Liputan6.com, Paris - Salah seorang yang terlibat dalam serangan di Paris pada 13 November 2015 lalu, Salah Abdeslam, telah diserahkan oleh Belgia kepada pihak berwenang Prancis terkait dengan keberlanjutan penyelidikan.
Juru bicara untuk kantor jaksa federal Belgia mengumumkan perpindahan tersebut pada Rabu, 27 April 2016.
Baca Juga
Ia mengatakan bahwa surat perintah yang dikeluarkan oleh Prancis telah dilaksanakan. "Tak ada informasi lebih lanjut yang diberikan mengenai waktu atau kondisi perpindahan Abdeslam," tambahnya.
Advertisement
Dikutip dari Independent, Rabu (27/4/2016), Abdeslam diyakini menjadi satu-satunya anggota ISIS yang selamat dari serangan yang menewaskan 130 orang. Ia mengaku kepada pemerintah Belgia bahwa mengurungkan niat untuk meledakkan dirinya di stadion Prancis, Stade de France.
Kantor Jaksa di Paris mengatakan bahwa Abdeslam akan dituntut secara formal pada sidang pengadilan di kemudian hari.
Seorang pengacara kriminal ternama Pranics, Frank Berton, berkata bahwa ia akan memimpin pembelaan dan telah mengunjungi Abdeslam di penjara Bruges minggu lalu, bersama dengan pengacara tersangka, Sven Mary.
Baca Juga
"Ia mengatakan kepadaku bahwa mempunyai beberapa hal yang ingin disampaikan dan akan mengatakannya. Ia ingin berbicara," ujar Berton kepada BFM TV.
"Yang penting bagi kami sebagai pengacaranya, memastikan bahwa ia mendapat pengadilan yang adil, bahwa ia dituntut untuk hal-hal yang dilakukannya, bukan hal yang tak dilakukannya. Itu penting karena ia satu-satunya yang masih hidup," tambahnya.
Sementara itu peran Abdeslam hingga kini tak begitu jelas. Namun ia diduga membantu merakit bahan peledak, menyewa mobil dan tempat persembunyian, serta mengantarkan para pelaku serangan pada 13 November.
Para penyelidik yakin bahwa Abdeslam mengendarai mobil yang ditumpangi tiga pelaku bom bunuh diri ke Stade de France, sebelum melanjutkan perjalanan ke arrondisement 18 Paris dan meninggalkan mobil sewaanya di Place Albert Kahn.
Rompi bunuh diri kemudian ditemukan di sebuah tempat sampah di Montrouge. Hal tersebut menyebabkan spekulasi bahwa Abdeslam tak melaksanakan tugasnya dan kabur.
Abdeslam, yang saudaranya merupakan salah satu orang pelaku bom bunuh diri, kabur dan ditangkap saat bersembunyi di Brussel pada Maret lalu.
Pria berusia 26 tahun itu didakwa telah terlibat dengan serangan di Paris dan melakukan percobaan pembunuhan kantor polisi selama baku tembak di sebuah tempat persembunyian di Brussel.
Seorang militan ISIS berusia 35 tahun, Mohamed Belkaid, ditembak mati oleh polisi selama baku tembak di sebuah flat di Forest pada 15 Maret.
Tiga hari kemudian, Abdeslam ditemukan di sebuah flat di Molenbeek dan ditangkap bersama kaki tangan yang dikenal dengan nama Amine Chourkri dan Monir Ahmed Alaaj.
Pengacaranya mengungkapkan bahwa Abdeslam, warga negara Prancis yang besar di Belgia, menolak ekstradisi ke Prancis namun perpindahan itu disetujui pada 31 Maret.
Abdeslam hanya satu dari beberapa tersangka yang terlibat dalam serangan Paris dan Brussels.
Seorang pelaku peledakan bom yang selamat dari serangan Brussels, Mohamed Abrini, berada di dalam tahanan menjelang sidang pra peradilan yang dijadwalkan pada 26 Mei.
Ia diduga terkait dengan serangan Paris, setelah terlihat bersama Abdeslam di dalam mobil yang digunakan pada serangan, dan kabur hingga ditangkap di Brussels pada 8 April.
Penyidik Belgia mengatakan, ia mengaku menjadi pria bertopi mendorong koper berisi bom di Bandara Brussel beberapa menit sebelum serangan yang terjadi pada 22 Maret.
Orang yang diduga kaki tangan Osama Krayem, yang diusir dari Jerman menuju Belgia dengan Abdeslam pada bulan Oktober, juga didakwa atas serangan yang terjadi di Paris dan Brussels.
Lima orang yang diduga terkait jaringan teror di Birmingham, Inggris, ditangkap pada awal bulan ini sebagai bagian dari penyelidikan yang melibatkan pihak berwenang Belgia dan Prancis.
Polisi West Midlands mengatakan, aksi tersebut bertujuan untuk mengatasi setiap ancaman di Inggris terkait beberapa serangan yang terjadi di Eropa. Namun ia berujar bahwa tak ada informasi yang menunjukkan adanya rencana serangan teror.