Kisah Penyintas Kanker, Ikut Maraton ke-13 pada Usia 82 Tahun

Janji hati kalau Diana Green sembuh dari kanker ia akan ikuti London Maraton sekali saja. Namun, berlanjut hingga kini, maraton ke-13.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 24 Apr 2016, 23:50 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2016, 23:50 WIB
Kisah Perjuangan Penyintas Kanker: Maraton ke-13 di Usia 82 Tahun
Kisah Perjuangan Penyintas Kanker: Maraton ke-13 di Usia 82 Tahun (Telegraph)

Liputan6.com, London - Saat berusia 69 tahun, Diana Green tengah bersiap di depan garis start London Maraton pada 2003. Para pesaing berpikir, Diana tak 'pantas' mengikuti lari jarak jauh itu. Namun ia berhasil mematahkan anggapan meragukan itu.

"Aku tak menangis sedikit pun tatkala mendengar vonis atas tubuhku," kata Diana kini 82 tahun. Ia mendapatkan vonis kanker payudara 14 tahun lalu.

"Di pagi harinya sesudah vonis itu, aku memutuskan untuk menantang diriku sendiri, dan tantangan itu adalah London Maraton," ujarnya seperti dilansir dari Telegraph, Minggu (24/4/2016).

 

Awalnya, maraton 2003 itu akan diikuti sekali seumur hidup, tak disangka mantan pemilik toko seni itu keranjingan. Hingga saat ini, sudah 12 kali London Maraton ia ikuti. Bahkan maraton di New York, AS pun ia jajaki. Tahun ini, dia akan lari di London lagi, untuk kali ke-13 pada usia 82 tahun.

Tekad untuk menjadi sehat bagi Diana agak berbeda dengan sebagian besar orang. Dimulai setelah ia pulih dari bedah pengangkatan jaringan kanker di payudaranya, ia belajar jalan dan naik tangga di koridor RS Northhampton. Dengan infus di tiang, ia seret-seret, di dalam hati ia berjanji dalam hati, "Aku tak tahu apakah operasi ini berhasil atau tidak, tapi kalau berhasil, aku akan mulai latihan maraton."

Agar bisa bergabung dengan pelari, ia membeli sepeda kumbang tua untuk berolah raga.

"Pertama kali aku keluar rumah, aku pura-pura ke kantor pos. Mengayuh sepeda. Baru 500 meter aku sudah lelah. Aku duduk di tumpukan batu di pinggir jalan sambil berpikir, 'kok bisa-bisanya mau ikut lari maraton?'," kenang Diana.

Setelah 6 bulan berlatih, Diana berangkat ke London. Saat itu ia tak yakin bisa sampai ke garis akhir. Teman dan keluarga Diana ada di belakang, berjaga-jaga kalau saja dia pingsan.

"Aku mendengar suara, 'Ayo! Diana Green!' di Jembatan Tower, di sana, anak perempuanku, Susan melambaikan tangan. Aku bisa menangis kalau ingat itu," ujar Diana.

5 jam dan 20 menit kemudian, ia berhasil mencapai garis akhir. Awalnya, itu adalah maraton pertama dan terakhirnya. Hingga, saat ia berlibur ke Australia tahun berikutnya. Alam Benua Kanguru mengilhaminya untuk mengulang kembali maraton.

Pinggul Baru

Sejak saat itu, ia tak berhenti ikut maraton. Termasuk pada 2006 setelah operasi penggantian pinggulnya.

Kisah Perjuangan Penyintas Kanker: Maraton ke-13 di Usia 82 Tahun (Telegraph)

"Aku menulis peringatan di punggungku, 'lari dengan pinggul baru, silakan disalip,' dan itu membuat orang tertawa membacanya sekaligus kagum padaku," ujar Diana.

Semua itu membuatnya terkenal. Ia berhasil mengumpulkan 60.000 pound sterling untuk kegiatan amal kanker payudara sejak mengikuti maraton. Donasi datang dari mana-mana termasuk dari uang saku bocah kecil.

Mengumpulkan dana sangat penting bagi Diana, terutama pada 2016 ini. Hal itu disebabkan karena Susan, anak perempuannya didiagnosis kanker paru 6 minggu lalu.

"Ini tahun paling sulit. Kanker telah menyebar ke kedua paru-parunya, dan bila kemoterapi tak mampu mengobatinya, tak ada yang bisa menolong lagi," tambah Diana. Air matanya pun menggenang.

Kabar kanker sang putri menggenapi serangkaian musibah di keluarga Diana, meski tahun ini ia merayakan 60 tahun pernikahannya. Namun, 2 tahun lalu, karena faktor kesehatan, sang suami Michael harus tinggal di rumah jompo.

"Aku pikir, maraton membuatku tetap waras, terutama dalam 2 tahun terakhir."

Setiap harinya, rumah jompo tempat Michael dirawat adalah rute hariannya berlari. Ia membawa kartu bus, untuk berjaga-jaga kalau ada berita buruk atas belahan jiwanya itu.

Meski didera berbagai cobaan, Diana mencoba untuk tetap tegar dan tetap bangga.

"Jujur, aku bangga. Banyak orang yang melakukan hal seperti membuat buku, naik gunung ketika mereka menghadapi persoalan hidup. Untukku, pilihannya adalah berlari...terus berlari..."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya