Liputan6.com, Basra - Sebuah dokumen milik Irak melaporkan bahwa pemerintahan negara tersebut kehilangan material yang mengandung radioaktif.
Benda tersebut dicuri tahun lalu. Menurut laporan itu, ditakutkan bahwa material tersebut berhasil dikuasai ISIS dan dijadikan senjata mematikan.
Material tersebut, yang disimpan dalam sebuah tas seukuran laptop, hilang pada November tahun lalu di sebuah gudang di kota Basra. Gudang itu dimiliki oleh perusahaan minyak milik AS Weaatherford WFT.N.
Advertisement
Dokumen yang menyebut soal bahan radioaktif yang hilang didapat Reuters, seperti dikutip Liputan6.com, Kamis (18/2/2016). Otoritas Irak membenarkan keaslian dokumen itu.
Dokumen tersebut tertanda Kementerian Lingkungan Hidup Irak, namun juru bicaranya mengatakan ia tak mau mengomentari isu tersebut demi keamanan nasional.
Bertanggal 30 November 2015, dokumen menyebut, "Pencurian radioaktif tinggi berjenis Ir-192 milik SGS dari gudang milik Weatherford di Rafidhia area, Provinsi Basra."
Sementara itu, perwakilan Weaatherford mengatakan dalam pernyataannya mereka tidak bertanggung jawab atas pencurian itu.
Baca Juga
"Kami tidak memiliki, mengoperasikan , atau mengontrol bunker di mana barang-barang itu disimpan," tulis pernyataan perusahaan itu.
Material itu mengandung sinar gamma untuk mengecek kekuatan pipa minyak dan gas atau biasa disebut dengan radiografi industri gamma. Benda itu dimiliki oleh perusahaan SGS Turki.
Perwakilan SGS di Turki menolak mengomentari masalah ini.
Sementara itu, pejabat AS mengatakan bahwa Irak pernah melaporkan kehilangan kamera yang mengandung radioaktif Iridium-192 yang tinggi ke International Atomic Energy Agency (IAEA) pada November tahun lalu.
"Sejak saat itu mereka masih mencari, tak jelas apakah dicuri atau lupa meletakkan di mana," kata pejabat yang tak mau disebut namanya.
'Bom Kotor'
Hilangnya Ir-192 itu jauh sebelum AS, Inggris dan sekutunya masuk ke Irak. Hal itu membuat ketakutan pihak keamanan zat radioaktif tersebut akan digunakan oleh ISIS.
"Kami takut elemen radioaktif itu akan jatuh ke tangan ISIS," kata pejabat senior Irak yang mengetahui insiden itu.
"Mereka bisa saja melekatkan Ir-192 ke bahan peledak untuk membuat bom berdaya ledak luar biasa, atau biasa disebut dirty bomb," tutupnya.
Selain bom kotor, material radioaktif itu bisa menyebabkan polusi berbahaya juga disimpan di suhu terbuka, kata David Albright, ahli fisika dari Institute for Science and International Security yang berbasis di Washington DC.
"Apalagi jika diletakkan di tempat ramai, mereka akan terpapar bahaya risiko radiasi gamma dari radioaktif itu," jelas Albright.