Liputan6.com, Hong Kong - Tujuh bulan setelah polisi Hong Kong membubarkan demonstrasi prodemokrasi, hari ini diperkirakan 10.000 orang akan turun ke jalan untuk memperjuangkan pemilu bebas. Hari ini, 1 Juli 2015, persis 18 tahun Hong Kong diserahkan Inggris ke China.
Selain berdemonstrasi, mereka juga akan menggelar upacara kenaikan bendera yang akan dihadiri oleh pejabat China paling senior di Hong Kong, Zang Xiaoming, yang pernah berbicara bahwa kota Hong Kong harus mengubah fokus dan konsentrasi dari pembangunan ekonomi ke politik.
Ribuan polisi diperkirakan akan berjaga-jaga untuk acara ini. Media setempat memperkirakan suasana akan sedikit tegang mengingat insiden beberapa waktu lalu.
"Saya pikir semangat (untuk demokrasi) masyarakat Hong Kong tidak berubah. Kami percaya mereka akan ikut serta dalam pawai dan demo kali ini," kata Daisy Chan, kepala Front Hak Asasi Manusia Sipil, sebagai penggagas kepada ChannelNewsAsia, Rabu (1/7/2015)
Hampir dua minggu legislatif Hong Kong memveto Beijing untuk meminta reformasi untuk pemilihan umum. Hal ini membuat Beijing menghadapi tantangan yang serius dalam pemerintahan mereka. 1 Juli menjadi momentum warga Hong Kong untuk turun ke jalan menuntut kehidupan politik yang lebih terbuka.
Pada 1 Juli 2003, hampir setengah juta orang turun ke jalan menuntut dibubarkan undang-undang anti subversif--dan berhasil. Hasilnya, pada 2005, Wali Kota Tung Chee-hwa, harus turun dari jabatannya yang baru dijalani dua tahun.
Sejarah mencatat, kembalinya Hong Kong ke China dengan janji "satu negara, dua sistem" membuat hampir sebagian besar menolak dan banyak yang eksodus keluar Hong Kong ke negara commonwealth seperti Australia untuk menghindari pemerintahan China. (Rie/Yus)