Liputan6.com, Jakarta - Anak perempuan bernama Leia Armitage hidup dalam kesunyian selama dua tahun pertama kehidupannya. Ia terlahir dengan disabilitas tuli total yang langka.
Namun berkat teknik operasi terbaru dan terapi selama bertahun-tahun, akhirnya, Leia yang kini berusia 7 tahun bisa berbicara kepada orangtuanya.
Baca Juga
"Dulu kami diberi tahu kalau ada bom di belakangnya, dia tidak akan bisa mendengar bom itu meledak," kata ayah Leia, Bob, seperti dikutip dari BBC Indonesia, Kamis (12/12/2019).
Advertisement
Leia yang berasal dari Dagenham di London Timur itu menjadi disabilitas tuli karena tidak memiliki telinga dalam atau saraf pendengaran.
Itu artinya, alat bantu dengar standar atau implan koklea tidak bisa membantu Leia berbicara dan mendengar.
Bagaimana pun, orangtuanya berjuang agar Leia menjadi salah satu anak pertama di Inggris diberikan implan batang otak pendengaran yang membutuhkan operasi otak yang rumit ketika ia berusia dua tahun.
Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menyebut, operasi tersebut benar-benar mengubah hidup. NHS pun akan mendanai implan untuk anak-anak disabilitas tuli lainnya dalam situasi yang sama.
Diperkirakan, ada sekitar 15 anak per tahun yang akan ditinjau untuk prosedur ini dan sembilan di antara mereka akan lolos untuk menjalani operasi.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bisa Dengar Bunyi
Menurut Bob, operasi otak untuk sang anak, Leia, merupakan keputusan yang besar untuknya dan sang istri.
"Tapi kami ingin memberi Leia kesempatan terbaik dalam hidup," kata Bob.
Oleh karena itu, Bob dan istrinya, Alison berharap, setelah menjalani operasi di Guy's and St Thomas' NHS Foundation Trust, Leia akan mampu mendengar beberapa hal, seperti bunyi klakson mobil saat ia menyeberang jalan sehingga hidupnya lebih aman.
Namun, lima tahun setelah operasi, kemajuan Leia lebih besar dari yang diharapkan dan dimulai secara perlahan. Sesaat setelah operasi, Leia langsung menoleh ke arah bunyi pintu kereta api yang tertutup.
Sedikit demi sedikit, gadis itu mulai memahami konsep bunyi seiring orangtuanya yang terus-menerus mengulangi kata-kata dan memintanya untuk meniru bunyinya.
Sekarang, setelah berkali-kali berbicara dan menjalani terapi bahasa, Leia bisa menggabungkan kata-kata menjadi satu kalimat utuh, berusaha bernyanyi dengan musik, dan mendengarkan suara di telepon.
"Kami bisa memanggilnya dari bawah ketika ia sedang berada di lantai atas, dan ia akan mendengarnya," cerita Bob.
Â
Advertisement
Kemajuan Luar Biasa
Namun di sekolah biasa, di dalam kelas dengan anak-anak berpendengaran normal, Leia benar-benar menunjukkan kemajuan.
Kemajuan Leia berkat para asisten yang menggunakan bahasa isyarat dan memberinya banyak waktu untuk pertemuan empat mata.
"Leia semakin cekatan, dan ia tidak ketinggalan jauh dari anak seusianya dalam banyak hal," kata Bob.
Di rumah, suara Leia adalah hal yang paling menyenangkan orangtuanya.
"Aku sayang Papa, mungkin adalah hal terbaik yang pernah saya dengar darinya," ucap Bob.
Tak hanya Bob, Alison juga sangat bahagia mendengar putrinya berkata manis kepadanya.
"Ketika saya membawanya ke tempat tidur, ia kini berkata 'selamat malam, Mama', yang tidak pernah saya sangka akan bisa saya dengar," kata Alison.
Â
Operasi yang Dijalani
Teknik operasi mutakhir yang dijalani Leia adalah memasukkan sebuah perangkat secara langsung ke otak untuk merangsang jalur pendengaran pada anak-anak yang lahir tanpa koklea atau saraf pendengaran.
Unit mikrofon dan pengolah suara yang dikenakan di sisi kepala, kemudian mentransmisikan suara ke implan tersebut. Stimulasi listrik ini bisa memberikan sensasi pendengaran, tetapi belum tentu bisa mengembalikan pendengaran yang normal.
Konsultan Otologis dan Direktur Klinis Pusat Implan Pendengaran di NHS Foundation Trust, Profesor Dan Jiang mengatakan, beberapa anak bisa mengembangkan tingkat kemampuan berbicara.
"Hasilnya bervariasi. Beberapa akan mendapat hasil yang lebih baik daripada yang lain. Mereka harus beradaptasi, dan anak-anak yang lebih muda hasilnya lebih baik, sehingga kami ingin memasukkan implan di usia yang lebih awal jika memungkinkan," kata Dan Jiang.
"Anak-anak balita berada dalam kondisi yang sangat cocok untuk mempelajari konsep-konsep baru tentang suara dan merespons terapi intensif," sambungnya.
Sementara itu, menurut Kepala Eksekutif dari National Deaf Children's Society, Susan Daniels, setiap anak tuli berbeda.
"Teknologi seperti implan batang otak pendengaran bisa menjadi pilihan yang tepat dan dapat memberi perbedaan besar dalam hidup mereka," ucap Susan.
"Dengan dukungan yang tepat, anak-anak disabilitas rungu bisa berprestasi sebaik rekan-rekan mereka yang bisa mendengar, dan investasi ini merupakan langkah penting menuju masyarakat di mana tidak ada anak tuli yang tertinggal," tutup Susan.
Advertisement