Liputan6.com, Doha - Piala Dunia Qatar 2022 telah diselimuti kontroversi sejak FIFA, Badan Pengatur Sepak Bola Internasional, menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2010.
Namun, salah satu kontroversi terbesar yang paling bergema akhir-akhir ini mengenai perlakuan Qatar terhadap orang-orang dari komunitas LGBT. Hal ini telah menjadi topik hangat selama turnamen Piala Dunia 2022.
Baca Juga
Terlebih saat Inggris dan tujuh negara Eropa lainnya diberitahu untuk tidak mengenakan ban lengan 'OneLove' selama pertandingan, beberapa hari sebelum Piala Dunia 2022 dimulai.
Advertisement
Penyerang andalan sekaligus kapten Inggris, Harry Kane akhirnya memilih untuk tidak mengenakan ban lengan tersebut. Apabila masih kekeuh mengenakannya, akan diberi sanksi dengan kartu kuning dan kemungkinan hukuman lainnya.
Kepala Komite Piala Dunia Qatar 2022, Hassan Al-Thawadi, telah berbicara mengenai masalah ban 'OneLove'.Â
"Jika itu dilakukan secara khusus untuk Qatar, saya punya masalah dengan itu. Jika itu adalah sesuatu yang akan dilakukan dan negara-negara Eropa akan memakainya terus-menerus maka itu terserah mereka," kata Al-Thawadi dalam wawancaranya bersama Piers Morgan untuk Talk TV dikutip dari Talk Sport pada Rabu, 30 November 2022.
Mengenai kartu kuning bagi mereka yang mengenakan ban lengan 'OneLove', Al-Thawadi, mengatakan,"Ini adalah keputusan yang dibuat FIFA antara mereka dan negara-negara Eropa dan itu menjadi pertentangan. Itu adalah diskusi di antara mereka.".
Aman Bagi Semua Orang untuk Berada di Qatar
Dalama wawancaranya, ketika dirinya ditanya mengenai kaum gay yang menunjukan 'kemesraan' di depan publik, Al-Thawadi mengatakan bahwa keintiman di depan umum bukanlah bagian dari budaya mereka.Â
"Budaya kami sangat konservatif," katanya.
Lebih lanjut, dia, mengatakan,"Berpegangan tangan di jalanan tidak masalah. Berpegangan tangan di jalanan bagi siapa pun tidak masalah.".
Bahkan, Al-Thawadi menekankan bahwa aman bagi kaum gay untuk berada atau tinggal di Qatar.
"Aman bagi semua orang untuk berada di Qatar. Dengan tegas, ya. Saya pikir aman bagi semua orang untuk tinggal di Qatar," ujarnya
"Dari posisi kami, dan posisi pribadi saya, kami selalu mengatakan bahwa semua orang diterima (di Qatar)," Al-Thawadi menambahkan.
Kemudian dia menjelaskan bahwa pihaknya telah bekerja keras untuk menciptakan lingkungan dan untuk memastikan bahwa orang-orang dari semua bagian dunia, semua lapisan masyarakat datang ke Qatar, dapat terlibat dan berinteraksi dengan aman bersama orang-orang dari dunia Arab dan Timur Tengah.
"Meski kami mungkin tidak setuju pada hal-hal tertentu tapi semua orang disambut," katanya.
"Intinya adalah untuk menerima kenyataan bahwa kita tidak akan melihat mata ke mata tapi kita masih bisa saling menghormati satu sama lain dan masih menemukan cara untuk bergerak maju, merayakan bersama." tutupnya.
"Everybody's welcome... we won't see eye to eye but we can still have mutual respect for each other."World Cup chief Hassan Al-Thawadi says it's safe for gay people to live in Qatar.@piersmorgan | @TalkTV | #PMUQatar pic.twitter.com/hwp9lrbzlq
— Piers Morgan Uncensored (@PiersUncensored) November 28, 2022
Advertisement
Qatar Terhadap Kaum LGBT
Panitia penyelenggara Piala Dunia dan FIFA sebelumnya telah memberikan larangan ketat terkait penggunaan ban kapten yang bertulisan 'One Love'.
One Love itu sendiri merupakan salah satu kampanye untuk menyuarakan kebebasan bagian komunitas LGBT. Pasalnya hal tersebut sangat bertolak belakang dengan pemerintahan Qatar.
Qatar sebelumnya dengan tegas menyatakan sikap mereka kepada kaum LGBT. Kepala Keamanan Piala Dunia 2022, Abdullah Al Nasari mengharamkan simbol maupun bentuk kampanye lain dari kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Qatar.
Al Nasari menyatakan tidak akan bertoleransi mengenai apapun yang berkaitan dengan LGBT selama Piala Dunia 2022 berlangsung.
"Jika Anda ingin mengungkapkan pandangan Anda mengenai LGBT, lakukanlah dalam masyarakat yang bisa menerima hal itu. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat [kami]. Kami tidak akan pindah agama [hanya karena Piala Dunia] selama 28 hari,"Â katanya seperti dikutip dari Sportsration.
Â
Kontroversi dan Isu HAM
Al Nasari juga mengatakan akan melakukan tindakan tegas andai simbol terkait kelompok LGBT muncul di stadion yang menghelat Piala Dunia 2022. Ia memastikan tindakan harus dilakukan sebagai pencegahan akan dampak buruk yang berpotensi terjadi.
"Jika seorang penggemar mengibarkan bendera pelangi di stadion dan bendera itu diambil, itu bukan karena kami ingin menyinggungnya tetapi untuk melindunginya," kata Al Nasari.
"Jika tidak (diambil) penonton lain bisa menyerangnya. Jika Anda membeli tiket, itu untuk menyaksikan pertandingan sepak bola dan bukan untuk berdemonstrasi," pungkasnya.
Advertisement