Liputan6.com, Roseburg Seorang penderita cerebral palsy (CP) menggunakan mesin ketik manual untuk menciptakan lukisan-lukisan indah. Seniman Paul Smith menderita cerebral palsy sejak kecil. Namun demikian, ia menggunakan mesin ketik manual menjadi alatnya untuk melukis.
Almarhum seniman yang menghabiskan hari tuanya di panti jompo Rosehaven di Roseburg di negara bagian Oregon ini menjadi sumber ilham bagi orang-orang di sekitarnya semasa hidupnya. Pria itu lahir pada 21 September 1921, tahun-tahun yang tidak begitu mendukung bagi penderita cacat otak seperti dirinya.
Namun demikian, ia menjalankan 85 tahun hidupnya dengan seni, termasuk sekitar 7 dekade menjadi pelukis dengan mesin ketik, sejak ia berusia 11 tahun. Ini bukanlah hal mudah bagi seseorang yang tidak dapat menggenggam alat tulis seperti dirinya. Ia memerlukan waktu selama 16 tahun untuk berbicara dan 32 tahun untuk berjalan.
Advertisement
Sasaran lukisan-lukisannya mudah dikenal secara umum, misalnya hewan-hewan, alam, kisah perang, dan lambang-lambang keagamaan. Karya-karyanya termasuk kegemaran masa kecilnya akan kereta api, pemuka rohani seperti Paus, Yesus, dan Bunda Theresa.
Ia juga menciptakan rekaan sejumlah karya terkenal yang disukainya seperti “Mona Lisa” oleh Leonardo da Vinci, “The Thinker” oleh Auguste Rodin, dan “Washington Crossing the Delaware” oleh Emanuel Gottlieb Leutze.