Liputan6.com, Jakarta - Donald Trump kembali bikin kontroversi. Kandidat calon Presiden Amerika Serikat itu meminta agar muslim dilarang memasuki wilayah Amerika Serikat.
Sontak, pernyataannya itu ditentang. Gedung Putih berpendapat, pengusaha nyentrik itu seharusnya 'didiskualifikasi' dari proses Pilpres. Bahkan, juru bicara Pentagon mengatakan, apa yang dikatakan Trump mengundang risiko terhadap keamanan AS.
Departemen Pertahanan AS menggarisbawahi, banyak anggota militer yang muslim. Yang membela negerinya di garis depan zona perang.
AS juga bekerja sama dengan negara Islam. "Kita ingin melawan ISIS dengan bantuan muslim di seluruh dunia," kata juru bicara Pentagon seperti dikutip dari CNN.
Sebagai calon orang nomor satu di Negeri Paman Sam, Trump mungkin tak melek sejarah.
Padahal, ada benang merah antara sejarah kemerdekaan Amerika Serikat dengan Islam: salah satunya dibuktikan melalui Thomas Jefferson dan Alquran miliknya.
Fakta tersebut menyeruak pada 2006 lalu. Kala itu, Keith Ellison terpilih sebagai anggota Kongres AS dari negara bagian Minnesota.
Politisi Partai Demokrat itu menjadi muslim pertama yang bergabung dalam lembaga legislatif tersebut.
Saat pengambilan sumpah, ia menggunakan Alquran dari perpustakaan Thomas Jefferson --Â pencetus Deklarasi Kemerdekaan AS.
Baca Juga
Advertisement
Keputusannya itu jadi kontroversi. Dan, orang-orang pun bertanya-tanya, bagaimana bisa Bapak Pendiri AS itu punya salinan Alquran?
Ketika kabar tersebut sampai ke telinga seorang penulis buku, Denise Spellberg, ingatannya yang lama terkubur, menyeruak. Â
"Aku sudah lama tahu bahwa Jefferson punya Alquran, namun perhatian media terarah pada anggota Kongres yang menggunakannya dalam pengambilan sumpah. Aku tak mengira Alquran itu selamat," kata dia, seperti dikutip dari situs 15 Minutes History yang dikelola The University of Texas, Austin.
Sebagian besar buku-buku dan dokumen milik Thomas Jefferson hancur saat Inggris membakar Capitol and the Library of Congress pada 1814.
Dalam bukunya 'Thomas Jefferson's Qur'an: Islam and the Founders', Spellberg menggambarkan bagaimana Alquran diduga kuat mempengaruhi ide-ide Presiden ke-3 AS tentang pluralitas dan kebebasan beragama.
Â
Thomas Jefferson adalah seorang pencinta buku. "Ia memesan salinan Alquran pada tahun 1765, 11 tahun sebelum ia menuliskan Deklarasi Kemerdekaan," kata Spellberg, seperti Liputan6.com kutip dari artikel 'The Surprising Story Of 'Thomas Jefferson's Qur'an' yang dimuat di situs NPR pada 13 Oktober 2013.
Spellberg menambahkan, saat ini orang cemas dan curiga dengan ajaran Islam, "kebanyakan karena orang-orang belum memahami Islam dengan baik."
Pun pada masa itu di Amerika dan Eropa. Citra Islam pada Abad ke-18 justru diwakili para perompak.
Baca Juga
"Namun Jefferson merasa ingin tahu tentang agama tersebut (Islam) dan aturannya, itu mengapa ia membeli Alquran."
Keputusannya membeli Alquran mungkin juga dilatarbelakangi bidang studinya. Kala itu Jefferson belajar ilmu hukum di College of William and Mary.
Ia membeli salinan terjemahan Alquran yang ditulis George Sale di sebuah toko buku di Duke of Gloucester Street, London dan mengirimkannya ke Virginia.
Buku itu adalah terjemahan Alquran terbaik ke Bahasa Inggris pada masanya.
Serupa dengan Piagam Madinah
Desakan Amerika Serikat menjadi negara yang hanya mengakui satu agama: Kristen Protestan, menyeruak kala itu.
Bahkan, Katolik -- yang dianggap mengakui kekuatan asing lewat Paus dan Vatikan dianggap 'orang luar'. Apalagi umat Islam dan Yahudi.
Dan, pada 1788, saat negara-negara bagian akan meratifikasi Konstitusi, masalah identifikasi non-Kristen adalah bagian dari perdebatan.
Namun, seperti dikutip dari situs Oxford Islamic Studies, ada kesamaan antara pernyataan merdeka AS dengan Piagam Madinah.
Bahkan Amandemen Pertama Konstitusi AS menjamin kebebasan beragama.
Salah satu isi Piagam Madinah adalah terkait pluralitas dan persatuan melawan ancaman dari luar, juga perlindungan bagi kaum minoritas.
Tak diketahui pasti apakah Jefferson familiar dengan Piagam Madinah yang disusun oleh Nabi Muhammad pada tahun 622 Masehi.
Diduga kuat pemikirannya dipengaruhi terjemahan ayat-ayat Alquran tentang pluralisme. Salah satunya, Surat Al Baqarah ayat 62.
Dan bagi Jefferson dan pendiri AS lainnya, meski hanya minoritas, menyertakan muslim berarti membuka pintu bagi semua umat beragama: pemeluk Yahudi, Katolik, dan lainnya. "Jika muslim dikesampingkan, itu berarti tak ada prinsip-prinsip universalitas bagi semua pemeluk agama di AS."
Jefferson, George Washington, dan para pendiri AS yang memproyeksikan populasi AS di masa depan, ironisnya, tak mengetahui bahwa kala itu sudah ada pemeluk Islam di AS. Mereka adalah para budak, yang dibawa dari Afrika barat dengan paksa.
Apapun, pada 9 Desember 1805, Thomas Jefferson menjadi tuan rumah acara buka puasa bersama (iftar) di AS, yang digelar di Gedung Putih.
Acara tersebut tak direncanakan sebelumnya. Kala itu, ia menerima utusan dari pemerintah Tunisia. Mengetahui tamunya sedang berpuasa, Jefferson memundurkan pertemuan dan acara makan bersama hingga waktu Matahari terbenam.
Sejauh mana pengaruh Alquran pada diri Thomas Jefferson tak pernah diketahui secara pasti. Namun yang jelas, pengetahuannya tentang Islam, dan agama lainnya, didukung pendidikan yang didapat dari College of William and Mary, dan dipengaruhi pemikiran Abad Pencerahan (Enlightenment) mempengaruhinya dalam penyusunan nilai-nilai hakiki yang dianut dan dibanggakan Amerika Serikat saat ini.
Dan fakta-fakta itu yang mungkin yang dilupakan, atau diabaikan, oleh seorang Donald Trump...
Advertisement