Kisah Tragis 'Pembantaian' Tentara Jepang oleh Kawanan Buaya

Pada era Perang Dunia II, militer Jepang memiliki peralatan yang terbilang maju. Namun mereka terpaksa takluk pada pemangsa alamiah.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 25 Okt 2016, 07:11 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2016, 07:11 WIB
Buaya Ramree (0)
Ilustrasi buaya air asin. (Sumber Wikimedia)

Liputan6.com, Naypyidaw - Selama Perang Dunia II, tentara Kekaisaran Jepang merebut Pulau Ramree pada 1942. Pulau tersebut berada di lepas pantai Burma (sekarang Myanmar), kira-kira 113 kilometer di selatan Akyab yang sekarang dikenal sebagai Sittwe.

Pulau tersebut memiliki letak strategis, sehingga pihak Sekutu melancarkan serangan pada 1945 untuk merebut kembali pulau tersebut dan membangun lapangan terbang untuk mendukung pertempuran utama di daratan.

Setelah pertempuran, tentara Inggris berhasil mendesak sekitar 1.000 pasukan musuh ke rawa-rawa pohon bakau yang membentang seluas 16 kilometer dari Ramree.

Di tempat itulah terjadi salah satu kejadian paling mengerikan dalam perang.

Dikutip dari The Vintage News pada Senin (24/10/2016), pasukan Jepang yang sedang kalah itu menolak segala bujukan agar mereka menyerah dan malah meninggalkan markas mereka, menuju ke rawa-rawa.

Padahal banyak tentara Jepang saat itu dihantam penyakit-penyakit tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan beberapa laba-laba beracun, ular, dan kalajengking.

Masalah lainnya bagi pasukan Jepang adalah kurangnya air minum dan kelaparan. Tapi selain semua hambatan tersebut, ada satu bahaya utama.

Pada suatu malam, para tentara Inggris melaporkan telah mendengar jeritan-jeritan ketakutan dan suara-suara tembakan berasal dari kegelapan rawa-rawa.

Pendaratan pasukan Inggris di pulau Ramree saat Perang Dunia II. (Sumber Wikimedia)

Mereka tidak secara pasti mengetahui penyebab teriakan-teriakan tersebut. Namun sangat jelas bahwa pasukan Jepang sedang diserang oleh sesuatu yang mengerikan.

Santapan Buaya Air Asin

Malang bagi tentara Kekaisaran Jepang, rawa-rawa bakau di pulau Ramree merupakan tempat tinggal salah satu reptil pemangsa yang paling besar di dunia, yaitu buaya air asin. Jumlah populasi hewan itu tidak diketahui.

Hewan melata tersebut bisa tumbuh sepanjang 6 meter dengan berat sekitar 900 kilogram. Tapi, buaya air asin berukuran menengah pun bisa dengan mudah membunuh manusia dewasa.

Cukup banyak buaya yang diketahui menyantap hewan sebesar kerbau India.

Ternyata, tentara-tentara Jepang telah menjadi mangsa empuk buaya-buaya tersebut.

Seorang naturalis bernama Bruce Stanley Wright menjelaskan hal tersebut dalam buku terbitan 1962 dengan judul "Wildlife Sketches Near and Far".

Pasukan Kekaisaran Jepang di pulau Ramree pada Perang Dunia II. (Sumber Spydersden)

Ia menuliskan, "Malam itu merupakan yang paling mengerikan yang pernah dialami oleh para anggota M.L (marine launch)." Kata "marine launch" mengacu kepada pasukan darat yang dikirim melalui laut.

"Buaya-buaya tersebut terbangun mendengar keributan peperangan dan bau darah, lalu mereka berkumpul di antara pohon-pohon bakau, menunggu di bawah permukaan air dengan mata menyembul memperhatikan calon santapan mereka."

"Dengan naiknya air pasang, buaya-buaya itu mendekati para prajurit yang sudah tewas, terluka, maupun yang masih hidup dan terjebak dalam lumpur."

Sudah banyak catatan tentang buaya air asin memangsa manusia yang masuk ke dalam habitat hewan itu. Setidaknya 520 tentara Jepang berhasil menyintas rawa-rawa Ramree.

Kebanyakan dari mereka terluka dan tercabik-cabik sangat parah dan tertangkap oleh pasukan Inggris.

Kejadian Pertempuran Ramree tidak sebesar pertempuran lainnya selama Perang Dunia II, tapi menjadi terkenal karena kejanggalan dan kengerian ceritanya.

Letak pulau Ramree di lepas pantai Myanmar. (Sumber Google Maps)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya