8 Jenis Primata Ini Dianggap Paling Berbahaya di Dunia

Primata, ordo hewan dalam Mamalia, mencakup manusia dan spesies menarik seperti gorila dan lemur tikus Madame Berthe. Keberagaman ukuran dan perilaku membawa risiko interaksi, membutuhkan pemahaman mendalam. Melalui penelitian, identifikasi perilaku berpotensi berbahaya dan langkah-langkah pencegahan dapat dibuat, menciptakan lingkungan harmonis antara manusia dan primata.

oleh Haneeza Afra Nur Zhafirah diperbarui 31 Jan 2024, 12:01 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2024, 11:53 WIB
Primata
Foto: Wikipedia

Liputan6.com, Jakarta Primata, sebagai salah satu ordo hewan dalam kelas Mamalia, memiliki peran penting dalam keragaman hayati Bumi. Manusia, sebagai anggota primata, menduduki posisi unik di dalamnya. Ordo primata juga mencakup sejumlah spesies menarik lainnya, seperti bayi semak, monyet, dan kera. 

Dari yang besar hingga yang kecil, primata memiliki berbagai ukuran dan karakteristik yang membedakan satu spesies dari yang lain. Sebagai contoh, gorila dapat mencapai berat lebih dari 400 pon, sementara lemur tikus Madame Berthe, yang terkecil di antara mereka, hanya memiliki berat satu ons.

Keberagaman ini membuka pintu bagi tingkah laku yang berbeda, dan seperti pada banyak kelompok makhluk hidup lainnya, ada beberapa primata yang mungkin lebih berpotensi bahaya bagi manusia dibandingkan yang lainnya. Tingkah laku dan kemampuan fisik tertentu dari beberapa spesies primata dapat menimbulkan risiko jika berinteraksi dengan manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami lebih lanjut mengenai jenis-jenis primata yang memiliki potensi bahaya tersebut.

Melalui penelitian dan pemahaman yang lebih mendalam, kita dapat mengidentifikasi perilaku khusus yang harus diwaspadai saat berurusan dengan primata tertentu. Dengan demikian, dapat diambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk meminimalkan risiko potensial yang dapat timbul dari interaksi manusia dengan primata berpotensi berbahaya. Dengan memahami ekologi dan perilaku primata, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi kedua belah pihak.

Merangkum dari a-z-animals.com, artikel ini akan membahas satu per satu jenis primata tersebut!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


8. Gorila

Primata
Foto: Wikipedia

Meskipun dalam dunia film gorila seringkali digambarkan sebagai musuh menakutkan, kenyataannya, gorila pada umumnya adalah makhluk yang damai. Mereka cenderung menjalani hidupnya dengan tenang, namun ketika merasa terancam, reaksi defensifnya dapat menjadi potensi bahaya bagi manusia. 

Hal ini terutama disebabkan oleh ukuran dan kekuatan fisik gorila yang luar biasa. Dengan kekuatan sekitar 20 kali lebih besar dari manusia, gorila memiliki kemampuan mengangkat beban yang mencapai 1.800 pon, menciptakan situasi yang berpotensi berbahaya jika tidak dihadapi dengan hati-hati.

Meskipun jarang terjadi laporan mengenai gorila menyerang manusia, sebagian besar kekerasan yang tercatat ditujukan kepada sesama gorila. Hanya terdapat tiga insiden tercatat sebelum tahun 2000 di mana gorila menyerang manusia di alam liar. Meski gambaran di penangkaran serupa, ada indikasi bahwa lingkungan penangkaran yang penuh dengan pengunjung dapat meningkatkan tingkat stres pada gorila dan secara tidak langsung membuat mereka lebih agresif. 

Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan bijaksana dan pengelolaan yang hati-hati untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan gorila di penangkaran dan lingkungan alaminya.


7. Kukang

Primata
Foto: Wikipedia

Kukang, satu dari enam mamalia berbisa di seluruh dunia, menjadi sorotan unik karena menjadi satu-satunya primata yang juga memiliki kemampuan berbisa. Meskipun penampilan mereka sering dikaitkan dengan keimutan, tidak boleh diabaikan bahwa mereka dapat menjadi sumber potensi bahaya. Gigi seri kukang, yang tajam dan ideal untuk mengalirkan racun, menyebabkan dampak serius pada mereka yang tergigit. 

Hasil survei pada praktisi yang menangani kukang antara tahun 2016 dan 2017 mencatat 54 kasus gigitan, dengan 15 orang memerlukan perawatan medis. Beberapa mengalami syok anafilaksis, sementara yang lain melaporkan sensasi kesemutan dan nyeri, menyoroti dampak signifikan dari gigitan kukang.

Muncul pertanyaan seputar evolusi racun pada kukang, dengan dugaan bahwa ini mungkin merupakan mekanisme pertahanan alamiah terhadap predator. Menariknya, manusia dianggap sebagai predator oleh kukang, memperumit interaksi potensial antara spesies ini. Dengan pemahaman lebih lanjut tentang perilaku dan kebiasaan kukang, upaya pencegahan dan keamanan dapat diambil untuk mengurangi risiko interaksi yang berpotensi berbahaya.

Pentingnya menyadari potensi bahaya kukang dalam konteks konservasi dan penanganan hewan ini menekankan perlunya pendekatan yang hati-hati dan penelitian lebih lanjut untuk melindungi baik manusia maupun kukang itu sendiri.


6. Kera Rhesus

Primata
Foto: Wikipedia

Kera rhesus, yang dikenal sebagai Macaca mulatta, merupakan monyet Dunia Lama yang mendiami India dengan jumlah yang signifikan. Terlepas dari keberadaannya yang umum di perkotaan, di mana mereka hidup berdekatan dengan manusia, interaksi ini seringkali menimbulkan konflik berpotensi berbahaya. Meskipun ukuran mereka hampir sebanding dengan anak manusia berusia enam bulan, kera rhesus tidak memiliki rasa takut terhadap manusia, menciptakan situasi yang dapat membahayakan.

Sejumlah laporan berita di India khususnya menggambarkan insiden-insiden serangan kera rhesus terhadap manusia. Salah satu kejadian mencatat Wakil Walikota Delhi, S.S. Bajwa, yang terdorong keluar dari sebuah gedung oleh kera rhesus, mengakibatkan cedera fatal. Kejadian tragis lainnya termasuk penangkapan dan lemparan seorang bayi berusia empat bulan dari ketinggian oleh kera rhesus. 

Pada Oktober 2023, sekelompok 200 orang kera rhesus mengamuk di sekitar kota di India, mencari makanan dan menyerang manusia dengan cakar dan gigi tajam. Serangan serupa terjadi di Jepang, menyebabkan lima puluh orang terluka akibat agresi kera rhesus.

Dengan meningkatnya insiden konflik antara manusia dan kera rhesus, perlu adanya upaya konservasi dan manajemen populasi yang hati-hati untuk mengurangi risiko dan melindungi kesejahteraan keduanya.


5. Mandrill

Primata
Foto: Wikipedia

Mandrill (Mandrillus Sphinx) adalah primata berukuran sedang yang mencuri perhatian dengan warna cerah dan mencolok pada wajah dan bokongnya. Meskipun beratnya sebanding dengan kera, mencapai hingga 60 pon, mandrill sebenarnya adalah sejenis monyet yang memiliki keunikannya sendiri. Salah satu ciri khas mereka adalah serangkaian gigi yang mengesankan, termasuk gigi taring atas yang dapat tumbuh hingga panjang mencapai 2,5 inci. Kombinasi antara kekuatan fisik dan gigitan yang kuat membuat mandrill memiliki potensi menyebabkan kerusakan serius pada tubuh manusia.

Salah satu perilaku menarik mandrill adalah saat mereka berburu bayi duiker. Dalam aksi ini, mereka menggunakan kaki belakang mereka untuk menarik dan mengejar mangsanya. Meskipun seringkali pemalu dan tertutup, mandrill dapat menjadi agresif dan menyerang ketika merasa terancam. Interaksi dengan manusia dapat menjadi tantangan, terutama di wilayah di mana manusia dan mandrill berbagi habitat. Perlu pemahaman dan pendekatan yang hati-hati untuk mencegah konflik yang berpotensi membahayakan kedua belah pihak.

Dalam upaya untuk melindungi kedua spesies dan memastikan koeksistensi yang aman, penelitian lebih lanjut tentang perilaku mandrill dan langkah-langkah konservasi di wilayah habitat mereka menjadi semakin penting. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan mandrill di lingkungan mereka.


4. Babon

Primata
Foto: Wikipedia

Babon, monyet Dunia Lama yang hidup di beberapa wilayah di Afrika dan Arab, adalah hewan yang bersemangat dan suka bersosialisasi. Meskipun seukuran sedang hingga besar dengan tinggi sekitar 30 inci, mereka memiliki kekuatan yang luar biasa. Babon terdiri dari lima spesies yang berbeda, semuanya dilengkapi dengan gigi taring dan cakar tajam. Meskipun alamiahnya pemalu, mereka dapat menjadi sangat agresif terutama saat lapar atau merasa terprovokasi. Keberanian dan kemampuan mereka untuk membobol rumah manusia membuatnya seringkali menjadi ancaman di daerah yang mereka huni.

Serangan babon tidak jarang terjadi, dan mereka dapat mengambil langkah-langkah ekstrim, seperti melemparkan batu ke arah para pendaki, menculik dan melukai bayi berusia tiga bulan, serta menyerang bayi berusia 18 bulan di Afrika. Tingkah laku ini menunjukkan tingkat kecerdikan dan adaptabilitas babon dalam mencari makanan, yang pada gilirannya dapat membahayakan manusia. Dalam mengatasi konflik potensial ini, perlu dilakukan pendekatan konservasi dan manajemen habitat yang bijaksana untuk menjaga keseimbangan antara keberlanjutan populasi babon dan keamanan manusia di wilayah-wilayah tersebut.

Pentingnya memahami perilaku dan habitat babon adalah kunci dalam mengelola potensi risiko dan mencegah serangan. Dengan menggabungkan upaya konservasi dan pendekatan pencegahan yang berkelanjutan, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi manusia dan babon.


3. Monyet Laba-laba

Primata
Foto: Wikipedia

Monyet laba-laba, primata besar dan lincah yang merupakan spesies asli hutan hujan Amazon, menyajikan keindahan alam liar dengan keunikan dan vitalitasnya. Di habitat alaminya, interaksi antara monyet laba-laba dan manusia sangat jarang terjadi, dan serangan bahkan lebih langka. Namun, permasalahan muncul ketika monyet-monyet ini dipelihara di penangkaran atau bahkan dijadikan hewan peliharaan. Meskipun bayi monyet laba-laba terlihat menggemaskan, penting untuk diingat bahwa mereka bukanlah hewan peliharaan yang tepat.

Monyet laba-laba memiliki sifat tidak menentu dan kekuatan yang dapat membahayakan manusia. Meskipun beratnya hanya sekitar 24 pon, mereka dilengkapi dengan gigi tajam yang dapat menyebabkan luka serius. Beberapa catatan serangan terhadap manusia oleh monyet laba-laba peliharaan menyiratkan bahayanya memelihara primata ini di lingkungan manusia. 

Contohnya, Spanky, monyet laba-laba peliharaan yang melarikan diri di Florida pada tahun 2018, menyerang seorang pekerja Home Depot. Kejadian serupa terjadi di kebun binatang Meksiko ketika seorang gadis muda diserang oleh monyet laba-laba yang menjambak rambutnya. Insiden seperti ini memperlihatkan risiko yang terkait dengan pemeliharaan monyet laba-laba sebagai hewan peliharaan.

Menghindari potensi bahaya yang terkait dengan monyet laba-laba sebagai hewan peliharaan adalah solusi yang jelas. Mendorong kesadaran akan sifat alamiah mereka dan risiko yang terkait dapat membantu mengurangi permintaan untuk memelihara primata ini. Upaya pendidikan dan regulasi yang ketat terhadap perdagangan hewan peliharaan eksotis juga dapat berkontribusi untuk melindungi kesejahteraan hewan dan keamanan manusia.


2. Simpanse

Primata
Foto: Wikipedia

Simpanse, kerabat terdekat manusia yang masih hidup dengan persentase DNA hingga 98 persen serupa, merupakan primata yang cerdas dan memiliki kemiripan ukuran dengan manusia. Dengan tinggi mencapai 5,5 kaki dan berat sekitar 130 pon, simpanse menunjukkan dimensi tubuh yang serupa dengan manusia pada umumnya. Kecerdasan simpanse juga menjadi ciri menonjol, tetapi semakin sering konflik muncul dengan populasi manusia, terutama ketika habitat mereka terancam. Keadaan ini paling mencolok di Uganda, di mana laporan mengerikan tentang serangan simpanse terhadap manusia, khususnya anak-anak, mengejutkan.

Di beberapa daerah di Uganda, serangan simpanse terhadap manusia telah menyisakan jejak kejadian tragis. Laporan mengungkapkan bahwa sekelompok simpanse di Kagadi telah menculik bayi-bayi dari desa dan bahkan membunuh mereka. Kejadian-kejadian ini menyoroti seriusnya konflik antara manusia dan simpanse yang mungkin terkait dengan perubahan habitat dan peningkatan ketegangan dalam bersaing untuk sumber daya. Lebih dari 10 anak berusia antara satu dan lima tahun dilaporkan tewas akibat serangan simpanse di Kagadi, sementara lebih dari 20 anak mengalami luka parah. Realitas tragis ini menegaskan perlunya langkah-langkah konservasi dan manajemen konflik untuk memitigasi risiko dan melindungi kedua belah pihak.

Melindungi simpanse dan manusia melibatkan upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat setempat. Pendidikan masyarakat tentang perilaku dan kebutuhan simpanse, bersama dengan peningkatan pengawasan dan regulasi, dapat membantu menciptakan lingkungan di mana manusia dan simpanse dapat hidup berdampingan dengan aman.


1. Monyet Kapusin

Primata
Foto: Wikipedia

Monyet kapusin, yang berasal dari hutan tropis Amerika Selatan dan Tengah, telah menjadi terkenal melalui kemunculannya di dunia hiburan seperti film "Pirates of the Caribbean" dan "Night at the Museum." Meskipun ukurannya relatif kecil dengan tinggi mencapai sekitar 22 inci, monyet kapusin tidak dianjurkan sebagai hewan peliharaan yang baik. Mereka memiliki reputasi sebagai primata yang mampu menjadi agresif dan sulit untuk dikendalikan, membuat mereka berpotensi membahayakan bagi pemiliknya dan orang lain di sekitarnya.

Keputusan untuk memelihara monyet kapusin harus dilakukan dengan penuh pertimbangan karena ada banyak laporan tentang perilaku agresif yang dilakukan oleh hewan ini. Serangan terhadap pemiliknya dan bahkan orang lain telah diungkapkan dalam beberapa kasus. Gigitan monyet kapusin diketahui memiliki kekuatan yang cukup besar dan dapat menyebabkan cedera serius, bahkan hilangnya satu jari. Oleh karena itu, pemahaman yang jelas tentang kebutuhan dan perilaku alami monyet kapusin menjadi kunci untuk mencegah potensi risiko dan memastikan keamanan bagi semua pihak terlibat.

Regulasi ketat dan penegakan hukum terkait pemeliharaan hewan eksotis, termasuk monyet kapusin, diperlukan untuk melindungi kesejahteraan hewan dan keselamatan masyarakat. Selain itu, edukasi publik tentang tantangan dan risiko yang terkait dengan pemeliharaan primata ini dapat membantu mencegah keputusan yang tidak bertanggung jawab dan memberikan gambaran yang lebih realistis tentang apa yang terlibat dalam merawat hewan tersebut.


Apa yg terjadi jika digigit kukang?

Akibat gigitan Kukang terhadap manusia bisa berakibat lebih fatal karena ada yang bereaksi dari gigitan menjadi pingsan bahkan mati, karena bikin syok anafilaktik.

 


Apa obat orang yang digigit kukang?

Bersihkan luka bekas gigitan dengan air mengalir dan sabun. Obat luka bisa diberikan sementara. Jika terjadi reaksi pada tubuh dalam hitungan jam, seperti pembengkakan di wajah, bibir, saluran pernafasan, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan.

 


Dimana letak racun pada kukang?

Racun (bisa) pada tubuh kukang tersimpan pada kelenjar brakialis. 

 


Hewan apa saja yang gigitannya berpotensi membawa penyakit rabies?

Sumber penularan dari penyakit rabies adalah anjing sebagai sumber penular utama, disamping itu dapat juga ditularkan oleh kucing dan kera.

 


Apa bedanya kukang dengan kungkang?

Kukang tergolong sebagai Primata, sementara Kungkang termasuk ke dalam superordo Xenarthra, sebagaimana armadillo dan trenggiling.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya