Liputan6.com, Jakarta - Hampir setengah dari para ahli kripto dalam survei terbaru bersikap optimis terhadap harga token kripto berbasis kecerdasan buatan (AI). Hal ini bisa menjadi pertanda baik bagi sektor pasar kripto yang bernilai USD23,6 miliar.
Dikutip dari Cointelegraph.com, Sabtu (22/3/2025), dari 2.632 responden yang disurvei oleh CoinGecko antara Februari dan Maret, 25% menyatakan “sangat optimis” (bullish), sementara 19,3% mengatakan mereka “cukup optimis” terhadap token kripto AI pada tahun 2025.
Advertisement
Baca Juga
Sekitar 29% responden bersikap netral, sedangkan 26,3% lainnya terbagi antara “cukup pesimis” dan “sangat pesimis” (bearish).
Advertisement
Hasil survei ini juga mencerminkan pandangan serupa terhadap produk kripto AI secara keseluruhan. CoinGecko mencatat bahwa "kasus penggunaan yang menggabungkan kripto dan AI semakin berkembang dan mulai diadopsi secara luas," kata analis riset kripto CoinGecko, Yuqian Lim.
"Ini mungkin menunjukkan bahwa para pelaku pasar kripto tidak membedakan antara potensi investasi dan trading dari kripto AI dengan teknologinya sendiri," ujar Lim.
Menurut Lim, sentimen pasar seperti ini mungkin mencerminkan harapan bahwa sekarang adalah saat yang tepat bagi kripto AI untuk berkembang dari tahap konsep menjadi sektor yang lebih matang.
Kapitalisasi Pasar
Berdasarkan data dari CoinGecko, kapitalisasi pasar untuk koin berbasis kecerdasan buatan mencapai sekitar USD23,6 miliar. Beberapa token AI terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar adalah Near Protocol (NEAR) seharga USD2,75, Internet Computer (ICP) seharga USD5,73, dan Bittensor (TAO) seharga USD254,34.
Selain itu, ada kelompok token AI lainnya, seperti Artificial Super Intelligence (FET) seharga USD0,5235, Virtuals Protocol (VIRTUAL), ai16z (AI16z), dan lainnya, yang memiliki total kapitalisasi pasar sebesar USD4,5 miliar.
Survei CoinGecko dilakukan pada 2.632 peserta antara 20 Februari hingga 10 Maret. Para peserta dikategorikan berdasarkan apakah mereka merupakan investor kripto jangka panjang atau pedagang jangka pendek.
Mereka juga diminta untuk mengidentifikasi diri sebagai pengguna awal (early adopters), pengguna yang terlambat bergabung, atau mereka yang masih ragu-ragu terhadap kripto AI.
Ditemukan bahwa pengguna awal yang dikenal sebagai “inovator” justru lebih cenderung pesimis dibandingkan dengan kelompok pengguna yang bergabung belakangan.
Sementara itu, kelompok “laggards” atau yang paling terlambat mengadopsi cenderung paling pesimis, sesuai dengan yang diharapkan.
Advertisement
Spencer Farrar: Eksperimen Kripto AI Bisa Melahirkan Inovasi Besar
Spencer Farrar, seorang mitra di perusahaan modal ventura Theory Ventures yang berfokus pada AI dan kripto, mengatakan kepada Cointelegraph bahwa aplikasi AI dalam kripto saat ini masih dalam tahap awal dan agak “berlebihan” (frothy). Namun, ia yakin akan ada lebih banyak manfaat yang bisa dikembangkan di masa depan.
Farrar memperkirakan akan ada lebih banyak eksperimen dengan token kripto AI, karena memungkinkan investor ritel untuk berspekulasi pada proyek dengan kapitalisasi pasar kecil yang sulit diakses di pasar saham tradisional.
"Di dunia open-source, biasanya memang dimulai dengan banyak eksperimen kecil. Kemudian, mungkin akan muncul sesuatu yang benar-benar besar dari sini," kata Farrar.
Beberapa bidang dalam ekosistem kripto AI yang sedang diamati oleh Theory Ventures termasuk protokol penyedia GPU terdesentralisasi, penyedia data terdesentralisasi, infrastruktur pembayaran untuk agen AI yang memanfaatkan teknologi blockchain, dan bot trading kripto.
"Ada juga peluang bagi kripto untuk digunakan sebagai alat verifikasi video guna memastikan apakah suatu konten dibuat oleh AI atau oleh manusia," tambah Farrar.
