Liputan6.com, Dallas - Hari ini 30 tahun lalu, embusan angin kencang yang datang tiba-tiba menyebabkan kecelakaan pesawat di Bandara Fort Worth, Dallas, Texas, Amerika Serikat. Akibatnya 137 orang tewas karenanya.
Tak semua nyawa yang melayang adalah penumpang dan awak pesawat, yang jumlahnya 135 nyawa. Dua korban lainnya berasal dari darat, salah satunya pengemudi motor yang tewas tersambar burung besi yang meluncur turun.
Baca Juga
Angin kencang yang berembus tanpa peringatan membuat kapal terbang itu oleng dan tak terkontrol. Badai begitu liar dan ganas.
Advertisement
Penerbangan Delta 191 yang dipiloti oleh Kapten Edward Connors meninggalkan Fort Lauderdale, Florida, pada sore hari, menuju Dallas, Texas.
Awalnya, para penumpang di dalam Lockheed L-1011 itu, menikmati penerbangan yang berlangsung normal, hingga pesawat yang mereka tumpangi mendekati daerah Dallas di tengah musim panas yang 'langganan' badai.
Para awak penerbangan 'biasa' menghadapi badai musim panas di Texas. Sehingga saat Kapten Connor melihat petir menyambar di sebelah utara, petugas menara pengawas menganggap itu hal biasa.
Namun, sekian detik kemudian di ketinggian 800 kaki, pesawat memasuki pusaran badai besar. Badan kendaraan udara itu 'dihajar' angin kencang, hujan deras, dan sambaran petir.Â
Pertama, pesawat terhantam oleh angin kencang dari arah belakang, lalu tiba-tiba, ia kehilangan kecepatan dan pengendali ketinggian. Kapten Connor langsung mencoba mengaktifkan tombol katup untuk memaksimalkan bahan bakar.
Namun sayang, semua terlambat, Delta 191 kehilangan kendali dan terjun ke bawah, menghantam daratan, menyambar pengendara motor yang langsung tewas seketika, menabrak dua tangki air, lalu pesawat itu terbakar hebat. Insiden itu terjadi hanya sekian kilometer dari landasan.
Kecelakaan menewaskan 137 orang dan menyisakan 29 orang yang beruntung selamat.
Awan Microbust
Bagaimana sebuah burung besi yang hanya 800 kaki dari daratan dan nyaris mendarat bisa jatuh tanpa peringatan?
Setelah dilakukan berbagai investigasi yang panjang, Komite Nasional Keamanan Penerbangan AS menyimpulkan bahwa badai tersebut disebabkan oleh awan mikrobust, seperti dijelaskan dalam situs Accu Weather.
Tahun 1985, meskipun efek angin samping telah diketahui oleh penerbang, mikrobust jarang dipelajari dan para pilot belum punya banyak pengetahuan tentang badai ini.
Saat itu, belum ada kerja sama yang fokus dari menara kontrol, badan meteorologi, serta maskapai penerbangan.
Mengubah Sistem
Kecelakaan tersebut menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi dunia penerbangan di seluruh dunia. 28 tahun kemudian bandara udara Dallas bersama hampir seluruh bandara di AS dilengkapi dengan peralatan peringatan dini yang mutakhir, strategi penyelamatan kecelakaan yang terkini, dan pelatihan yang lebih baik.
Peralatan ini disebut Terminal Doppler Weather Radar units. Yang berfungsi untuk mendeteksi ancaman awan mikrobust. Para penerbang juga dilengkapi dengan kecakapan menghindari awan silent killer itu.
"Semua kru penerbangan, harus dan wajib mendapatkan pelatihan ini," kata Lynn Lunsford manajer publik untuk Federal Aviation Administration, seperti dikutip dari Dallas News. "Salah satu buku pedoman dalam simulator berasal dari profil kecelakaan Delta 191."
Tidak hanya para penerbang, para pemadam kebakaran pun mendapatkan pelatihan bagaimana memadamkan api di area-area yang sulit dijangkau.
"Sebelum kasus Delta 191, kami para pemadam kebakaran hanya punya pengetahuan memadamkan api dengan air dan busa," kata Brian McKinney, Kepala Pemadam Kebakaran Bandara Udara Dallas.Â
"Sekarang setiap bandara AS mempunyai alat pemadam kebakaran yang bisa menjangkau medan apa pun. Bandara juga wajib memiliki sistem kegawatdaruratan yang terhubung segera dengan rumah sakit. (Ein/Ans)