Liputan6.com, Singapura City - Pemerintah Singapura dilaporkan menangkap 27 pekerja konstruksi Bangladesh akhir 2015. Mereka diduga mendukung kelompok militan 'the armed jihad ideology' seperti ISIS. Sebanyak 26 dari mereka sudah dideportasi.
"Para pekerja tengah mempersiapkan diri untuk kembali ke negara asal dan siap berperang. Selain itu mereka juga telah mempelajari buku tentang teknik pembunuhan," ungkap Kementerian Dalam Negeri Singapura dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Daily Star, Kamis (21/1/2016).
"Mereka merencanakan kegiatan keji di Bangladesh dan negara-negara lain, bukan di Singapura. Namun mereka masih menjadi ancaman serius bagi kami," kata Perdana Menteri Lee Hsien Loong dalam sebuah postingan di Facebook, Rabu 20 Januari 2016.
Advertisement
"Kami memperketat keamanan dan berupaya melindungi keharmonisan ras serta agama kami dari radikalisasi dan terorisme. Kedua hal itu tak boleh berakar di Singapura," katanya.
Dalam sebuah postingan Facebook, Menteri Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam mengatakan pekerja itu bisa saja dengan mudah berubah pikiran dan menyerang Singapura.
Baca Juga
Kementerian tersebut juga menyatakan beberapa anggota kelompok itu bermaksud bergabung dengan kelompok ISIS di Irak dan Suriah.
"Mereka mendukung 'the armed jihad ideology', kelompok teroris seperti Al Qaeda dan ISIS di Irak dan Suriah," jelas kementerian melalui sebuah pernyataan.
Ke-27 laki-laki berusia antara 25 dan 40 tahun itu ditangkap antara 16 November dan 1 Desember 2015 lalu di bawah kewenangan Internal Security Act Singapura.
Mereka semua buruh di sebuah perusahaan konstruksi di Singapura. Mereka sebagian besar berasal dari Asia Selatan dan tinggal di asrama sempit.
"Para anggota kelompok itu berupaya menghindari deteksi dari otoritas. Mereka berbagi materi terorisme secara diam-diam, dan mengadakan pertemuan mingguan untuk mendiskusikan hal tersebut," kata kementerian itu sambil menambahkan bahwa grup tersebut juga aktif merekrut anggota.
Dari 27 warga Bangladesh yang ditangkap, salah satu tidak dideportasi dan menjalani hukuman penjara karena berusaha melarikan diri Singapura. Dia akan dipulangkan setelah menyelesaikan hukumannya.
Menurut para pejabat Singapura, negara yang menjadi target oleh militan karena banyak terdapat perusahaan multinasional dan merupakan pusat keuangan regional.