Aung San Suu Kyi Menang Pemilu, Presiden Myanmar Ucapkan Selamat

Thein Sein menegaskan, pemerintah akan menerima hasil pemilu dan menyetujui permintaan Suu Kyi untuk segera mengadakan pembicaraan.

oleh Rinaldo diperbarui 12 Nov 2015, 05:14 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2015, 05:14 WIB
20150729-Pemilihan-Umum-Myanmar2
Aung San Suu Kyi menyerahkan dokumen pencalonannya sebagai Presiden di kantor Komisi Pemilihan Thanlyin (29/7/2015). Myanmar akan melakukan pemilu pertama kalinya setelah 25 tahun keran demokrasi ditutup. (REUTERS/Soe Zeya Tun)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Myanmar Thein Sein mengucapkan selamat kepada Aung San Suu Kyi setelah partai Suu Kyi muncul mengalahkan partai berkuasa dalam pemilihan umum bebas pertama di Myanmar setelah 25 tahun, dengan kemenangan mutlak di parlemen.

"Selamat kepada Ketua Aung San Suu Kyi dan partainya karena telah mengumpulkan dukungan dari rakyat," demikian pernyataan yang diunggah di Facebook juru bicara kepresidenan Myanmar, seperti dilaporkan Reuters, Rabu 11 November 2015.

Thein Sein menegaskan, pemerintah akan menerima hasil pemilu dan menyetujui permintaan Suu Kyi untuk segera mengadakan pembicaraan rekonsiliasi, kendati keduanya belum sepakat dengan waktu dan lokasi perundingan.

"Pemerintah akan menghormati dan mengikuti pilihan dan keputusan rakyat, dan melakukan peralihan kekuasaan secara damai sesuai dengan jadwal," kata pernyataan tersebut.

Dikatakan pula, presiden akan bekerja dengan semua orang untuk menjamin stabilitas dalam periode pasca-pemilu.

Belum Tentu Jadi Presiden

Partai oposisi Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) sejauh ini telah memenangkan lebih dari 80 persen kursi dalam majelis rendah, dan memimpin perolehan kursi di majelis tinggi dan majelis regional.

Jika hasil akhir pemungutan suara mengonfirmasi perolehan tersebut, maka kemenangan Suu Kyi akan menggantikan penguasa lama, mantan jenderal yang telah memimpin Myanmar semenjak junta militer menyerahkan kekuasan kepada pemerintahan semi-sipil Thein Shein, 2011 silam.

Suu Kyi juga telah mengundang pimpinan tentara berkuasa untuk mengadakan pembicaraan rekonsiliasi, tapi surat tersebut belum mendapat tanggapan.

Di bawah konstitusi yang disusun hampir selama 50 tahun kekuasaan, militer memegang kekuasaan yang sangat besar dalam lembaga-lembaga politik Myanmar. Tidak jelas bagaimana nanti Suu Kyi dan para jenderal akan bekerja sama.

Kenyataannya adalah, hubungan antara Suu Kyi dan kepala angkatan bersenjata Min Aung Hlaing sangat tegang. Sumber konflik terbesar antara Suu Kyi dan militer adalah klausul dalam konstitusi yang menghalangi Suu Kyi duduk di kursi kepresidenan karena anak-anaknya yang berkewarganegaraan asing.

Beberapa pihak menduga, militer sengaja memasukkan klausul tersebut untuk menjegal Suu Kyi menjadi presiden. (Ado/Nda)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya