Ternyata Tubuh Manusia Modern Miliki Jejak Evolusi Leluhur

Otot palamaris longus merupakan warisan dari leluhur manusia yang masih menggunakan tangan untuk memanjat.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 22 Mar 2016, 15:06 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2016, 15:06 WIB
Sisa Tulang di Tangan Menjadi Bukti Evolusi Manusia *FOTO
Otot palamaris longus. (Sumber R. K. George)

Liputan6.com, London - Ada sejumlah bagian tubuh yang sepertinya, setelah dipikir-pikir, tidak ada gunanya bagi kita. Namun demikian, setelah melihat jauh ke masa lalu dalam proses evolusi, barulah kita bisa membayangkannya.

Dikutip dari Daily Mail pada Selasa (22/3/2016), sebuah video yang diproduksi oleh Vox membahas sejumlah 'peninggalan' di sejumlah bagian tubuh kita yang disebut-sebut sebagai bukti evolusi manusia.

Salah satu yang paling menarik adalah otot di tangan yang dikenal sebagai palamaris longus. Ternyata, otot tersebut sudah tidak ada lagi pada sekitar 10-15% populasi manusia.

Otot palamaris longus merupakan warisan dari leluhur manusia yang masih menggunakan tangan untuk memanjat. Keberadaannya menjadi pendukung teori evolusi.

Otot palamaris longus merupakan warisan dari leluhur manusia yang masih menggunakan tangan untuk memanjat. (Sumber cuplikan video Vox)

Namun demikian, sebagaimana dijelaskan dalam video produksi Vox tersebut, ketiadaan otot tersebut tidak menjadikan seseorang menjadi lebih lemah. Seseorang yang tidak mempunyai otot itu tetap bisa menggenggam sama eratnya dengan mereka yang masih memilikinya.

Bentuk otot itu juga berbeda pada setiap orang. Bisa sebagai susunan tendon di atas dan otot di bawah, atau otot di tengah yang diapit oleh dua tendon di atas dan bawahnya, atau di bongkahan otot dengan tendon di tengahnya. Bisa juga sekedar berbentuk jalinan tendon. Letaknya juga bisa lebih dekat ke pergelangan tangan.

Dalam sebuah penelitian 2014 yang telah diterbitkan dalam BioMed Research International, para peneliti membeberkan bagaimana otot itu berukuran lebih panjang pada hewan-hewan primata semisal lemur yang lebih kerap menggunakan lengan mereka untuk memanjat.

Otot itu lebih pendek atau bahkan menghilang pada manusia dan kera yang tidak lagi menggunakan lengan mereka untuk memanjat sedemikian sering.

Di tempat lain, otot plantaris yang terletak di kaki digunakan oleh hewan-hewan untuk menggenggam dan mengutak-atik benda-benda menggunakan kaki mereka. Inilah sebabnya mengapa sejumlah kera terlihat mampu menggunakan kaki dan tangan.

Manusia juga memiliki otot plantaris ini, tapi tidak terlalu berkembang dan seringkali diambil oleh dokter ketika memerlukan jaringan tubuh guna rekonstruksi bagian lain pada tubuh manusia.

Rambut yang Merinding dan Tulang Ekor

Merinding...

Bulu meremang pada manusia diduga menjadi peninggalan leluhur manusia yang dulunya mungkin digunakan untuk memperbesar penampakan guna menakut-nakuti pamangsa. (Sumber Ildar Sagdejev)

Peninggalan lain yang kita warisi dari para leluhur adalah rambut yang meremang. Ketika kita kedingingan, otot-otot halus yang memegang akar rambut halus tubuh berkontraksi sehingga ujungnya seperti tegak.

Hal itu berguna bagi mamalia berbulu ataupun burung, karena hal ini menciptakan ruangan tambahan untuk insulasi dan membuat mereka lebih hangat.

Kegunaannya pada leluhur manusia adalah untuk membangkitkan rambut-rambut tubuh sehingga terlihat lebih besar guna menakut-nakuti pemangsa.

Rambut yang merinding menjelaskan apa yang kita rasakan, sebagaimana yang diukur oleh sejumlah peneliti pada 2014. Saat itu, para peneliti Korea menggunakan sensor tempelan yang dapat membaca perubahan kecil pada bulu meremang, proses yang dikenal dengan istilah ilmiah sebagai piloerection.

Menurut para peneliti itu, perubahan-perubahan yang terjadi dapat mencerminkan mood seseorang sehingga bisa dipakai untuk menentukan sejumlah semisal pengalaman orang terhadap musik, iklan internasional, atau bahkan suhu ruangan.

Tulang ekor (coccyx) adalah bagian paling bawah di tulang belakang manusia dan kera. Juga ada pada sejumlah mamalia lain, misalnya kuda. Tulang ini adalah peninggalan buntut dari para leluhur kita.

Seiring dengan berjalannya waktu, kita tidak lagi memerlukan ekor walaupun kita tetap memerlukan coccyx tersebut. Tulang itu sekarang berfungsi sebagai struktur pendukung bagi beberapa otot dan menjadi penopang ketika seseorang duduk atau bersandar.

Janin manusia masih mempunyai ekor kecil hingga usia 4 minggu, tapi kemudian sel-sel di ekor itu diprogram untuk berhenti bertumbuh. Setelah 4 minggu, janin manusia jadi mirip dengan janin mamalia lain pada tahap yang sama.

Evolusi manusia meniadakan ekor ketika minggu ke empat kehamilan, walau kadang masih terbawa hingga lahir sebagai ekor yang 'lunak'. (Sumber quora.com)

Pada kebanyakan hewan lain, ekor itu terus bertumbuh. Tapi sel-sel itu mati pada manusia dan kera. Kira-kira pada 6 hingga 12 minggu, sel-sel darah putih melumatkan ekor itu dan sang janin berkembang menjadi bayi biasa tanpa ekor.

Kebanyakan begitu. Tapi, walaupun jarang terjadi, ada beberapa anak yang terlahir dengan ekor yang ‘lembut’ dan tidak mengandung tulang, hanya berisi pembuluh darah, otot dan syaraf.

Telinga juga merupakan salah satu bagian tubuh yang menjelaskan riwayat evolusi kita. Ada 3 otot yang menempel pada telinga bagian luar tapi tidak banyak ruang geraknya, bahkan bisa dikatakan tidak bisa bergerak.

Alasan keberadaan otot-otot itu terlihat pada mamalia lain yang menggerakkan daun telinganya untuk mencari sumber suara.

Ada 3 otot di bagian luar telinga manusia yang sekarang tidak bisa bergerak lagi. (Sumber Outlander Anatomy)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya