Australia Peringatkan Ancaman Teror di Indonesia, Ini Respons RI

Pihak kementerian luar negeri (Kemlu) Indonesia merespons bahwa sejauh ini pihak Australia baru menyebut soal indikasi.

oleh Andreas Gerry TuwoArie Mega Prastiwi diperbarui 25 Feb 2016, 14:29 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2016, 14:29 WIB
20160204-Simulasi: Polda Metro Jaya Diserang Teroris-Jakarta
Sejumlah personel anti teror saat melakukan simulasi penanggulangan bom di lapangan Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya, Kamis (4/2). Simulasi dilakukan untuk menempa kemampuan Polri dalam mengatasi teroris. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Australia mengeluarkan informasi terbaru tentang adanya kemungkinan serangan teroris di Indonesia. Peringatan ini dikeluarkan sebulan setelah serangan bom di pusat Jakarta.

Departemen Luar Negeri Australia atau DFAT mengatakan dalam buletin di laman mereka pada hari Kamis (25/2/2016), para turis hendaknya memerhatikan bahwa situasi di Indonesia kini dalam kewaspadaan tinggi, termasuk di Bali.

Laman itu tidak menjelaskan lebih lanjut tipe serangan. Namun hal itu dipercaya berupa serangan yang telah direncanakan dengan matang.

"Tingkat pemberitahuan ini secara keseluruhan tidak berubah. Warga Australia harus dalam tingkat kewaspadaan, termasuk di Bali," tulis laman itu, seperti dilansir dari The Guardian. 

"Kami juga terus menerima informasi adanya indikasi serangan lanjutan di Bali. Bisa terjadi kapan saja. Harap waspada di daerah ramai dan saat liburan," katanya.

 

Sehubungan dengan peringatan itu, pihak Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia merespons bahwa sejauh ini pihak Australia baru mengatakan adanya indikasi.

"Mereka hanya mengatakan adanya indikasi, dan sejauh ini mereka tidak meningkatkan travel advice ke Indonesia, atau tidak adanya kenaikan level ancaman di sini," kata juru bicara Kemlu, Arrmanatha Nasir, di Jakarta.

Kendati demikian, pria yang akrab dipanggil Tata itu mengatakan sejauh ini RI belum menerima adanya indikasi peningkatan ancaman di Indonesia. Bagaimana pun, kedua negara tetap bekerja sama dalam hal keamanan.

"Otoritas keamanan Australia dan Indonesia saling berbagi informasi terutama ke BIN dan polisi," ucap Tata. 

Menurut Benua Kanguru tersebut, Indonesia telah mengalami konflik separatisme selama beberapa dekade. Laporan juga mengatakan 500 hingga 700 WNI telah terbang ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Beberapa hari lalu, pihak Kementerian Luar Negeri RI mengumumkan telah mengembalikan 217 orang Indonesia yang terkait grup teroris internasional. Paling banyak ditemukan WNI berada di wilayah Turki.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya