Serangan Udara AS Hancurkan Radio ISIS di Afghanistan

Ada total 4 serangan pesawat tak berawa menghantam stasiun radio, sebuah pusat kontrol ISIS di Afghanistan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 03 Feb 2016, 11:36 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2016, 11:36 WIB
Serangan Udara AS Hancurkan Radio ISIS di Afghanistan
Rakyat Afghanistan mendengarkan radio. (Reuters)

Liputan6.com, Kabul - Sebuah stasiun radio yang dioperasikan kelompok ISIS di Afghanistan dibombardir serangan udara Amerika Serikat (AS). Bangunan tersebut pun dilaporkan luluh lantak.

"Sebuah stasiun radio yang digunakan oleh kelompok militan ISIS hancur," kata pihak AS dan pejabat Afghanistan seperti dikutip dari BBC, Rabu (3/2/2016).

"Serangan pesawat tak berawak di kawasan terpencil Achin Nangarhar menghantam 'Voice of the Caliphate', stasiun radio yang dioperasikan oleh ISIS," kata para pejabat.

"Serangan udara berlangsung pada pukul 19.00-20.00 waktu setempat (14:30-15:30 GMT) pada hari Senin 1 Februari," ungkap juru bicara provinsi Nangarhar, Attaullah Khogyani kepada wartawan BBC, Mahfouz Zubaide.

Ada total 4 serangan pesawat tak berawak yang melanda stasiun radio itu, sebuah pusat kontrol internet dan lainnya ISIS target, tambahnya.

"21 anggota ISIS termasuk 5 operator stasiun radio tewas," jelas laporan tersebut.

Sementara CNN menyebut jumlah korban dalam insiden tersebut 29 orang.

Stasiun 'Voice of the Caliphate' menyiarkan laporannya dalam bahasa Pashto, Dari dan Arab, menyerukan propaganda anti-pemerintah serta merekrut kaum muda Afghanistan untuk bergabung dengan mereka.

Radio adalah sumber utama hiburan dan berita di Afghanistan. Di sana ada lebih dari 170 stasiun.

ISIS memperluas jajahannya ke Afghanistan tahun 2015 lalu, dan mulai menggunakan stasiun radio itu guna merekrut anggota baru. Mereka bentrok dengan pasukan Afghanistan, serta rival militan lainnya, Taliban.

Anggota ISIS juga telah menewaskan banyak orang lokal. Di mana para korban selamatnya menceritakan kisah-kisah kekerasan yang mengerikan dari militan tersebut.

Kelompok yang mengumumkan ekspansinya di Afghanistan pada bulan Januari 2015 itu memicu konflik dengan Taliban.

Taliban mengatakan mereka telah menyiapkan unit pasukan khusus terdiri dari 1.000 lebih untuk menghancurkan ISIS. Bulan lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani juga bersumpah untuk memberangus militan yang kekejamannya telah banyak memakan korban.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya