MIliarder Ini Sebut Bitcoin Bisa Jadi Penyelamat di Tengah Lonjakan Inflasi

Menurut miliarder Ricardo Salinas Pliego, inflasi bisa diselamatkan dengan memiliki Bitcoin.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 19 Apr 2022, 10:19 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2022, 10:19 WIB
Crypto Bitcoin
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder terkaya ketiga Meksiko, Ricardo Salinas Pliego, memberikan beberapa saran mengenai inflasi, hiperinflasi, Bitcoin, dan mata uang fiat pada konferensi Bitcoin 2022 di Miami, Florida pekan lalu.

Salinas adalah pendiri dan ketua Grupo Salinas, grup perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, media, jasa keuangan, dan toko ritel. Menurut daftar miliarder Forbes, kekayaan bersihnya saat ini sekitar USD 13 miliar atau sekitar Rp 186,6 triliun.

Miliarder itu memulai dengan berbagi pengalamannya sendiri yang pernah hidup dengan inflasi parah di negaranya. 

“Saya menghasilkan USD 2.000 pada 1980 dan beberapa tahun kemudian saya menghasilkan USD 20. Gaji yang sama turun dari 2.000 menjadi 20 dolar. Jadi saya tahu tentang hiperinflasi. Aku pernah disana dan tidak sama untuk mengetahuinya secara teori dengan benar-benar menjadi korbannya,” ujar Pliego dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (19/4/2022). 

Dia memperingatkan, AS, Jepang, Inggris, dan blok euro mereka menempuh rute yang persis sama dengan yang dilalui negaranya pada tahun 80-an. 

Pliego menjelaskan inflasi dolar AS bisa sangat berpengaruh dan tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan karena dolar adalah cadangan mata uang dunia. 

“Terciptanya kredit palsu yang menyamai daya beli memang mencengangkan. Masalahnya karena dolar adalah mata uang cadangan dunia, tidak bisa berbuat apa-apa. Anda tidak bisa keluar dari dolar kecuali Anda pergi ke bitcoin,” kata Pliego.

Selain itu, dia memberikan pandangannya soal mata uang digital bank sentral (CBDC) yang ia sebut lebih buruk dari dolar. 

“CBDC, mata uang digital bank sentral, itu bahkan lebih buruk daripada dolar. Ini jauh lebih buruk daripada dolar karena jika CBDC dikeluarkan, orang-orang ini akan memiliki kendali penuh atas bagaimana Anda dapat membelanjakan uang Anda,” jelas dia.

Kemudian dia kembali pada topik awal mengenai inflasi yang menurut dia bisa diselamatkan dengan memiliki Bitcoin

“Jadi apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa membeli Bitcoin dan menjual shitcoin yang kita miliki di sana dan jelas tidak untuk penipuan fiat,” kata dia. 

Pada hari yang sama, Pliego membuat sebuah cuitan yang mengatakan jangan serahkan masa depan di tangan pemerintah dan jauhi uang kertas, investasikan di BTC.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Apa Itu Staking dalam Kripto?

Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)

Sebelumnya, kripto menjadi salah satu aset investasi yang sangat berisiko tinggi karena pergerakan harganya yang cukup ekstrem. Tak butuh waktu lama untuk kripto memberi keuntungan bagi investornya, tetapi dalam waktu singkat kripto juga bisa membuat rugi investornya. 

Namun, ternyata di tengah pasar kripto yang naik dan turun, para investor masih bisa menghasilkan keuntungan atau passive income dengan menggunakan fitur staking. 

Dilansir dari situs Zipmex, Senin, 18 April 2022, staking adalah sebuah proses ketika investor berpartisipasi aktif dalam validasi transaksi dalam blockchain konsensus algoritma Proof of Stake (PoS).

Sedangkan Proof of Stake (PoS) sendiri adalah sebuah algoritma yang berperan untuk melakukan validasi transaksi berdasarkan konsensus terdistribusi. Validasi dilakukan berdasarkan berapa jumlah total aset kripto yang dimiliki.

Dengan staking, investor bisa mendapatkan passive income dalam bentuk reward atau bunga dari aset yang dikunci. Hal ini memudahkan investor untuk memiliki diversifikasi pendapatan aset digital. 

Dalam blockchain, siapa pun yang memiliki saldo minimum dapat memvalidasi transaksi dan mendapatkan imbalan. Dengan mengunci aset kripto tertentu, investor memiliki kekuatan untuk membuat keputusan dalam jaringan. Ketika berhasil memvalidasi transaksi, maka investor tersebut dapat menghasilkan pendapatan tambahan.

Cara Kerja Staking

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Kripto yang disimpan itu akan dikunci ke dalam blockchain yang menggunakan konsensus algoritma PoS untuk jangka waktu tertentu. Jumlah keuntungan yang akan diperoleh tergantung pada harga dan jumlah aset kripto yang dikunci serta durasi mengunci aset tersebut.

Mereka yang melakukan staking pada aset kripto dalam blockchain PoS biasanya disebut sebagai validator. Validator mendapatkan imbalan ketika mereka berhasil memvalidasi transaksi. Setiap PoS memiliki beragam aturan khusus untuk validatornya. 

Ada yang menentukan aturan validasi berdasarkan periode penguncian aset atau menentukan batas minimum tertentu. Berdasarkan aturan dan algoritma validator, PoS bekerja untuk melakukan validasi secara aktual dan mendistribusikan imbalan untuk validator. Imbalan atau bunga biasanya dihitung berdasarkan jumlah aset yang dikunci.

Staking Dapat Jadi Pilihan

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Staking cocok bagi investor yang tidak memiliki banyak untuk memantau pergerakan harga setiap hari. Nantinya investor bisa mendapat keuntungan dari bunga karena telah mengunci aset kripto. 

Sekilas, nampaknya sangat mudah dan menguntungkan. Namun, staking juga tidak terhindar dari kekurangan atau risiko. 

Sebelum memutuskan untuk staking, lakukan riset terlebih dahulu dan pastikan platform yang dipilih merupakan platform yang terpercaya. Sebab, dengan staking, investor diharuskan untuk mengunci aset kripto yang dimiliki selama jangka waktu tertentu. Artinya, selama waktu itu, investor tidak dapat menjual koin tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya