Liputan6.com, Beijing - Mobil-mobil dilarang melintas dan pabrik-pabrik diminta ditutup di Beijing pada hari Sabtu 19 Desember 2015. Hal itu dilakukan setelah kota itu sekali lagi diselimuti kabut asap berbahaya.
Pemerintah mengeluarkan peringatan bahaya tingkat empat, atau merupakan sistem peringatan empat tingkat yang paling serius.
Ini adalah peringatan kedua kalinya yang dikeluarkan dalam beberapa minggu terkhir. Hal itu berarti membuat banyak sekolah dan setengah dari kendaraan yang ada dilarang dipakai.
Advertisement
Baca Juga
Gelombang kabut asap diperkirakan akan menutupi penuh kota yang terkenal paling berpolusi ini sampai hari Selasa 21 Desember 2015 mendatang berhubung adanya angin kencang, seperti dilansir dari BBC, Sabtu 19 Desember 2015.
Tingkat PM2,5, atau partikel kabut asap paling kecil dan paling mematikan, melonjak sampai 303 mikrogram per meter kubik di sejumlah daerah di Beijing pada hari Sabtu. Kemungkinan bisa meningkat sampai 500 dalam beberapa hari ini - atau lebih dari 20 kali dari tingkat yang dianggap aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pusat Pengawasan Lingkungan Kota Beijing mengatakan secara keseluruhan kualitas udara adalah 104.
Sejumlah warga melaporkan di Weibo - atau Twitter versi Cina - bahwa kabut asap tidak seberat yang telah diperingatkan kepada mereka dan mengeluh tentang larangan mengemudi.
Pemerintah Tiongkok dikritik karena tidak segera mengeluarkan peringatan bahaya asap lebih sering. Sistem Peringatan empat tingkat ini telah dikeluarkan dua tahun lalu, namun baru bulan ini Beijing akhirnya mengumumkannya.
Kendati telat, banyak penduduk merasa pemerintah sekarang jauh lebih baik.
"Dahulu, pemerintah sama sekali tidak mengeluarkan peringatan apapun, meski asap begitu pekat," kata salah seroang warga bernama Ma Yunan.
"Sekarang, mereka telah merilis peringatan jauh sebelumnya agar kita bersiap. Tak hanya itu, mereka juga telah berbuat sesuatu untuk menanggulanginya," tambahnya lagi.
Polusi asap di Beijing kebanyakan karena pembangkit tenaga batu bara, asap industri dan banyaknya mobil. Selain itu, geografik kota itu memperburuk asap karena dikelilingi oleh pegunungan.
China adalah penghasil karbon terbesar di dunia. Kendati dalam konfrensi iklim dunia di Paris lalu, mereka berjanji mengurangi hingga 50 persen dalam lima tahun ke depan. Namun, para ahli berpendapat, gas emisi Tiongkok akan meningkat pada 2030 sebelum akhirnya akan diperkirakan menurun.