Rencanakan Teror, Teman Penembak Massal California Ditangkap

Enrique Marquez adalah orang pertama yang ditangkap dalam serangan teroris mematikan di AS sejak serangan 9/11 atau 11 September.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Des 2015, 09:53 WIB
Diterbitkan 18 Des 2015, 09:53 WIB
Rencanakan Teror, Teman Penembak Massal California Ditangkap
Enrique Marquez yang ditahan karena diduga terlibat penembakan massal di San Bernardino, California, Amerika Serikat. (ABC News)

Liputan6.com, California - Meski penembak massal di San Bernardino sudah tewas dalam baku tembak, kepolisian setempat masih menyelidiki motif di balik serangan tersebut. Menurut informasi terbaru, seorang teman salah satu penyerang yang menewaskan 14 orang itu, ditangkap.

Enrique Marquez adalah orang pertama yang ditangkap dalam serangan teroris mematikan di AS sejak serangan 9/11 atau 11 September. Pemuda 24 tahun itu dituduh bersekongkol dengan pria bersenjata, Syed Farook untuk menyerang sebuah universitas pada 2011 dan 2012.

Marquez juga dituduh membeli 2 senapan yang digunakan Farook dan Tashfeen Malik secara ilegal.

"Untuk sementara belum ada bukti bahwa Marquez berpartisipasi dalam serangan 2 Desember atau mengetahui rencana serangan tersebut. Tapi keterlibatannya dalam pembelian senjata api ilegal dan tak memberitahu pihak berwenang tentang niat Farook melakukan pembunuhan massal memiliki konsekuensi fatal," kata Jaksa AS Eileen Decker seperti dikutip dari BBC, Jumat (18/12/2015).

Menurut laporan pengaduan kejahatan, Marquez disebutkan sempat menghubungi layanan darurat beberapa jam setelah penembakan San Bernardino dan mengatakan kepada operator bahwa penyerang menggunakan pistol miliknya.

Tuduhan terhadap Enrique Marquez seakan memberikan gambaran terhadap dugaan keberadaan sel teroris di Amerika. 

Menurut FBI, dari rincian informasi yang diperoleh selama 11 hari wawancara dengan Marquez, disebutkan bahwa ia mengakui perannya dalam merencanakan pembunuhan -- namun tak dijelaskan aksi pembunuhan yang mana.

Marquez juga menjelaskan kepada pihak berwenang secara detail tentang plot teroris sebelumnya yang pernah ia lakukan.

"Marquez dan Farook berencana mengebom sebuah universitas lokal tempat mereka berdua menimba ilmu, dan menembak siswa saat mereka melarikan diri," sebut catatan pengadilan.

"Mereka juga memiliki rencana untuk menyerang sebuah jalan tol pada jam sibuk sore hari, dengan menjatuhkan bom pipa ke mobil dan menembaknya. Mereka juga menargetkan penegak hukum," sambung catatan tersebut.

Meskipun bom-bom itu tak jadi diledakkan, namun beberapa bom pipa diketahui digunakan dalam serangan San Bernardino.

Marquez -- yang terlihat seperti orang Kaukasia-- mengatakan kepada para penyelidik, ia membeli senjata untuk Farook karena ia tak terlihat mencurigakan. Sementara Farook memiliki rupa khas Timur-Tengah yang kerap dicurigai sebagai teroris.

Pada 2012, kata pihak berwenang, ia dan Farook mengunjungi tempat latihan menembak dan terus merencanakan serangan yang sudah disiapkan. Tapi kemudian Marquez menjauhkan diri dari Farook, karena banyak terjadi penangkapan tersangka teroris di daerah itu.

Pihak berwenang juga mendakwa Marquez atas pernikahan palsu dengan kerabat Farook, agar dia bisa mendapatkan status hukum di AS. Menurut catatan pengadilan, dia membayar setiap bulan untuk hal tersebut.

Teradikalisasi?

Tomlinson Avenue Riverside - di mana Marquez dan Syed Rizwan Farook pernah tinggal bersebelahan -- berada di jalan pinggiran kota yang merupakan pusat komplotan itu beraksi.

Di sebuah rumah itu, Marquez diperkenalkan dengan Islam oleh Farook. Di tempat itu pula diduga menjadi lokasi penayangan video radikal, termasuk ceramah oleh seorang mantan pemimpin Al Qaeda, Anwar Al-Awlaki.

Dari keterangan Marquez juga diketahui bahwa ia sempat menonton video online milik US-based tactical equipment manufacturer untuk berlatih menembak di California. Ia juga mengaku mempelajari sebuah majalah Al Qaeda yang ditulis dalam bahasa Inggris, tentang cara membuat bom.

Perencanaan yang dilakukan secara online, yang tak terdeteksi oleh pihak berwenang, saat ini menjadi topik hangat dalam debatan tentang keseimbangan antara kebebasan dan keamanan di AS.

Agen federal menyerbu rumah ibunda Farook di Riverside, California, yang ditinggalinya selama 3 hari setelah penembakan massal. Farook dan istrinya kemudian tewas setelah terjadi baku tembak dengan polisi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya