Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kucing dapat membedakan suara pemiliknya dari suara orang asing, sekaligus mampu mengidentifikasi kapan pemiliknya secara khusus berbicara dengan mereka.
Temuan ini adalah yang terbaru yang menunjukkan bahwa kucing memang dapat membentuk ikatan sosial yang kuat dengan manusia.
Baca Juga
Charlotte de Mouzen dan timnya di Laboratorium Etologi dan Kognisi Perbandingan Universitas Paris Nanterre selama bertahun-tahun mempelajari seluk-beluk hubungan kucing dengan manusia.
Advertisement
Awal Oktober ini misalnya, mengutip Gizmodoo, mereka menerbitkan penelitian yang menemukan bahwa pemilik kucing, seperti halnya pemilik anjing, cenderung memiliki suara yang berbeda ketika berbicara dengan kucing kesayangan mereka. Biasanya, mereka meningkatkan nada suara mereka saat berbicara dengan peliharaannya.
Penelitian baru ini, yang diterbitkan Senin (24/10/2022) di jurnal Animal Cognition, memperlihatkan sisi kucing yang berbeda dari interaksi ini.
Sebelum penelitian ini, eksperimen pada 2017 dan 2018 menemukan bahwa saat pemilik hewan peliharaan menggunakan ‘dog talk’, seperti berkata ‘Who’s a good boy?’.
Hal tersebut membuat peliharaannya memberikan respon dengan perilakunya. Anjing tertarik akan hal itu dan bahkan dilaporkan anjing akan merasa lebih sayang kepada pemiliknya.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa manusia jika menggunakan kode tertentu saat berbicara dengan kucing mereka, atau dekat-dekat dengan kucing mereka dengan lebih sensual, menandakan kedekatan dan keramahan pemilik dan kucing peliharaannya. Meskipun tidak jelas apakah kucing peduli atau tidak dengan hal tersebut.
Namun, eksperimen kali ini adalah yang pertama dalam mengeksplorasi bagaimana kucing merespons ucapan yang khusus ditujukkan untuk kucing dan bukan untuk kucing.
Mirip dengan anjing, para peneliti menemukan bahwa kucing dapat membedakan antara ucapan yang diarahkan pada manusia lain, dan ucapan yang secara khusus ditujukan kepada mereka.
Eksperimen
Tim peneliti berhasil mengumpulkan 16 kucing untuk menjadi sampel eksperimen mereka, yang sebagian besar dilaksanakan di dalam rumah kucing.
Para peneliti merencanakan tiga skenario, ketiganya melibatkan kucing-kucing tersebut untuk mendengarkan suara yang telah direkam sebelumnya, baik suara dari pemiliknya ataupun orang asing.
Selama masa eksperimen, kucing-kucing tersebut akan diperdengarkan tiga rekaman suara yang identik dan suara yang berbeda pada rekaman keempat, lalu kembali ke rekaman asli untuk kelima kalinya.
Jika pada rekaman keempat kucing merespon dengan merubah perilakunya dan kembali berubah pada rekaman kelima, hal tersebut menunjukkan bahwa kucing mampu membedakan suara-suara tersebut.
Pada skenario pertama, kucing-kucing mendengarkan suara orang asing yang telah direkam sebelumnya dengan memanggil nama mereka, lalu kembali diperdengarkan suara orang asing.
Sepuluh dari 16 kucing memiliki perubahan perilaku yang mencolok seperti menggerakkan telinga mereka ke arah suara, pupil mata yang melebar, atau hanya bergerak ketika mendengar suara pemiliknya. Perilaku tersebut kemudian ia lakukan ketika kembali mendengar suara orang asing.
Skenario kedua, kucing-kucing mendengarkan pemiliknya mengucapkan kalimat yang ditujukan kepada manusia lain, kemudian mendengarkan satu rekaman pemiliknya berbicara dengan jelas kepada kucing. Lalu, yang ketiga, mereka mendengarkan orang asing melakukan hal yang sama.
Lalu, saat kucing-kucing ini mendengar pemiliknya berbicara dengan ‘cat talk’, peneliti melihat perubahan perilaku pada 10 dari 16 kucing. Delapan dari 10 kucing tersebut bereaksi dengan jelas pada percobaan pertama. Namun, intensitas perubahan perilaku kucing tersebut tetap sama ketika mereka mendengar suara orang asing. Bahkan, setelah orang asing tersebut melakukan ‘cat talk’.
Advertisement
Memahami
Secara keseluruhan, de Mouzon mengatakan kepada Gizmodo, temuan ini menunjukkan bahwa kucing benar-benar memahami dan mendengarkan bahasa manusia. Tetapi, hanya dari orang-orang yang sudah mereka kenal.
“Kami menemukan bahwa kucing dapat membedakan ucapan yang secara khusus hanya ditujukkan pada mereka oleh pemiliknya, dan ucapan dari pemiliknya untuk manusia yang lain,” kata de Mouzon.
Hasil ini cukup mengejutkan bagi de Mouzon dan timnya. Beberapa penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa anjing juga dapat mengidentifikasi dan merespons ‘doggy talk’ bahkan, ketika diucapkan oleh orang asing. Peneliti juga memperkirakan bahwa hal yang sama berlaku untuk kucing dalam penelitian mereka, yang ternyata tidak terjadi.
Perbedaan ini bisa jadi merupakan tanda bahwa kucing peliharaan tidak bertemu dengan banyak orang baru seperti halnya anjing. Jadi, mungkin saja kucing yang memiliki lebih banyak interaksi dengan manusia di luar rumah akan mengenali dan merespons secara berbeda terhadap pembicaraan kucing dari orang asing.
Reaksi Kucing
Studi ini merupakan tantangan yang besar karena harus menafsirkan temuan dari perilaku hewan. Pasalnya, para ilmuwan tidak dapat bertanya kepada hewan apa yang mereka pikirkan. Studi ini juga memiliki ukuran sampel yang relatif kecil.
Tetapi, de Mouzon merasa bahwa desain eksperimental mereka, yang digunakan untuk mempelajari bagaimana bayi dan hewan lain memandang dunia memiliki kesimpulan yang tepat. Meskipun penelitian ini tidak membuktikan bahwa kucing membentuk hubungan sosial yang unik dengan manusia, ini bukan satu-satunya penelitian yang menunjukkan hal itu terjadi, catatnya.
“BUkti ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara kucing dan manusia. Saya pikir itu penting untuk diingat, karena selama beberapa dekade, kita berpikir bahwa kucing adalah makhluk yang sangat mandiri. Kucing biasanya menginginkan makanan dan tempat berlindung saja tanpa peduli dengan manusia,” kata de Mouzon.
“Fakta bahwa mereka menunjukkan reaksi khusus terhadap cara kita berbicara dengan mereka berarti, saya pikir, bahwa kita adalah sesuatu yang lebih dari sekadar penyedia makanan di dunia mereka,” tambahnya.
De Mouzon berencana untuk terus mempelajari bagaimana kucing dan manusia berinteraksi. Dia sudah mulai melakukan lebih banyak penelitian ke berbagai bidang komunikasi yang berbeda di luar vokal, seperti isyarat visual dan taktil (sentuhan) antara pemilik dan kucing mereka.
Advertisement