Liputan6.com, Jakarta - Anda dan saya mungkin sependapat bahwa matematika adalah pelajaran sulit. Mau sepelan apa pun guru menjelaskan materi tersebut, otak rasa-rasanya tak punya kemampuan untuk mencernanya.
Kemudian muncul sebuah pertanyaan 'kenapa pelajaran matematika sulit?'.
Baca Juga
Mungkin Anda dapat menjawab hal ini dengan alasan metode pengajaran yang salah atau tidak memiliki minat dalam berhitung. Bisa juga Anda menjawab ini dengan alasan 'Math Anxiety', yang memengaruhi banyak siswa.
Advertisement
Bahkan, Anda bisa menjawab dengan alasan kondisi medis yang membuat matematika menjadi sulit seperti diskalkulia.
Namun, penjelasan lain, seperti dikutip dari Live Science, ternyata alasan neurotransmiter juga dapat memengaruhi kenapa matematika susah.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam PLOS Biology, para peneliti mengeksplorasi bagaimana tingkat GABA dan glutamat otak berhubungan dengan kemampuan matematika dari waktu ke waktu pada siswa dari berbagai usia.Â
Hasilnya menunjukkan bahwa kadar neurotransmiter ini dapat memprediksi kinerja siswa pada tes matematika.
Namun, hubungan ini tampaknya berbalik seiring bertambahnya usia. GABA dan glutamat bertanggung jawab untuk mengatur aktivitas otak.Â
Pada otak dewasa, GABA adalah neurotransmiter penghambat utama otak, membantu memblokir impuls antara sel-sel saraf di otak, yang dapat menenangkan perasaan stres, cemas, atau takut.Â
GABA terbuat dari glutamat, neurotransmiter rangsang utama otak yang membantu mengirim sinyal ke seluruh sistem saraf pusat.
Para peneliti telah lama mengetahui bahwa neurotransmiter ini memainkan peran penting dalam pembelajaran, perkembangan, dan neuroplastisitas.
Hal ini karena neurotransmiter tersebut dianggap membantu memicu jendela perkembangan atau 'periode sensitif', saat sistem saraf menjadi lebih plastis dan lebih mampu memperoleh keterampilan kognitif tertentu.
"Sebenarnya, periode sensitif bervariasi untuk fungsi yang berbeda, dengan kemampuan yang relatif sederhana (misalnya, integrasi sensorimotor) yang terjadi lebih awal dalam perkembangan," tulis para peneliti.
GABA, Glutamat, Matematika
Sebenarnya, hubungan yang tepat antara GABA, glutamat, dan fungsi kognitif yang kompleks masih belum jelas.Â
Studi baru ini mengeksplorasi hubungan itu dengan berfokus pada hubungan antara neurotransmiter dan kemampuan matematika.Â
"Studi ini mengeksplorasi neurotransmiter dengan kemampuan matematika yang unik untuk menguji berbagai pertanyaan tentang hal ini, karena periode akuisisi keterampilan yang berlarut-larut yang sudah dimulai sejak masa kanak-kanak awal dan dapat berlanjut selama hampir dua dekade," tulis para peneliti.
Penelitian ini menyoroti bagaimana tingkat neurotransmiter pada berbagai tahap perkembangan berkontribusi untuk mempelajari beberapa keterampilan kognitif, seperti matematika.
Para peneliti mencatat bahwa memperoleh keterampilan lain mungkin melibatkan proses yang berbeda.
Advertisement
Hasil Penelitian GABA dan Glutamat
Studi terbaru yang dilakukan para peneliti adalah mengukur tingkat GABA dan glutamat di sulkus intraparietal kiri dari 255 siswa, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Para peserta menyelesaikan tes matematika saat otak mereka dicitrakan. Sekitar satu setengah tahun kemudian, para peserta mengulangi proses yang sama.
"Desain longitudinal memungkinkan kami untuk memeriksa lebih lanjut apakah konsentrasi neurotransmitter terkait dengan MA (kemampuan matematika) serta memprediksi MA di masa depan," tulis para peneliti.Â
"Adopsi desain ini memungkinkan kami untuk melihat efek selektif glutamat dan GABA dalam menanggapi stimulasi lingkungan alami (yaitu, belajar di sekolah) daripada buatan, sehingga memungkinkan kami untuk menguji pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen berbasis laboratorium dalam pengaturan ekologi yang tinggi," lanjut mereka.Â
Â
Â
Pentingnya Matematika
Dikenal karena susah, sebenarnya matematika penting dalam hidup kita sehari-hari.
Melansir Liputan6.com, Rektor Universitas Tarumanegara, Prof Dr Ir Agustinus Purna Irawan I P M, menjelaskan terkait pentingnya ilmu matematika untuk kehidupan.
Menurutnya, ilmu matematika sangat luas dan banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, ada keberlanjutan dalam aplikasi matematika.
"Ada yang menggunakan matematika secara langsung, seperti jurusan teknik, teknologi, komputer, dan lain-lain," kata Purna dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 14 April 2022.
"Namun, jangan lupa ada juga yang tidak langsung. Di bidang sosial, matematika diperlukan untuk membuat statistik, analisis kuantitatif, hingga urusan bisnis seperti saham, bunga, dan produksi," dia menambahkan.
Pentingnya matematika bagi kehidupan juga disampaikan Kurnia Widhiatuti atau akrab disapa Bunda Kurnia.
Trainer Parenting Nasional ini, menyebut, ahli matematika zaman lampau, Al-Kindi, bahkan mengatakan bahwa matematika adalah mukadimah (pengantar) bagi masyarakat untuk memahami filsafat kehidupan.
Advertisement