Liputan6.com, Bangkok - Pemimpin junta militer Thailand, Jenderal Prayuth Chan-ocha terpilih menjadi perdana menteri dalam sidang parlemen hari ini. Perkembangan yang sama sekali tak mengagetkan, sudah diramalkan sejak ia merebut kekuasaan pada Mei 2014.
Jenderal Prayuth memenangkan lebih dari setengah suara anggota parlemen, cukup untuk mengamankan posisinya. Pria 60 tahun itu adalah satu-satunya kandidat.
Seperti Liputan6.com kutip dari Reuters, Kamis (21/8/2014) pengangkatannya sebagai perdana menteri memerlukan persetujuan resmi dari Raja Thailand.
Militer Negeri Gajah Putih mengambil alih kekuasaan pada 22 Mei 2014, dengan alasan menghindari pertumpahan darah dan memulihkan stabilitas setelah terjadi kisruh antara pendukung eks PM Yingluck Shinawatra dan lawannya.
Sejak itulah negara dikelola oleh junta militer bernama Dewan Nasional untuk Perdamaian dan Keamanan. Dewan itu bersikeras mereka adalah pemain netral di antara faksi-faksi politik yang saling berseberangan.
Sebelumnya, Jenderal Prayuth Chan-ocha menjanjikan akan kembali ke sistem demokrasi. Hanya saja Pemilu baru akan terjadi pada Oktober 2015.
Ia juga mengatakan Pemilu akan berlangsung di bawah konstitusi baru yang akan dibuat oleh sebuah badan khusus. "Kami ingin melihat Pemilu terjadi di bawah konstitusi baru, yang bebas dan adil, agar menjadi fondasi kokoh untuk demokrasi Thailand," kata Prayuth di televisi.
"Jika kita mengadakan Pemilu hari ini, maka situasi akan mengarah kepada konflik dan negara akan kembali ke lingkaran lama. Yaitu konflik, kekerasan dan korupsi oleh kelompok yang berpengaruh di politik, terorisme dan penggunaan senjata perang," imbuh Prayuth beberapa waktu lalu. (Tnt)
Baca juga:
Takhta dan Kutukan Kudeta Negeri Gajah Putih
*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!
Advertisement