26-8-1978: Terpilihnya Paus yang Memerintah Hanya 33 Hari

Albino Luciani terpilih menjadi pemimpin Tahta Suci Vatikan. Menjadi Paus Yohanes Paulus I. Sayang, masa pemerintahannya tak lama.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 26 Agu 2014, 06:12 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2014, 06:12 WIB
Paus Yohanes Paulus I
Paus Yohanes Paulus I (Wikipedia)

Liputan6.com, Vatikan - Hari itu, 26 Agustus 1978, Albino Luciani terpilih menjadi pemimpin Tahta Suci Vatikan. Memilih nama Paus Yohanes Paulus I, ia menggantikan Paus Paulus VI.

Mantan Uskup Vittorio Veneto itu terpilih dari  111 kardinal -- hanya 27 di antaranya orang Italia. Prosesnya relatif cepat, pada pemungutan suara keempat.  Padahal, ia kurang terkenal di luar Italia. "Bagiku, dia adalah kandidat dari Tuhan," kata Kardinal Inggris, kala itu, memberi penjelasan mengapa ia memilih Luciani.

Paus Yohanes Paulus I adalah yang pertama memilih nama ganda. Penggantinya, Kardinal Karol Wojtyla, memilih nama yang serupa -- Paus Yohanes Paulus II.

Sayang, masa pemerintahannya tak lama. Hanya 33 hari, terpendek dalam sejarah kepausan. Sebelum fajar menyingsing pada 29 September 1978, ia ditemukan meninggal dunia dalam posisi duduk di tempat tidurnya.

Dalam keterangannya, Vatikan menyebut, Sri Paus yang kala itu berusia 65 tahun wafat diduga kuat akibat serangan jantung pada malam sebelumnya.

Di malam terakhirnya, Paus diketahui makan malam di kediamannya di  Istana Apostolik, Vatikan, bersama dua sekretarisnya, pastor Italia  Diego Lorenzi dan pastor asal Irlandia, John Magee. Hidangan yang mereka santap sederhana: sup bening, daging anak lembu, kacang segar, dan salad.

Dua sekretarisnya masing-masing menyesap anggur, Sang Paus hanya minum air putih. Sesaat setelah pukul 21.00, Paus beristirahat, ia masih sempat menyetel jam wekernya pukul 04.30.

Subuh hari berikutnya, seperti biasa, seorang biarawati bernama Suster Vincenza membawa termos kopi ke ruang kerja Paus. Mengetuk pintu kamar, sambil mengucap selamat pagi. Namun tak ada jawaban. Seperempat jam kemudian, ia kembali dan mengetuk lagi. Juga tak ada jawaban.

Curiga dan khawatir, sang suster memutuskan masuk. Di dalamnya, Paus terduduk kaku di tempat tidur, masih mengenakan kacamata, beberapa lembar kertas tergenggam di tangannya. Suster Vincenza memeriksa denyut nadinya, tak ada. Pergelangannya sedingin es. Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Jean Villot, dihubungi. Panik pun melanda Vatikan pagi itu.

Wakil kepala pelayanan kesehatan Vatikan, Dr Renato Buzzonetti yang melakukan pemeriksaan internal, mendiagnosis, Paus Yohanes Paulus I mengalami serangan jantung sekitar pukul 23.00 malam itu.



Paus Yohanes Paulus I dikenang dengan julukan  "Il Papa del Sorriso" (The Smiling Paus) dan "Il Sorriso di Dio" (Senyum Allah) -- karena sikapnya yang ramah dan hangat. Ia dimakamkan di Grottoes Vatikan.

Namun, meski telah lama berpulang, kematian Paus Yohanes Paulus I terus menimbulkan sejumlah teori konspirasi. Apalagi, semasa hidupnya, Albino Luciani dikenal bukan perokok, jarang minum minuman beralkohol, dan punya sejarah panjang tekanan darah rendah -- penjelasan bahwa ia terkena serangan jantung mendadak sulit diterima. Pemeriksaan post-mortem juga tak dilakukan.

"Ada kesan yang kuat bahwa Vatikan ingin menyembunyikan sejumlah bukti," kata John Julius Norwich, penulis buku The Popes: A History, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail.

Meski mungkin Paus Yohanes Paulus berpulang karena sebab wajar, hingga kini masih ada orang yang menduga kematiannya tak wajar. Sejumlah hal yang digunakan sebagai bahan spekulasi:  ruang tidur Paus yang tertutup rapat, seorang uskup agung yang punya kaitan dengan mafia, proses pembalseman dilakukan dengan tidak tergesa-gesa...Sebuah misteri. (Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya