Liputan6.com, Ljubljana - Ada satu spesies laba-laba yang punya kemampuan yang bisa bikin iri manusia. Laba-laba Darwin dari Madagaskar bukan hanya dikenal sebagai pembuat sarang yang paling kuat, tapi juga perkasa dalam urusan seks.
Dalam suatu penelitian baru-baru ini, para peneliti mengungkapkan bahwa hewan jantan berkaki delapan ini memiliki “kumpulan tata cara seksual yang beragam” dan gencar memberikan seks oral kepada sang betinanya.
Baca Juga
Baca Juga
Para peneliti menjelaskan bahwa seks oral jarang terjadi dalam dunia satwa. Memang benar ada sejumlah mamalia yang menikmatinya, misalnya lemur, singa, lumba-lumba, dan kelelawar. Namun demikian, perilaku ini sangat jarang terjadi pada laba-laba.
Advertisement
Dikutip dari News.com.au pada Rabu (4/5/2016), Matjaz Gregoric, pimpinan penelitian, mengatakan bahwa setelah diamati selama 2 minggu, sang jantan rutin memberikan seks oral kepada sang betina, bahkan jauh sesudah ‘pemanasan’ awal. Sebagai catatan, tubuh sang jantan 14 kali lebih ringan dan 2,3 kali lebih kecil daripada tubuh sang betina.
Melalui suatu pernyataan, sang peneliti menjelaskan, “Kontak seks oral sepertinya menjadi perilaku seksual wajib pada spesies ini dan semua pejantan melakukannya sebelum, di antara, dan setelah pembuahan, bahkan bisa 100 kali.”
Walaupun menyenangkan sang betina, nasib sang jantan kurang begitu baik. Para peneliti mengamati bahwa sang pejantan seringkali menjadi korban “kanibalisme seksual” oleh sang betina.
Sekiranya sang jantan berhasil luput menjadi santapan setelah melakukan seks, sang pejantan melakukan “emaskulasi setelah berbiak”. Artinya, menggigit hingga putus bagian organ reproduksi mereka sendiri dalam waktu 24 jam setelah bersanggama.
Tapi tidak selalu mengancam nyawa. Para peneliti mengungkapkan bahwa ada beberapa pejantan yang lebih waspada dan melakukan “mengikat pasangan”, yaitu membungkus laba-laba betina yang ukurannya lebih besar itu menggunakan zat pembuat sarang. Dengan demikian, sang betina tidak bisa menelan sang pejantan sewaktu sedang melakukan seks.
Belum jelas alasan seks oral yang gencar tersebut. Para peneliti menduga cara itu sebagai fungsi menghindar jadi korban kanibalisme. Tapi, mereka segera menarik hipotesis ini.
“Sepertinya ini bukan fungsinya kontak seks oral karena sang pejantan melakukannya pada semua betina, tidak peduli betapapun agresifnya, termasuk betina yang lebih lembut,” demikian ditulis para peneliti dalam Science Reports.
Setelah dipikir-pikir, para peneliti mengajukan dua alasan kemungkinan perilaku itu, walaupun mereka mengaku perlunya lebih banyak penelitian untuk mencari bukti.
“Kontak seksual secara oral dapat menjadi petunjuk mutu sang pejantan. Seakan-akan ada mekanisme rahasia dalam memilih-milih pasangan oleh sang betina yang cenderung kepada pejantan dengan mutu yang lebih bagus,” demikian ditulis para peneliti.
“Bukan hanya itu, enzim yang ada pada ludah dapat memberikan manfaat fisiologis terhadap sperma pesaing. Hal ini merupakan adaptasi untuk memperkecil kompetisi sperma. Fungsinya serupa dengan racun air mani dan adanya sperma yang agresif yang diketahui ada pada serangga.”