7-3-2007: Garuda Indonesia Celaka Saat Mendarat di Jogja

Kecelakaan berakibat fatal. Sebanyak 22 orang, 21 penumpang dan 1 awak kabin, tewas. Sementara 112 lainnya beruntung selamat.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 07 Mar 2015, 06:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2015, 06:00 WIB
Kecelakaan pesawat Garuda Indonesia di Yogyakarta
Kecelakaan pesawat Garuda Indonesia di Yogyakarta (Wikipedia)

Liputan6.com, Yogyakarta - Langit sedang cerah bersahabat di atas Yogyakarta, Rabu 7 Maret 2007. Jarum jam saat itu menunjuk ke pukul 06.55 WIB. Pesawat Garuda Indonesia Penerbangan GA-200 yang terbang dari Jakarta sesaat lagi mendarat di landasan Bandara Adisucipto.

Namun, pendaratan berlangsung jauh dari mulus.

Kapal terbang yang dipiloti Kapten Marwoto Komar itu turun dalam kondisi miring tajam. Oleng. Kecepatan pesawat melampaui kecepatan operasi dengan wing flaps.

Lalu, sistem peringatan bahaya Ground Proximity Warning System (GPWS) meraung-raung selama 15 kali. 'Go around, go around (terbang kembali)," teriak sang kopilot Gagam Saman Rohmana. GA-200 mendarat pada daerah touch down zone atau kurang lebih 650 meter dari ujung landasan pacu (departure runway) 09.

Setelah menyentuh landasan,  pesawat mengalami bouncing 2 kali. Saat kembali menyentuh landasan kali ketiganya, roda pendarat depan patah menyisakan batangan logam.

Gesekan logam pada landasan menimbulkan percikan api pada sisa landasan pacu. Pesawat pun gagal berhenti di titik yang ditentukan, terus meluncur dengan kecepatan tinggi hingga menabrak pagar besi bandara. Roda menabrak tanggul, sementara sayap bagian kanan patah akibat menghantam tanah di lahan pertanian.  

Patahannya kemudian terlempar ke arah kiri pesawat, sehingga bertumpuk pada sayap kiri. Akibatnya, bahan bakar yang tertampung di bagian sayap tumpah dan menyebar ke area persawahan.

GA-200 kemudian berhenti di area persawahan dalam kondisi terbakar. Asap hitam mengepul. Suara ledakan terdengar mengerikan.

"Mobil pemadam kebakaran dan rescue Bandara Yogyakarta tidak dapat mencapai lokasi kecelakaan. Sebagian mobil pemadam kebakaran tidak memiliki bahan pemadam api yang cocok. Kelambatan dalam pemadaman, dan kekurangan bahan pemadam api yang cocok mengurangi efektifitas pertolongan terhadap korban," demikian kutipan Laporan Akhir KNKT terkait Penyelidikan Kecelakaan Pesawat Boeing 737 Garuda Indonesia GA200 di Yogyakarta, seperti dimuat situs Kementerian Perhubungan.

Kecelakaan pesawat itu berakibat fatal. Sebanyak 22 orang -- 21 penumpang dan 1 awak kabin -- tewas. Sementara 112 lainnya beruntung selamat.

Termasuk dalam daftar yang tewas adalah Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada. Juga 5 warga Australia, salah satunya adalah Atase Pers di Kedutaan Besar Australia, Elizabeth O'Neill. Mereka menuju Yogyakarta terkait agenda kunjungan Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer di Kota Gudeg.

Sementara, Din Syamsuddin yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah mengalami luka ringan.

Pada 2 November 2007, pilot GA-200, Kapten Marwoto Komar ditetapkan sebagai tersangka. Ia kemudian disidang pada 2008, menjadi kasus pertama di dunia yang mendudukkan pilot sebagai terdakwa dalam kasus kecelakaan penerbangan.

Pemidanaan terhadap Marwoto Komar dianggap jadi preseden buruk  dalam dunia penerbangan.

Selain kecelakaan GA-200, tanggal 7 Maret menjadi momentum peristiwa bersejarah. Pada 1876,  Alexander Graham Bell diberikan paten untuk penemuannya yang ia sebut telepon.

Sementara, pada 7 Maret 1967, MPRS mencabut mandat dari Presiden pertama RI Sukarno. Dan pada 1989, Dewan Kenegaraan Republik Rakyat Tiongkok mengumumkan status darurat militer di Lhasa, Tibet. (Ein/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya