengan khitanan massal gratis di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, Lubang Buaya, bagi seratus anak usia 7-15 tahun diwarnai dengan berbagai hiburan bagi peserta khitan, pada Minggu, 22 Desember 2019. Hadir dalam acara tersebut Lurah Lubang Buaya H. Fatoni, S.H.; Camat Cipayung Fajar Eko Satrio, . Sos., M. Si.; dan Sekretaris Wali kota Jakarta Timur Drs. H. Usmayadi, M. Si.

 


Selanjutnya

Hari Ibu, Komunitas Generasi Milenial dan Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin Gelar Karya Sosial
Doc: Istimewa

Selain itu juga hadir ketua Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin sebagai tuan rumah Ir. K. H. Moh. Asy’ari Akbar, M.M. dan Rm. Johan Ferdinand Wijshijer selaku Pastor Paroki Lubang Buaya, Gereja Kalvari.

Para dokter dari Klinik Kalvari, Klinik Kampung Sawah-Servatius, Puskesmas Lubang Buaya, dan  Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin turut mendukung kegiatan ini. Sedangkan Komunitas Generasi Milenial,  mendampingi  peserta khitanan mulai dari pendaftaran sampai pemberian obat.

Mereka juga memberi edukasi tentang manfaat khitan secara medis maupun agama. Orang tua pun bahagia melihat anak-anak mereka mendapat kesempatan khitan dan merasa terbantu secara ekonomi.

 


Selanjutnya

Hari Ibu, Komunitas Generasi Milenial dan Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin Gelar Karya Sosial
Doc: Istimewa

Desy Nicola membuktikan bahwa sebagai wanita ia mendapatkan kesempatan untuk mengomandoi gelaran karya sosial ini, di tengah aktivitasnya sebagai ahli nuklir. Hal serupa dirasakan oleh Ewi, relawan wanita dari Komunitas Generasi Milenial.

“Komunitas Generasi Milenial angkatan pertama  sukses menggagas rekreasi bersama penyintas kanker dan gangguan hati kronis. Saya senang sekarang  angkatan kedua, yang bernama Cahaya Pelita ini dapat kolaborasi bersama Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin menyelenggarakan khitanan massal,” ucap Ewi.

“Terjun dalam karya sosial mengasah kepekaan dan rasa cinta yang besar pada kehidupan sehingga kegembiraan sesama dapat menjadi motivasi hidup seseorang,” tutur wanita tangguh ini di tengah kesibukannya sebagai guru.

Ir. K. H. Moh. Asy’ari Akbar, M.M. mengungkapkan respon positifnya.“Saya menyambut baik kegiatan ini karena kita membantu warga yang secara ekonomi terkendala untuk menjalankan perintah agama. Kegiatan ini bukti nyata hadirnya kerukunan beragama yang selalu terjaga di Indonesia.”

 


Selanjutnya

Hari Ibu, Komunitas Generasi Milenial dan Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin Gelar Karya Sosial
Doc: Istimewa

Hal senada juga diungkapkan Romo Johan Ferdinand Wijshijer sebagai motivator komunitas Gen-M ini. ”Saya sangat senang. Ini melampaui toleransi, adanya persahabatan dan kesempatan antara pihak gereja dengan pondok pesantren untuk bekerja sama,” serunya bangga. Ia berharap pada 2020 mendatang, kerja sama baik ini dapat terjalin kembali.

Ayutasari, perwakilan BEM juga bersemangat terlibat dalam acara ini. “Ini hal baru buat aku, tantangan baru menyiapkan hiburan untuk anak-anak bersama dengan teman baru juga,” ungkapnya senang.

Aksi penuh empati ini  juga memberi kebahagiaan personal untuk para relawan agar terpacu berbuat lebih banyak lagi kegiatan sosial bagi sesama.

Penulis:

Yustina Anastasia Periyanti dan Patricia Astrid Nadia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya