Liputan6.com, Karachi - Qandeel Baloch tewas di tangan adik lelakinya sendiri. Waseem, nama pelaku, mengaku membius sebelum akhirnya mencekik korban hingga tak bernyawa.
"Ia tak sadar aku telah membunuhnya. Aku memberinya tablet lalu mencekiknya," kata Waseem, seperti dikutip dari BBC, Senin (18/7/2016).
Waseem ditangkap di Dera Ghazi Khan, Pakistan tengah, pada Sabtu 16 Juli 2016.
Baca Juga
Polisi mengatakan, pelaku melarikan diri setelah membunuh korban di area Karimabad, Multan, Sabtu dini hari. Waseem kabur dibantu dua rekannya yang masih buron.
Advertisement
Baca Juga
Pemuda 25 tahun itu mengaku, ia melakukan tindakan kejam tersebut atas nama kehormatan. Seperti dikabarkan media Pakistan Dawn, Qandeel dianggap telah mencemarkan reputasi keluarga Baloch.
Qandeel Baloch menjadi selebritas di media sosial. Perempuan 26 tahun tersebut beberapa kali mengunggah foto, komentar, dan video yang dianggap vulgar.
Baru-baru ini ia memicu kontroversi dengan memposting foto dirinya bersama seorang ulama.
"Aku tak malu atas perbuatanku. Kami adalah Baloch, dan Baloch tak bisa menoleransi ini," kata dia, merujuk pada video yang dibuat kakak perempuannya, terutama foto yang ia ambil bersama ulama, Mufti Abdul Qavi.
Polisi mengatakan, pelaku melarikan diri setelah membunuh korban di area Karimabad, Multan, Sabtu dini hari. Waseem melarikan diri dibantu dua rekannya yang masih buron.
Qandeel Baloch, yang nama aslinya adalah Fouzia Azeem, dimakamkan pada Minggu pagi di kampung halaman keluarganya di dekat Dera Ghazi Khan, Provinsi Punjab.
Ada banyak pelayat yang hadir di sana. Mufti Qavi, yang mengaku telah memaafkan perbuatan almarhumah, memimpin upacara pemakaman.
'Kim Kardashian'
Qandeel Baloch punya banyak pengikut di media sosial, 43 ribu di Twitter dan lebih dari 700 ribu di Facebook.
Gadis cantik itu menggunakan media sosial untuk mencari ketenaran. Ia dijuluki 'Kim Kardashian' Pakistan. Sama dengan bintang Amerika Serikat itu, Qandeel Baloch kerap memajang foto selfie yang provokatif, dianggap bermimpi jadi selebritas, dan menggunakan kontroversi demi ketenaran.
Sejumlah postingannya memicu kontroversi di Pakistan. Qandeel tahu itu, namun ia tak lantas berhenti.
"Aku tak akan menyerah. Aku akan meraih apa yang kuinginkan dan tak ada satupun yang bisa menghentikanku," kata dia dalam postingan Kamis lalu.
Nona Baloch mulai terkenal pada tahun 2014 ketika videonya, dengan pose cemberut ke arah kamera, menyebar di dunia maya.
Dalam wawancara baru-baru ini ia mengkritik masyarakat Pakistan yang patriarkal dan menyebut dirinya sebagai sosok yang mewakili kekuatan perempuan muda (girl power).
"Hidup memberiku pelajaran, bahkan sejak belia...Perjalananku dari seorang gadis menjadi PEREMPUAN YANG MANDIRI bukanlah mudah," demikian bunyi postingannya pada 14 Juli 2016, dua hari sebelum kematiannya.
Di satu sisi, Qandeel Baloch dipuja kaum muda yang mengagumi pandangan liberalnya. Ia dianggap ikon budaya. Di sisi lain, perempuan itu kerap diserang di dunia maya.
Ancaman atas keselamatan jiwanya bahkan membuat Baloch pergi dari Karachi ke Punjab. Permohonan bantuan keamanan, yang ditujukan korban ke Menteri Dalam Negeri dan sejumlah pejabat, ditolak.
Siapa sangka Qandeel Baloch tewas di tangan adiknya sendiri. Pembunuhan 'atas nama kehormatan' bukan hal luar biasa di Pakistan. Tiap tahunnya, ratusan perempuan tewas di tangan anggota keluarganya sendiri.
Reaksi masyarakat pun beragam atas kematiannya yang tragis. Ada yang berduka, lainnya justru menganggap itu sebagai 'berita baik' dan memuji pembunuhnya. Ironis.