Liputan6.com, Jakarta - Autisme pada dasarnya merupakan gangguan komunikasi dan perilaku, seringkali juga disertai dengan penyakit fisik dan gangguan kesehatan mental tertentu.
Autisme adalah gambaran neurodivergensi (gagasan bahwa beberapa fungsi otak berbeda dari otak "umumnya") serta disabilitas perkembangan yang mencakup perbedaan atau tantangan dalam keterampilan komunikasi sosial, keterampilan motorik halus dan kasar, bicara, dan kemampuan intelektual.
Baca Juga
Ciri-ciri autis paling sering muncul pada masa anak-anak, dan setiap orang dengan autisme memiliki campuran karakteristik, kekuatan, dan kebutuhan dukungan yang berbeda-beda.
Advertisement
Tidak diketahui apakah gangguan spektrum autisme (ASD) menyebabkan gejala kondisi ini atau hanya berhubungan dengan gejala tersebut. Dalam beberapa kasus, ciri-ciri perilaku autisme dapat diperburuk oleh kondisi kesehatan lainnya.
Dilansir dari laman Verywell Health pada Selasa, 18 Juni 2024, berikut ini kondisi kesehatan yang umum terjadi pada individu yang memiliki autisme.
1. Masalah Saluran Pencernaan
Anak-anak dengan autisme delapan kali lebih mungkin mengalami masalah perut dan usus, termasuk sakit perut, diare, sembelit, dan nyeri saat buang air besar dibandingkan anak-anak lain.
Selain itu, gangguan gastrointestinal (GI) yang merupakan peradangan pada saluran pencernaan, termasuk lambung dan usus, juga dikaitkan dengan peningkatan sifat perilaku yang terkait dengan autisme.
Apapun itu, jika Anda memiliki anak dengan autisme yang juga memiliki masalah pencernaan, penting untuk mengatasi gejala GI mereka dan memastikan mereka mengonsumsi makanan dan camilan yang sehat dan bergizi.
Apakah perubahan pola makan dan nutrisi benar-benar dapat membantu "menyembuhkan" autisme masih menjadi perdebatan. Namun, mengobati masalah GI dapat membantu anak-anak lebih mudah menerima sekolah, terapi, dan interaksi sosial.
2. Kejang
Hampir satu dari empat anak dengan autisme mengalami gangguan kejang seperti epilepsi. Kejang ini bisa berupa tatapan kosong yang singkat hingga kejang besar atau pingsan.
Elektroensefalogram bisa digunakan untuk mendiagnosis penyebab gangguan kejang dengan mengukur perubahan gelombang otak.
Epilepsi lebih umum terjadi pada orang dengan autisme. Sebaliknya, autisme juga 10 kali lebih mungkin terjadi pada orang dengan epilepsi dibandingkan populasi umum.
Ada bukti bahwa epilepsi dan autisme bisa disebabkan oleh kelainan genetik yang sama. Selain faktor genetik, beberapa faktor lingkungan yang mungkin berperan meliputi:
- Polusi udara dan racun di lingkungan
- Infeksi intrauterin selama kehamilan
- Seorang ibu penderita epilepsi yang mengonsumsi obat antiepilepsi (terutama valproate) selama kehamilan
- Kerusakan otak saat melahirkan
- Gangguan neonatal seperti penyakit kuning
- Kondisi metabolisme tertentu
Advertisement
3. Masalah Tidur
Penelitian menunjukkan anak-anak dan remaja autis mungkin mengalami masalah tidur (terutama insomnia) dengan tingkat 40% hingga 80% lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.
Beberapa orang sulit tidur, dan yang lain sering terbangun di malam hari. Kurang tidur dapat memperburuk ciri-ciri autisme di siang hari.
Para peneliti belum tahu pasti mengapa anak autis mengalami masalah tidur, tetapi ada beberapa teori. Salah satunya berkaitan dengan hormon melatonin, yang membantu mengatur siklus tidur-bangun.
Untuk membuat melatonin, tubuh memerlukan asam amino yang disebut triptofan. Penelitian menunjukkan bahwa kadar triptofan pada anak autis bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari biasanya.
Biasanya, kadar melatonin meningkat sebagai respons terhadap kegelapan (di malam hari) dan menurun pada siang hari. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa anak autis tidak melepaskan melatonin pada waktu yang tepat.
Sebaliknya, mereka memiliki tingkat melatonin yang tinggi di siang hari dan tingkat yang lebih rendah di malam hari.
Alasan lain anak autis sulit tidur atau terbangun di tengah malam bisa jadi karena meningkatnya kepekaan terhadap rangsangan luar, seperti sentuhan atau suara.
4. Kecemasan dan Depresi
Banyak orang dengan autisme mengalami depresi dan atau kecemasan, terutama mereka yang kebutuhan dukungannya rendah dan sebelumnya diidentifikasi mengidap sindrom Asperger, yaitu gangguan perkembangan mental dan saraf.
Hal ini mungkin terjadi karena mereka sadar bahwa mereka berbeda dari orang lain pada umumnya, dan merasa dikucilkan.
Namun, beberapa ahli meyakini gangguan suasana hati yang berhubungan dengan autisme mungkin disebabkan oleh perbedaan fisik pada otak autisme. Gangguan suasana hati dapat diobati dengan pengobatan, psikologi kognitif, dan manajemen perilaku.
Kecemasan diperkirakan mempengaruhi 11% hingga 42% orang autis, sementara depresi diperkirakan mempengaruhi 7% anak-anak dan 26% orang dewasa dengan gangguan tersebut.
Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) adalah gangguan kesehatan mental lain yang lebih umum terjadi pada orang autis dibandingkan pada populasi umum.
Advertisement
5. Penyakit Mental Serius
Bukan hal yang aneh jika orang dengan autisme juga memiliki diagnosis kesehatan mental berupa gangguan bipolar atau skizofrenia. Sulit juga membedakan antara gangguan suasana hati, gangguan bipolar, skizofrenia, dan perilaku autis tertentu.
Jika Anda mencurigai orang dengan autisme juga memiliki gejala penyakit mental, sangat penting untuk menemukan ahli kesehatan mental yang berpengalaman dalam menangani orang autis.
6. Defisit Perhatian dan Masalah Perilaku
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), perilaku agresif, dan kesulitan fokus tidak termasuk dalam kriteria diagnostik autisme, tapi umum terjadi pada anak autis.
Banyak anak dengan autisme mempunyai diagnosis ADD atau ADHD yang terjadi bersamaan. Antara 30% dan 61% anak-anak autis juga memiliki gejala ADHD, yang hanya mempengaruhi 6% sampai 7% dari populasi umum.