Bisa Diturunkan, Kisah Wanita yang Takut Anaknya Alami Depresi Seperti Dirinya

Meski belum dapat dipastikan genetik depresi dapat diturunkan, ibu ini merasa khawatir lihat tingkah laku si anak.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 21 Agu 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2020, 10:00 WIB
Anak depresi
Anak depresi ? ilustrasi/copyright pexels.com/pixabay.com

Liputan6.com, Jakarta Gangguan kesehatan mental bisa alami ketika terlalu banyak energi negatif yang menyelimuti Anda. Latar belakang yang menyedihkan hingga berdampak pada trauma, ini dimungkinkan gejala Anda mengalaminya.

Selain itu, genetik depresi yang dialami keluarga terdekat juga dimungkinkan menular terhadap sekitarnya. Meski belum dapat dipastikan, tetapi hal ini dapat terjadi.

Depresi yang paling umum dialami seseorang yakni depresi klinis. Depresi jenis ini membuat penderitanya mengalami gangguan depresi mayor. Dikutip dari Healthline, fakta yang perlu diketahui bahwa seseorang yang mempunyai kerabat menderita depresi tersebut diperkirakan berpotensi 5 kali lebih mungkin terkena depresi yang sama.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh peneliti Inggris dari Stanford Unversity menemukan lebih dari 800 keluarga di Amerika mengalami depresi berulang. Dengan hasil ini mengatakan 40 persen penderita depresi dapat dihubungkan ke genetik, sedang 60 persen dari faktor lingkungan.

Baru-baru ini terdapat cuitan di lini Twitter, seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya berusia 5 tahun alami depresi yang sama dengan dia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Gejala-Gejalan yang Dialami Sang Anak

Depresi
5 Cara Agar Anak Tak Tertular Problem Depresi Orang Tua

Walaupun hal ini masih prediksi, tetapi ibu mulai curiga melihat tingkah laku si anak. Lewat akun Twitter @Hujandisenja menceritakan kondisi anaknya yang tiba-tiba saja mengalami kesedihan mendalam dan terdiam tanpa diketahui penyebabnya. Dari kejadian tersebut si ibu mulai khawatir dan takut anaknya mengalami depresi seperti dirinya.

Merasa khawatir melihat anaknya murung, ia bertanya penyebab si anak sedih. Ketika ditanyai, buah hatinya pun tidak bisa menjelaskan. Tidak tega melihatnya, dia pun mengajak anaknya membuat roti.

Niatnya menghibur, si anak malah tetap termenung tanpa kata-kata. Sembari menunggu roti matang, ia meminta ke kamar sambil menonton kartun 'Molang', tetapi ia tetap diam. Padahal, adiknya kegirangan menontonnya.

Melihat hal tersebut, si ibu bercerita kepada suaminya untuk segera dibawa ke psikolog. Sebab firasatnya mengatakan bahwa mental anak tengah tidak sehat. 

Puncak kesedihan bocah tersebut saat hendak dimandikan oleh sang ibu, dirinya terdiam di depan pintu sambil berkata.

     "Ibu aku sedih tapi gatau kenapa, jangan tinggalin aku sendirian," ucap si anak.

Setelah itu, gadis cilik tersebut terus-menerus hanya meminta dipeluk dan ditemani. Bahkan, ketika ibunya pergi mandi, anaknya meminta ibu untuk cepat kembali. Selama si kecil sedih, ia belum pernah melihat menangis berlarut-larut hingga tertidur pun sesunggukan tangisannya masih terdengar. 

Respon Warganet

Unggahan tersebut mengundang simpati warga jejaring sosial. Banyak dari mereka yang mengalami hal yang sama menanggapinya dengan berbagai respon. 

"Ah mba, itu yg aku khawatirin jg Loudly crying face ngerasain kyk gini takut anakku ngalamin jg, secara genetik mungkin. Tp enaknya mba, kita sebagai orang tua bisa langsung aware sm sign yg dikasih :") at least kita bisa bantu anak kita lebih cepat dibanding kita yg jatuh bangun dulu sendirian," tulis akun @ketekbetmen.

"Aku jg gini sering nangis tbtb ga ada sebab, terus bingung sendiri sebenernya aku ini nangis grgr apa si? ga perna berani buat cerita ke siapapun even ortu. krn aku tau mereka jg ga peduli sm aku. mau bilang minta ke psikiater jg pasti dikatain gila. pengalaman wkt itu sempet," kata akun @greetelz.

"Dulu saya suicidal juga, anxiety antisipatorik. Sempat kontrol psikiater 1 tahun tapi gak membaik.. ternyata ortu saya juga pernah anxiety. Akhirnya saya ruqyah, skrg membaik. Saran Ini untuk yang percaya kuasa Tuhan aja yah," sahut akun @Jubir_netizen.

"Jadi inget dulu wkt kecil sering ngalamin gini juga. Maunya dkt mama, sering sedih berkepanjangan, tp krn mama gak pernah bisa lama2 di rmh jd mikirnya sedih krn ditinggal mama aja. Ternyata itu berkembang jd hal lain yg orgtua sy gak sadari. Semangat Dek, km punya ibu yg hebat," ucap akun @sugaacrush.

"Kdng ini alesan aku pengen konsul ke psikolog, krn gamau diagnosa/berasumsi sendiri(krn sering baca² lewat google). Aku ngerasa kl mentalku ga baik² saja, suka sedih ga jelas, hal sepele bisa jd marah besar, mudah tersinggung dg hal kecil dll," tutur akun @calon_istrimuu.

 

Penulis 

Ignatia Ivani 

Universitas Multimedia Nusantara

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya