`Urban Space` Warna-Warni Anak Dalam Ruang Kota

Dengan tema “Urban Space” atau ruang kota, komunitas Begoendal berharap dapat membuka celah dan ruang-ruang alternatif bagi anak-anak kota.

oleh Liputan6 diperbarui 03 Feb 2014, 09:57 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2014, 09:57 WIB
03022014-begundal.jpg

Citizen6, Jakarta: Komunitas Begoendal kembali bersinergi dengan masyarakat lewat medium seni. Dengan kegiatan workshop lukis gratis kepada anak-anak, komunitas ini mencoba untuk menggali kepekaan anak kota akan lingkungan sekitarnya yang tertuang lewat karya-karya mereka.

Dengan tema “Urban Space” atau ruang kota, komunitas Begoendal berharap dapat membuka celah dan ruang-ruang alternatif bagi anak-anak kota untuk menyalurkan kreatifitas dan aspirasinya. Hal tersebut didasari atas gejala sosial masyarakat kota besar yang dinilai sudah tidak sehat bagi perkembangan anak-anak, baik secara fisik maupun mental. Semakin terbatasnya ruang bermain yang ideal bagi anak, kesibukan orang-orang disekeliling mereka yang harusnya menjadi inspirasi dan alat-alat elektronik yang mempersempit ruang gerak sosialisasi anak-anak dengan lingkungannya menjadi sebuah kecemasan yang kemudian coba untuk diredusi oleh komunitas Begoendal.

Sementara itu menurut Saepul Bahri, ketua Komunitas Begoendal, karya anak-anak dalam workshop “Urban Space” ini menyajikan narasi-narasi segar yang patut untuk dicermmati dan disikapi.



(Anak-anak memperhatikan dengan seksama arahan dari Saepul Bahri tentang tema-tema yang akan diangkat dalam workshop lukis Urban Space. (Rengga Satria)

“Kita hidup di Jakarta, sebuah kota besar dengan segala kompleksitas masalah masyaraktnya. Hal tersebutlah yang coba kita gali dari perspektif anak-anak. Lewat karyanya anak-anak bertutur tentang kemacetan lalulintas, lingkungan sekitarnya, atau bahkan bencana banjir yang kini tengah mendera Jakarta. Harapan kami anak-anak menjadi semakin peka dan kreatif dalam menyikapi segala yang terjadi di sekelilingnya.” ungkap Saepul Bahri.

Menariknya, anak-anak tidak melukis di media konvensional seperti kertas ataupun kanvas. Dalam workshop ini anak-anak melukis di atas sebuah papan triplek berukuran 15cmX20cm . Nantinya karya-karya tersebut akan disusun dan menjadi sebuah mozaik berbentuk room dividers. Secara konseptual karya-karya itu akan menyerupai gedung-gedung tinggi khas kota Jakarta yang menyuarakan aspirasi anak-anak kota.

Workshop yang berlangsung hingga bulan Maret 2014 ini diselenggarakan di tiga titik wilayah dan melibatkan 30 peserta. Waktu dan tempat penyelenggaraan workshop tersebut antara lain setiap hari Sabtu pukul 14:00 WIB- 17:00 WIB di sekretariat komunitas Begoendal Gg. AbdulJabar Jagakarsa Jakarta Selatan, Minggu pukul 09:00 WIB-12:00 WIB di Rumah Yatim Piatu Mizan Amanah Jagakarsa Jakarta Selatan, dan di hari yang sama (Minggu) pukul 14:00 WIB-17:00 WIB di Rumah Junior Lenteng Agung Jakarta Selatan.

Penulis:
Rengga Satria
Komunitas Begoendal, Jakarta

Baca Juga:
Save Street Child, Peduli Anak Jalanan Makassar
`Kopaja`, Komunitas yang Peduli Pendidikan Anak Marjinal

Disclaiomer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Mulai 7 Januari sampai 7 Februari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Warga Mengadu". Ada hadiah dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Caranya bisa disimak di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya