Liputan6.com, Jakarta - 24 Januari 1989 menjadi hari terakhir bagi Ted Bundy, terpidana mati kasus pembunuhan berantai yang menggegerkan Amerika Serikat. Pada hari itu, pria yang dikenal playboy dieksekusi mati di kursi listrik. Ia mengembuskan nafas terakhirnya dalam beberapa detik.
Bundy dinyatakan bersalah atas pemerkosaan dan pembunuhan puluhan wanita di Negara Bagian Florida dalam kurun waktu 11 tahun. Beberapa tahun setelah divonis, mantan pengacara mengungkap bahwa sebenarnya ada 100 perempuan yang menjadi korbannya.
Bermodalkan paras tampan dan bakat merayu, akal bulus Bundy selalu berhasil dilaksanakan. Banyak remaja atau mahasiswi yang terpikat dengannya. Setelah berhasil menaklukkan hati korban, pria yang drop-out dari studi hukum itu melancarkan aksinya.
Advertisement
Selain mahasiswi, sasaran Bundy adalah wanita yang ia temui di pusat berlanjaan dan taman. Modus pendekatan yang dilakukan Bundy bermacam-macam, seperti pura-pura bertugas sebagai polisi, atau pura-pura salah alamat untuk memberikan bantuan.
Setelah berhasil melakukan tipu daya, Bundy memperkosa korban. Setelah itu, ia membunuh korban menggunakan batang logam. Demikian seperti dimuat Philly.com.
Setelah sempat menjadi buron, lelaki flamboyan tersebut pada akhirnya berhasil ditangkap kepolisian setempat. Namun kemudian berhasil kabur dari penjara dua kali. Hal ini membuat warga sekitar, terutama kaum perempuan, ketakutan, bisa jadi incaran selanjutnya.
Bundy berhasil ditangkap kembali dan pada akhirnya diadili dan dijatuhi hukuman mati. Dalam eksekusi yang dilakukan pada pagi hari, Bundy tampak tenang. "Aku baik-baik saja," begitu kata dia di hadapan jaksa eksekutor dan para saksi eksekusi.
Bundy yang saat itu memiliki anak dan istri kemudian ditanya apakah ada pesan atau permintaan terakhir. "Sampaikan salam sayang saya pada keluarga dan sahabatku."
Tepat pukul 07.05 pagi waktu setempat, topi besi dipasang di kepala Bundy. Juga masker yang dipasang untuk menutupi wajahnya. Eksekusi di kursi listrik dimulai. Sengatan listrik 2.000 volt diaktifkan.
Kepala Bundy ketika itu langsung tersentak dan tubuhnya mendadak kaku seketika. Terpidana mati itu sudah tewas. Bundy dinyatakan meninggal pada pukul 07.16 waktu setempat.
Seorang psikiater sekaligus pembimbing spiritual, James Dobson mengungkapkan, Bundy sempat berkonsultasi padanya sebelum dieksekusi mati. Bundy mengaku menyesal, bertobat dan telah memohon ampun kepada Tuhan atas perbuatannya. Kisah Bundy ini kemudian menjadi objek penulisan buku dan serial film.
Sejarah lain mencatat pada 24 Januari 1966, pesawat jet Boeing 707 Air India jatuh di Mont Blanc, di perbatasan antara Perancis dan Italia, menewaskan 117 orang.