Sosok Muhammad Ali, 'Wajah' Perlawanan Parkinson

Muhammad Ali kerap tampil di muka umum bahkan setelah penyakit degeneratif ini melumat tubuhnya dan merampas kemampuannya berbicara.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 04 Jun 2016, 17:35 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2016, 17:35 WIB
Muhammad Ali.
Muhammad Ali.

Liputan6.com, New York - Muhammad Ali berhasil melawan pentolan-pentolan dunia tinju. Tapi pertarungan terbesarnya berada di luar arena itu, melawan musuh yang tak bisa dibuat KO hingga akhir hayatnya.

Muhammad Ali meninggal dunia.

Dikutip dari New York Daily News pada Sabtu (4/6/2016), selama 3 dekade terakhir ini, pria yang dahulunya bernama Cassius Marcellus Clay, Jr  berperang melawan penyakit Parkinson. Meski didera keterbatasan fisik yang merampas kemampuan berbicaranya, ia tak malu tampil di muka umum.

Leslie Chambers, presiden dan CEO untuk American Parkinson Disease Association, mengatakan, "Tidak mementingkan diri dan berani, itulah dua hal yang ia wariskan."

Berulang kali di depan kamera, Ali memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit syaraf yang belum dapat disembuhkan ini.

Chambers melanjutkan, "Ia menarik perhatian khalayak Amerika kepada penyakit ini. Kami sangat bersyukur memilikinya. Sekian lamanya ia telah membantu masyarakat dalam cara yang mengagumkan.”

Ali baru berusia 42 tahun ketika pertama kali mendapat diagnosa penyakit degeneratif yang menyerang tubuh dan merampas kemampuan berbicara, Parkinson pada 1984. Hanya 3 tahun setelah pertandingan terakhir dalam karirnya yang mengagumkan, perlahan tapi pasti fungsi beberapa organ tubuhnya menurun.

Orang-orang di sekitarnya mengamati bahwa bicaranya mulai melantur, gerak tubuhnya pun melamban bahkan sebelum laga terakhirnya pada 1981. Sekitar 10 tahun kemudian, ia tampil dalam kondisi tubuh menurun dalam wawancara dengan Bryant Gumbel melalui acara ‘Today Show’ di stasiun NBC.

Wawancara Muhammad Ali dengan NBC, hanya beberapa tahun setelah pertandingan terakhirnya. (Sumber Daily Mail)

Tiada lagi senyumnya yang menggetarkan, wajahnya tampak kaku. Tiada lagi celoteh-celoteh singkatnya karena kalimat-kalimat dari mulutya melantur dan tak dapat dimengerti oleh Gumbel.

Tapi, ia tetap menampilkan hati seorang juara. Gumbel bertanya, "Apakah kamu terganggu kalau orang bilang kamu seharusnya mundur lebih dini dan mengira kamu sakit karena tonjokan-tonjokan?"

Ali menjawab, "Kalau saya melakukan itu, saya tidak akan ada di acara kamu ini."

Ali berperan penting untuk suatu momen paling berharga dalam sejarah olahraga 5 tahun kemudian. Salah satu rahasia paling terjaga sebelum Summer Games 1996 di Atlanta, Georgia, saat ia terpilih menjadi wakil yang menyalakan api di kawah Olimpiade.

Kemudian rahasia Ali menderita Parkinson tersingkap kala dirinya muncul di bawah kawah api, di hadapan perenang AS, Janet Evans, yang kemudian menyerahkan obor kepadanya.

Penonton terkesima kemudian menjadi riuh setelah Ali, dengan tangan kiri yang bergetar dan tubuh gemetar, ia berhasil menyulut kabel yang membawa api hingga ke kawah.

Muhammad Ali mendapat kehormatan untuk membawa obor api guna menyulut kawah api Olimpiade 1996. (Sumber New York Daily News)

Kolumnis Ken Rosenthal dari harian Baltimore Sun mengatakan, "Ini adalah momen Olimpiade paling langka, momen kesedihan tak terhingga, tapi sungguh anggun."

"Kita tidak mengetahui harus bersorak atau menangis. Kita hanya bisa menyaksikan dan terpana sekali lagi untuk Muhammad Ali."

Leslie Chambers kemudian mengaku ia masih memiliki kenangan yang jelas tentang saat-saat Ali berjuang dengan Parkinson.

"Ini semua adalah tentang keberanian. Tertulis di sekujur tubuhnya dan dia tidak membiarkan penyakit itu mengalahkannya. Ia masih tetap yang terbaik," ungkap kolumnis itu. 

Dalam beberapa tahun ke depan, Ali menjadi semakin lunglai dan penampilannya di depan umum juga berkurang. Tapi ia muncul lagi 2 bulan lalu dalam acara Celebrity Fight Night, yaitu acara gala penggalangan dana di kota Phoenix, Arizona, untuk penanganan penyakit Parkinson.

Saat itu, Ali mengenakan kacamata gelap. Tubunya sudah bungkuk dan ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Walaupun begitu, ia tetap mengundang rasa hormat hadirin yang kemudian berdiri untuk menghormatinya.

Selamat jalan, Muhammad Ali.

Baru-baru ini, Muhammad Ali masih menyempatkan diri menghadiri acara penggalangan dana untuk melawan penyakit Parkinson's walaupun ia sudah terlalu lunglai. (Sumber The Mirror)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya