Liputan6.com, Jakarta Tawasul kepada leluhur merupakan salah satu bentuk ibadah yang sering dilakukan umat Islam. Namun, banyak yang masih belum memahami tata cara dan bacaan tawasul yang benar sesuai tuntunan syariat. Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai cara tawasul kepada leluhur, mulai dari pengertian, dalil, tata cara, hingga bacaan-bacaan yang dianjurkan.
Pengertian Tawasul dalam Islam
Tawasul berasal dari bahasa Arab "tawassala-yatawassalu-tawassulan" yang artinya mendekatkan diri dengan menggunakan perantara atau wasilah. Sedangkan wasilah sendiri bermakna media perantara untuk mencapai suatu tujuan. Dalam konteks ibadah, tawasul merupakan cara berdoa kepada Allah SWT dengan menyertakan perantara berupa amal saleh atau kedekatan seseorang dengan Allah.
Tawasul bukanlah meminta kepada perantara tersebut, melainkan tetap memohon langsung kepada Allah namun dengan menyebutkan kemuliaan atau kedekatan orang yang dijadikan wasilah. Tujuannya adalah agar doa lebih mudah dikabulkan berkat keberkahan orang saleh yang disebutkan.
Dalam praktiknya, tawasul sering dilakukan dengan mengirimkan bacaan Al-Fatihah atau doa-doa tertentu kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, ulama, wali Allah, hingga leluhur yang telah meninggal. Namun perlu diingat bahwa esensi tawasul tetaplah berdoa dan memohon kepada Allah SWT, bukan kepada perantara yang disebutkan.
Advertisement
Dalil dan Hukum Tawasul dalam Islam
Tawasul memiliki landasan yang kuat dalam Al-Qur'an dan Hadits. Beberapa dalil yang menunjukkan disyariatkannya tawasul antara lain:
- Firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah ayat 35:"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
- Hadits riwayat Bukhari dan Muslim tentang tiga orang yang terperangkap dalam gua. Mereka berdoa kepada Allah dengan bertawasul melalui amal saleh yang pernah mereka lakukan, hingga akhirnya Allah membukakan jalan keluar bagi mereka.
- Riwayat bahwa Umar bin Khattab pernah bertawasul dengan paman Nabi, Abbas bin Abdul Muthalib, ketika meminta hujan saat terjadi kemarau.
Berdasarkan dalil-dalil tersebut, mayoritas ulama berpendapat bahwa tawasul hukumnya diperbolehkan selama dilakukan dengan cara yang benar sesuai syariat. Namun ada pula sebagian ulama yang membatasi tawasul hanya boleh dilakukan dengan amal saleh sendiri, tidak dengan perantara orang lain.
Tata Cara Tawasul yang Benar
Agar tawasul yang dilakukan sesuai tuntunan syariat, ada beberapa tata cara dan adab yang perlu diperhatikan:
- Niat yang ikhlas semata-mata karena Allah SWT
- Meyakini bahwa yang mengabulkan doa hanyalah Allah, bukan perantara yang disebutkan
- Memilih perantara dari kalangan orang-orang saleh yang dekat dengan Allah
- Mengawali dengan membaca istighfar, syahadat, dan shalawat
- Menyebutkan nama dan keutamaan orang yang dijadikan wasilah
- Menyampaikan hajat atau permohonan kepada Allah SWT
- Menutup dengan doa dan harapan agar dikabulkan
Berikut ini adalah urutan tata cara bertawasul yang umum dilakukan:
- Membaca istighfar 3 kali
- Membaca syahadat
- Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
- Mengirim Al-Fatihah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya
- Mengirim Al-Fatihah kepada para malaikat
- Mengirim Al-Fatihah kepada para sahabat Nabi
- Mengirim Al-Fatihah kepada para wali, ulama, dan guru
- Mengirim Al-Fatihah kepada kedua orangtua dan leluhur
- Menyampaikan hajat atau permohonan
- Menutup dengan doa
Advertisement
Bacaan Tawasul Lengkap dengan Artinya
Berikut ini adalah contoh bacaan tawasul lengkap beserta artinya yang bisa diamalkan:
1. Istighfar
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullaahal 'azhiim alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih
Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya."
2. Syahadat
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadar rasuulullah
Artinya: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
3. Shalawat
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad
Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
4. Tawasul kepada Nabi Muhammad SAW
إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ أَجْمَعِيْنَ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَة
Ilaa hadhrotin nabiyyil mushthofaa sayyidinaa muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama wa azwaajihi wa dzurriyyaatihi wa ahli baitihi ajma'iina syai-un lillaahi lahumul faatihah
Artinya: "Kepada yang mulia Nabi pilihan, junjungan kami Muhammad SAW, para istri, keturunan, dan keluarganya. Semoga Allah memberikan pahala Al-Fatihah kepada mereka."
Tawasul kepada Leluhur dan Orangtua
Salah satu bentuk tawasul yang sering dilakukan adalah kepada leluhur dan orangtua yang telah meninggal dunia. Hal ini didasarkan pada anjuran untuk mendoakan orangtua dan menyambung silaturahmi dengan kerabat yang telah wafat. Berikut adalah contoh bacaan tawasul kepada leluhur:
ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَة
Tsumma ilaa arwaahi aabaa-inaa wa ummahaa-tinaa wa ajdaadinaa wa jaddaatinaa wa masyaayikhinaa wa asaatidzatinaa wa liman lahu haqqun 'alainaa wa lijamii'il muslimiina wal muslimaat wal mu'miniina wal mu'minaat al-ahyaa-i minhum wal amwaat, syai-un lillaahi lahumul faatihah
Artinya: "Kemudian kepada arwah bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, kakek-kakek kami, nenek-nenek kami, guru-guru kami, orang-orang yang memiliki hak atas kami, dan kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Semoga Allah memberikan pahala Al-Fatihah kepada mereka."
Setelah itu, bisa dilanjutkan dengan menyebutkan nama-nama leluhur atau orangtua yang ingin didoakan secara khusus:
خُصُوصًا إِلَى رُوحِ (اسم الشخص) بن/بنت (اسم الأب) اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ/لَهَا وَارْحَمْهُ/هَا وَعَافِهِ/هَا وَاعْفُ عَنْهُ/هَا لَهُ/لَهَا الْفَاتِحَة
Khushushan ilaa ruuhi (nama orang) bin/binti (nama ayah) Allaahummaghfir lahu/laha warhamhu/ha wa 'aafihi/ha wa'fu 'anhu/ha lahu/lahal faatihah
Artinya: "Khususnya kepada ruh (nama orang) putra/putri (nama ayah). Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, selamatkanlah dia, dan maafkanlah dia. Untuknya Al-Fatihah."
Advertisement
Adab dan Etika Bertawasul
Dalam melakukan tawasul, ada beberapa adab dan etika yang perlu diperhatikan agar ibadah ini diterima dan tidak menyimpang dari syariat:
- Meyakini bahwa yang mengabulkan doa hanyalah Allah SWT, bukan perantara yang disebutkan
- Tidak berlebihan dalam memuji atau mengagungkan perantara yang dijadikan wasilah
- Memilih perantara dari kalangan orang-orang saleh yang dikenal kedekatannya dengan Allah
- Tidak menjadikan tawasul sebagai ritual wajib dalam setiap doa
- Tetap berusaha dan tidak hanya mengandalkan tawasul semata
- Menjaga adab dalam berdoa seperti menghadap kiblat, bersuci, dan memilih waktu yang mustajab
- Tidak melakukan tawasul di tempat-tempat yang dilarang seperti kuburan
Perbedaan Pendapat Ulama tentang Tawasul
Meski mayoritas ulama membolehkan tawasul, namun ada beberapa perbedaan pendapat terkait batasan dan tata caranya:
- Sebagian ulama membatasi tawasul hanya boleh dilakukan dengan amal saleh sendiri, tidak dengan perantara orang lain.
- Ada yang membolehkan tawasul dengan orang saleh yang masih hidup, namun melarang tawasul kepada yang sudah meninggal.
- Sebagian lain membolehkan tawasul kepada siapa saja yang diyakini kedekatannya dengan Allah, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.
- Ada pula yang membedakan antara tawasul dengan Nabi Muhammad SAW yang hukumnya boleh, dengan tawasul kepada selain beliau yang hukumnya makruh atau tidak dianjurkan.
Perbedaan pendapat ini hendaknya disikapi dengan bijak dan tidak menjadi sumber perpecahan. Yang terpenting adalah menjaga esensi tawasul sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan menjadikannya sebagai tujuan ibadah.
Advertisement
Manfaat dan Keutamaan Tawasul
Bagi yang melakukannya dengan benar sesuai tuntunan syariat, tawasul memiliki beberapa manfaat dan keutamaan:
- Mendekatkan diri kepada Allah SWT
- Meningkatkan kekhusyukan dalam berdoa
- Menumbuhkan rasa cinta kepada orang-orang saleh
- Menjaga silaturahmi dengan leluhur yang telah meninggal
- Mengingatkan diri akan kebaikan dan keutamaan orang-orang saleh
- Memotivasi diri untuk meneladani akhlak mulia para wali dan ulama
- Meningkatkan harapan akan terkabulnya doa
Namun perlu diingat bahwa manfaat-manfaat tersebut hanya akan didapatkan jika tawasul dilakukan dengan niat yang ikhlas dan cara yang benar sesuai tuntunan agama.
Kesalahan Umum dalam Bertawasul
Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam praktik tawasul di masyarakat dan harus dihindari, antara lain:
- Meminta langsung kepada orang yang dijadikan wasilah, bukan kepada Allah SWT
- Meyakini bahwa tawasul adalah satu-satunya cara agar doa dikabulkan
- Berlebihan dalam mengagungkan perantara hingga menyerupai penyembahan
- Menjadikan tawasul sebagai ritual wajib dalam setiap ibadah
- Bertawasul kepada orang-orang yang tidak jelas kesalehannya
- Melakukan tawasul di tempat-tempat yang dilarang seperti kuburan
- Menganggap tawasul sebagai pengganti usaha dan ikhtiar
Kesalahan-kesalahan tersebut bisa berakibat pada terjerumusnya seseorang ke dalam praktik syirik atau bid'ah yang dilarang agama. Karena itu, penting untuk memahami esensi dan tata cara tawasul yang benar sebelum mengamalkannya.
Advertisement
Kesimpulan
Tawasul merupakan salah satu cara berdoa yang dibolehkan dalam Islam, selama dilakukan dengan cara yang benar sesuai tuntunan syariat. Esensinya adalah tetap memohon kepada Allah SWT, namun dengan menyertakan perantara berupa amal saleh atau kedekatan seseorang dengan Allah. Dalam praktiknya, tawasul sering dilakukan dengan mengirimkan bacaan Al-Fatihah atau doa-doa tertentu kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, ulama, wali Allah, hingga leluhur yang telah meninggal.
Meski ada perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait batasan dan tata caranya, mayoritas membolehkan tawasul selama tidak menyimpang dari akidah yang benar. Yang terpenting adalah menjaga niat yang ikhlas, meyakini bahwa yang mengabulkan doa hanyalah Allah SWT, serta tidak berlebihan dalam mengagungkan perantara yang dijadikan wasilah. Dengan pemahaman dan pengamalan yang benar, tawasul bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas ibadah kita.