Resmi, China Hapus Kebijakan 1 Anak

Mulai 1 Januari 2016, pasangan diperbolehkan memiliki maksimal 2 anak.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 28 Des 2015, 08:59 WIB
Diterbitkan 28 Des 2015, 08:59 WIB
Ilustrasi Bayi
Ilustrasi Bayi.

Liputan6.com, Beijing - Mulai 1 Januari 2016, pemerintah China memperbolehkan tiap pasangan memiliki dua anak. Pemberitahuan ini merupakan pengumuman resmi setelah parlemen Tiongkok mengetuk palu di rapat National People's Congress Standing Committee. Hal tersebut dilaporkan kantor berita Xinhua.

"Parlemen memtuskan bahwa kami telah menghapus kebijakan 1 anak, dan tiap pasangan diperbolehkan memiliki anak sebanyak 2 orang," tulis undang-undang Hukum dalam Populasi dan Keluarga Berencana.

Keputusan terbaru itu menggugurkan peraturan paling terkenal 'kebijakan 1 anak' yang telah berlaku  selama 3 dekade.

"Hal itu dilakukan demi memperbaiki keseimbangan perkembangan populasi China," tulis pernyataan Partai Komunis pada Oktober lalu, seperti dilansir CNN, Minggu 27 Desember 2015.

"China akan menerapkan kebijakan 'satu pasangan 2 anak,' demi menjawab tantangan populasi lanjut usia yang semakin tinggi," tambah pernyataan tersebut. 

Menurut sosiolog dari Peking University, Lu Jiehua, kebijakan baru ini akan berdampak pada 100 juta pasangan. China adalah negara dengan penduduk berjumlah 1.3 miliar, memperlakuan kebijakan satu anak untuk mengontrol pertumbuhan populasi pada 1970an.

Kebijakan tersebut banyak sekali kegagalannya. Pemerintah lokal banyak yang melakukan aborsi paksa, denda besar hingga pemaksaan sterilisasi.

Namun, sejalan dengan kebijakan itu, ketidakstabilan antara usia produktif dan non-produktif semakin tajam. Oleh sebab itu, semenjak awal tahun 2015, pemerintah meramu strategi dengan menghapus kebijakan tersebut.

Kendati sudah diubah, banyak kelompok hak asasi manusia mengatakan perubahan itu tidak cukup. Pemaksaan bakal tetap terjadi.

"Pasangan dengan dua anak bakal tetap menjadi subyek kekerasan, seperti pemaksaan kontrasepsi, hingga aborsi," kata peneliti populasi China, William Nee.

"Sekali lagi, negara seharusnya tak punya urusan berapa anak yang pasangan ingin miliki," tambahnya lagi.

Sebelum kebijakan satu anak berakhir, pemerintah Tiongkok melonggarkan peraturan dengan memperbolehkan pasangan memiliki dua anak apabila ibu atau ayahnya merupakan anak tunggal. Hal itu dilakukan pada Januari 2014.

Kebijakan terbaru ini mengakhiri peraturan selama 3 dekade, namun sebuah polling pada awal Januari 2015 mengatakan, hanya sebagian pasangan yang berniat menambah anak.

Di Beijing, hanya 30.000 pasangan saja yang mengambil formulir untuk memiliki anak ke 2 pada awal tahun ini. Jauh dari estimasi pemerintah yaitu 50.000 pasangan. Situasi yang sama terjadi di kota Shanghai dan Shenzen.

Kebanyakan orangtua di Beijing menolak memiliki anak lagi karena faktor keuangan.

"Membesarkan satu anak sudah membuat pengeluaran banyak, apalagi dua," ungkap seorang ayah yang memiliki anak perempuan berusia 3 tahun yang enggan disebut identitasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya