Studi: Cakaran dan Gigitan Kucing Picu Infeksi Bakteri pada Sistem Saraf Penderita Skizofrenia

Studi terbaru menemukan bahwa infeksi bakteri Bartonella akibat gigitan dan cakaran kucing dapat mengganggu sistem saraf penderita Skizofrenia.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mar 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi Cakaran Kucing/ Unsplash
Ilustrasi Cakaran Kucing (Photo by Timo Volz on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bakteri yang berasal dari cakaran dan gigitan kucing telah ditemukan dalam aliran darah penderita skizofrenia. Bakteri ini dapat tumbuh semakin kuat dalam aliran darah penderitanya. Kemungkinan buruk dari infeksi bakteri ini membuat penderitanya rentan terserang penyakit yang mengganggu sistem syaraf. Penderita skizofrenia yang mengalami infeksi akibat bakteri ini dapat sangat terganggu kesehariannya.

Dilansir dari New York Post, sebuah studi terbaru menemukan bahwa bakteri yang menyebabkan demam akibat cakaran dan gigitan kucing, ditemukan dalam aliran darah penderita skizofrenia.

Studi yang diterbitkan di Jurnal Vector-Borne and Zoonotic Disease bulan ini, memang hanya meneliti segelintir orang saja. Namun, dapat dipastikan bahwa akibat dari demam cakaran dan gigitan kucing ini dapat membuat tubuh terinfeksi bakteri Bartonella penyebab masalah neurologis (penyakit yang menyerang sistem saraf seperti otak, otot, saraf tulang belakang dan saraf tepi).

Edward Breitschwerdt, penulis studi ini telah meneliti seorang bocah lelaki Midwestern berusia 14 tahun yang mulai mengalami gejala psikosis (halusinasi dan delusi) setelah terkena cakaran kucingnya. Gejala ini mengubah perilakunya secara signifikan.

“Sebelum anak laki-laki itu mengalami gejala psikosis, secara sosial anak ini aktif, atletis, dan akademis. Dilihat dari kegiatannya mengikuti kompetisi geografi dan sejarah nasional, menjadi aktor utama dalam drama sekolah, memenangkan penghargaan olahraga, dan mendapat nilai kursus yang sangat baik,” ujar Edward.

“Namun, setelah kejadian cakaran kucing, ia ditempatkan di ruang psikiatri selama seminggu dan didapati temuan mengejutkan bahwa bocah lelaki itu melontarkan kata-kata kasar yang tidak biasa dilakukannya,” Edward menambahkan.

Setelah kejadian itu, para dokter dengan cepat mulai menggali catatan medisnya demi mendapatkan jawaban atas perilaku aneh bocah lelaki penderita skizofrenia yang muncul secara tiba-tiba.

Bertahun-tahun keluar-masuk rumah sakit, akhirnya pihak medis menemukan bahwa bocah itu menderita infeksi bakteri Bartonella. Setelah menerima antibiotik untuk mengobati infeksi, bocah lelaki itu akhirnya sembuh total.

Selepas temuan awal, Edward menerbitkan studi pada Jurnal Pathogens yang menemukan 29 dari 33 partisipan terinfeksi bakteri Bartonella dan melaporkan gejala neuropsikiatri. Temuan ini menjadi bukti bahwa adanya hubungan antara bakteri dengan penyakit mental.

 

 

Penulis: Rissa Sugiarti

 

Simak Juga Video Berikut Ini

Infografis Peningkatan Penderita Skizofrenia di Indonesia

Infografis Penderita Skizofrenia Meningkat di Indonesia
Infografis Penderita Skizofrenia Meningkat di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya