Harga Aset Kripto 7 Januari 2022: Bitcoin Menguat, Ether Masih Merah

Ethereum sebagai aset kripto terbesar kedua setelah Bitcoin hingga hari ini masih belum terlihat menguat.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 07 Jan 2022, 06:38 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2022, 06:38 WIB
Aset Kripto
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin sebagai peringkat satu aset cryptocurrency atau uang kripto di dunia akhirnya menguat. Selain Bitcoin, beberapa aset kripto jajaran atas juga terlihat mulai menguat.

Berdasarkan pantauan data dari Coinmarketcap, Jumat (7/1/2022) pagi, Bitcoin (BTC) menguat 0,91 persen dalam kurun waktu 24 jam terakhir, tetapi masih melemah 8,03 persen dalam 7 hari terakhir. Saat ini Bitcoin berada di level USD 43.254,71 atau setara Rp 621,5 juta (asumsi kurs Rp 14.369 per dolar AS). 

Binance coin (BNB) juga terlihat menguat 2,50 persen dalam kurun waktu 24 jam terakhir. Namun, dalam 7 hari terakhir, masih melemah sebesar dan 8,27 persen. Hal tersebut membuat BNB berada di level USD 475,89. 

Ethereum sebagai aset kripto terbesar kedua setelah Bitcoin hingga hari ini masih belum terlihat menguat. Ethereum (ETH) melemah 2,18 persen dalam waktu 24 jam terakhir dan 6,87 persen dalam 7 hari terakhir. Sampai saat ini, ETH masih berada di level USD 3.436,86 per koinnya. 

Selain BTC dan BNB yang menguat, Cardano (ADA) juga terlihat menguat cukup besar. Dalam 24 jam terakhir, ADA menguat 3,19 persen, tetapi masih melemah 4,63 persen dalam waktu 7 hari terakhir yang membuatnya berada pada level USD 1,28 per koinnya. 

Terakhir, USD coin (USDC) juga memiliki history grafik yang cukup baik, USDC menguat 0,02 persen dalam 24 jam terakhir dan 0,19 persen dalam 7 hari terakhir. Hal tersebut membuat USDC berada di level USD 1,00 per koinnya. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Bitcoin Lesu Setelah Rilis The Fed

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, harga Bitcoin turun tajam setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) merilis risalah pertemuan pada  Desember. Pembuat kebijakan yang mengindikasikan meningkatnya kegelisahan atas inflasi dan potensi suku bunga the Fed untuk mulai naik segera pada Maret ini. 

Pertemuan terakhir Federal Reserve pada Desember tersebut menunjukkan para pejabat membahas apakah akan mulai menyusutkan neraca bank sentral AS yang membengkak sebesar USD 8,3 triliun. 

Harga cryptocurrency atau aset kripto menguat dalam beberapa tahun terakhir karena banyak investor bertaruh lebih dari USD 4 triliun pencetakan uang oleh The Fed akan mendukung ekonomi dan pasar yang dilanda virus corona. 

Hal tersebut akan memacu inflasi yang lebih cepat dan membawa Bitcoin dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap kenaikan harga. Namun sayangnya, langkah the Fed untuk mengecilkan neraca mungkin akan memberi tekanan pada Bitcoin. 

"Beberapa peserta menilai bahwa penyusutan neraca dalam jumlah yang signifikan dapat sesuai dengan proses normalisasi, terutama mengingat likuiditas yang melimpah di pasar uang,” menurut risalah dari pertemuan Fed 14-15 Desember, yang diterbitkan Rabu pukul 2 siang waktu lokal, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (6/1/2022). 

Bitcoin bukan satu-satunya cryptocurrency yang jatuh karena prospek suku bunga yang lebih tinggi dan kondisi keuangan yang lebih ketat. Ether turun 4,6 persen menjadi USD 3.640. 

Selain itu, banyak “alt-coin” lainnya yang bernasib lebih buruk, seperti Solana turun 6,3 persen menjadi USD158, Cardano turun 5,4 persen menjadi USD1,25, dan Terra turun 7,4 persen menjadi sekitar USD 80.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya