Menlu: Tak Ada WNI dalam Baku Tembak Militer Filipina-Abu Sayyaf

Militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf pecah di Basilan pada Sabtu 9 April 2016.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 11 Apr 2016, 15:40 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2016, 15:40 WIB
20160405-Menlu Retno Utamakan Keselamatan 10 WNI Tahanan Abu Sayyaf-Jakarta
Menlu Retno Marsudi memberikan keterangan pers di Kantor Kemenlu, Jakarta, Selasa (5/4). Menlu Retno menegaskan bahwa Indonesia dan Filipina sepakat keselamatan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf menjadi faktor utama. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pertempuran antara Militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf pecah di Basilan pada Sabtu 9 April 2016 waktu setempat. 

Akibat pertempuran itu, 18 tentara Filipina dan 5 milisi Abu Sayyaf kehilangan nyawa. Sementara 50 tentara lainnya luka-luka.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mendapat informasi soal pecahnya pertempuran di Basilan secara langsung dari Menlu Filipina, Jose Rene de Almendras.

Terkait informasi tersebut, Menlu Retno memastikan kontak senjata tersebut tidak terjadi di tempat di mana WNI disandera.

"Dari informasi, WNI kita tidak berada di wilayah Basilan," jelas Retno di Kantor Kemlu, Senin (12/4/2016).

Walau mengatakan para WNI tak berada di Basilan, Retno tidak memberikan keterangan pasti di mana mereka disandera.

Sebelumnya, pada Sabtu 9 April, Militer Filipina melaporkan telah menyerbu kelompok Abu Sayyaf di Pulau Basilan yang berada di selatan negara itu. Bentrokan sengit antara dua kubu pun terjadi.

Tentara Filipina dilaporkan menargetkan komandan Abu Sayyaf yang bersumpah setia pada kelompok ISIS. Pemerintah AS bahkan telah menawarkan hadiah sampai US$ 5 juta atau sekitar Rp 65 miliar untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Isnilon Hapilon.

Mengutip seorang juru bicara militer regional, didapati informasi bahwa empat tentara dipenggal kepalanya dalam bentrokan dengan sekitar 100 gerilyawan Abu Sayyaf.

Kelompok Abu Sayyaf terbentuk pada awal 1990-an dengan sokongan dana dari militan Al Qaeda. Grup radikal tersebut juga disebut-sebut sebagai "otak" sejumlah serangan bom mematikan di Filipina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya