Liputan6.com, Soma - Musibah kebakaran tambang di barat Turki yang menewaskan lebih dari 200 orang, ternyata tak membuat penasihat Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan iba. Yang mengejutkan, beredar foto-foto pria diduga penasihat PM Erdogan bernama Yusuf Yerkel yang menendang seorang demonstran di dekat lokasi kebakaran tambang.
Seperti dikutip dari News.com.au, Jumat (16/5/2014), foto-foto yang memperlihatkan Yusuf sedang menendang itu pun akhirnya memicu mereka yang sedang berkabung atas bencana tambang Soma semakin marah.
Surat kabar Turki Cumhuriyet, dan beberapa lainnya yang mencetak foto-foto itu menuliskan bahwa seorang asisten Erdogan menendang seorang pengunjuk rasa yang jatuh dan ditahan oleh pasukan khusus polisi ketika terjadi bentrok. Koran-koran tersebut juga mengidentifikasi pria itu sebagai penasihat PM Erdogan yang bernama Yusuf Yerkel.
Advertisement
Pernyataan PM Turki Erdogan dalam konferensi pers yang meremehkan bencana, sebelumnya telah menuai kemarahan publik. Ia menyebut kecelakaan di pertambangan adalah hal umum yang juga terjadi di banyak negara lain. Setelah memberikan contoh bahwa kecelakaan tambang juga pernah terjadi di Inggris abad ke-19.
Erdogan hanya mengatakan bahwa reaksi publik terhadapnya saat ini hanyalah ujian terhadap reputasinya menjelang pencalonan menjadi presiden pada Agustus mendatang.
Demo
Musibah kebakaran tambang yang menurut data terakhir menewaskan 282 orang, dengan 142 orang belum diketahui nasibnya, memicu protes besar-besaran di Istanbul, Ankara dan kota-kota lain. Mereka menuntut tanggungjawab atas kematian para pekerja tambang, dan kondisi keamanan yang buruk di tambang di seluruh negeri.
Di Istanbul dan Izmir, pihak berwenang pun terpaksa menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan protes yang semakin tak terkendali. Turk-Is, konfederasi serikat buruh Turki terbesar yang mewakili sekitar 800.000 pekerja, juga bergabung dalam aksi pemogokan selama satu hari bersama serikat pekerja lain. Mereka menuntut kondisi yang lebih baik bagi para pekerja.
Pekerja di wilayah pertambangan Zonguldak pun turut serta mogok kerja. Mereka hanya berkumpul di depan tambang dan tidak bekerja. Di Istanbul, kelompok-kelompok demonstran meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan membawa spanduk besar bertuliskan, "Ini bukan kecelakaan, itu pembunuhan".
Menteri Energi Taner Yildiz mengatakan, kini upaya penyelamatan berfokus pada dua area di dalam tambang. Operasi penyelamatan juga sempat ditangguhkan beberapa kali, kareana api yang membakar batu bara di dalam menghasilkan asap beracun, dan terlalu berisiko bagi tim penyelamat.
"Kami percaya bahwa masih ada yang hidup di dua area yang belum mampu kami jangkau," kata Yildiz.
Menurut data dari pemerintah, ada 787 orang berada di dalam tambang batu bara pada saat ledakan terjadi, Selasa 13 Mei. Namun jumlahnya masih simpang siur, karena saat ledakan terjadi sedang terjadi pergantian shift. Sedhingga dikhawatirkan masih ada penambang yang berganti shift belum keluar dari dalam.
Jumlah korban tewas di tambang di Soma ini, kini telah melampaui ledakan gas pada 1992 di dekat pelabuhan Laut Hitam Turki dari Zonguldak. Yang menewaskan 263 pekerja.
Nyanyian Perpisahan
Di kota Soma, di mana pertambangan batubara telah menjadi industri utama selama beberapa dekade, perempuan-perempuan meratap sedih. Mereka menyanyikan lagu-lagu perpisahan untuk kerabat mereka, kerika jenazah di peti mati diturunkan ke liang kubur.
Sementara gambat dari kerabat yang hilang, disematkan ke pakaian mereka.
Sejak Rabu 14 Mei subuh, belum ada lagi penambang diselamatkan. Banyak orang-orang yang mendatangi tambang itu mengaku sedih, dan mengatakan kejadian seperti inilah yang mereka takutkan seumur hidup. Menanti orang-orang tercinta keluar dari tambang.
"Istri-istri para penambang mencium suami mereka di pagi hari. Ketika mereka kembali, bahkan jika mereka terlambat lima menit, semua orang mulai mencari-cari. Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi," kata Gulizar Donmez, putri dan istri dari seorang penambang sekaligus tetangga dari salah satu korban.
Dari hasil penyelidikan sementara, pihak berwenang mengatakan sebagian besar korban tewas akibat keracunan karbon monoksida.
Sementara itu, PM Turki Erdogan berjanji tragedi itu akan diselidiki. Surat kabar Hurriyet melaporkan pada Kamis 15 MEi, bahwa 15 jaksa telah ditugaskan untuk menyelidiki kasus kecelakaan di tambang itu.
Kecelakaan tambang memang sering terjadi di Turki, karena kondisi keamanan yang buruk.
Kementerian Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Turki mengatakan, tambang itu telah diperiksa 5 kali sejak 2012. Pemeriksan terbaru dilakukan pada Maret, dan tak ditemukan pelanggaran keamanan.
Tapi partai oposisi utama negara itu mengatakan, partai berkuasa Erdogan baru-baru ini menolak proposal parlemen untuk mengadakan penyelidikan terkait serangkaian kecelakaan kecil di tambang sekitar Soma. (Mut)