Liputan6.com, Jakarta - Bagi usia anak-anak, mengunjungi taman hiburan tentunya bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan. Namun, berbeda dengan anak autisme. Meski mereka juga bisa merasakan kebahagiaan dan semangat yang sama, tantangan tetap mereka hadapi.
Salah satu tantangan bagi anak autisme di luar rumah adalah terjadinya sensorik yang berlebihan (sensory overload), hingga merasa kewalahan karena keramaian.
Baca Juga
Sensory overload terjadi ketika satu atau lebih dari panca indera tubuh kewalahan menerima input dari luar, seperti melansir Medical News Today.
Advertisement
Kondisi ini bisa terjadi di restoran yang ramai, saat radio terlalu keras, atau saat orang yang lewat memakai parfum beraroma kuat. Sensory overload sendiri merupakan salah satu karakteristik anak dengan autisme.
Oleh sebab itu, melansir Ameri Disability, ada beberapa tips bagi orangtua untuk mengunjungi taman hiburan bersama anak autisme. Apa saja?
Ketahui Objek-objek Taman Bermain Sebelum Berkunjung
Sebelum berkunjung ke taman hiburan, alangkah baiknya untuk memeriksa terlebih dahulu mengenai objek-objek, suasana, dan kondisi di taman hiburan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuka situs web objek. Selain keramaian, orangtua dan anak perlu mempersiapkan diri dengan wahana putar, berayun, terbalik, atau melayang di atas kabel dan rel.
Orangtua juga sebaiknya mempertimbangkan jika taman hiburan itu rawan suara keras, bau, air, api, asap, atau bahan peledak.
Tak hanya itu, wahana dan hiburan berlangsung di teater atau terowongan yang gelap. Sementara itu, yang lain memiliki lampu kelap-kelip dan efek khusus lainnya. Tentunya, ini dapat memengaruhi sensorik anak.
Makin banyak yang diketahui orangtua dan anak mengenai hal yang harus diharapkan dan dihindari, akan makin baik pengalaman yang lebih ramah autisme di sana.
Buatlah Rencana
Banyak anak autisme terbiasa dengan rutinitas dan kesulitan dengan perubahan jadwal, sekalipun itu adalah pergi ke taman hiburan.
Untuk itu, penting agar orangtua dapat membuat rencana sebelum pergi ke taman hiburan, seperti:
- Bertanya ke anak mengenai wahana-wahana atau objek yang perlu dikunjungi. Dengan begitu, anak pun mengetahui apa yang harus mereka harapkan.
- Tanyakan masukan mengenai kapan anak ingin makan siang atau istirahat.
- Berikan target waktu kedatangan dan kepulangan. Tujuannya, agar anak mendapatkan gambaran seberapa lama ia akan bermain.
- Miliki rencana cadangan berdasarkan situasi lainnya, seperti cuaca buruk, dan lain-lain.
Seorang konselor dan pengurus kamp selama tiga tahun, Zoe Hannah dari Washington DC Amerika Serikat (AS), sering bepergian ke taman hiburan bersama sekelompok 10-12 remaja dengan berbagai kebutuhan khusus, termasuk autisme.
Dia merekomendasikan untuk mengidentifikasi beberapa tempat yang lebih tenang atau kurang merangsang untuk dikunjungi.
“Apa pun yang tidak perlu mengantre dan wahana yang umumnya berjalan lebih lambat adalah pilihan yang bagus,” saran Hannah.
Advertisement
Orangtua Perlu Bersiap untuk Pemicu atau Triggers
Jika orangtua mengetahui hal yang dapat memicu anak, sebaiknya menghindari pemicu ini.
Misalnya, jika suara keras membuatnya gelisah, bawalah penyumbat telinga atau headphone peredam bising agar dia tetap tenang.
Jika dia takut dengan cahaya terang, hindari pertunjukan dalam ruangan yang menampilkan lampu sorot.
Selain itu, Hannah menganjurkan untuk waspada terhadap semburan air. Meskipun bertujuan untuk mendinginkan pengunjung di hari yang panas, semburan air yang tiba-tiba dapat mengejutkan anak autisme dan membuat mereka tidak nyaman.
Jennifer Arnold dari Redding AS, menceritakan pengalamannya pergi ke Universal Studios bersama putrinya.
“Saya belajar bahwa hal terpenting yang dapat kita lakukan adalah meneliti taman untuk melihat potensi pemicu,” katanya.
"Pemicu untuk anakku adalah ketika ia kalah dalam permainan,” Arnold melanjutkan.
Mengikuti Arus Perilaku Anak
Kewalahan ketika anak gelisah dan tak sabar dalam mengantre? Orangtua dapat membuat hal ini menjadi kesempatan untuk berkenalan dengan anak lain di sekitar.
“Ketika anak-anak dengan autisme berisik, itu adalah kesempatan yang luar biasa, sebagai konselor kamp, biasanya itu penting untuk hiburan kami. Kami fokus pada diri kami dan apa yang kami alami,” ujar Hannah.
“Misalnya, anak suka melompat-lompat berulang kali, jadi semua bergabung dengannya sambil mengantri. Tiba-tiba kami semua tertawa, bersama orang-orang yang berbaris di sekitar kami,” pungkasnya.
Oleh sebab itu, orangtua perlu mencatat untuk bersikap fleksibel kepada anak. Yang terpenting, pergilah ke taman hiburan jika orangtua siap memenuhi kebutuhan tak terduga anak di sana.
Advertisement