Liputan6.com, Quetta - Korban tewas akibat bom bunuh diri yang meledak di sebuah rumah sakit di Quetta, Pakistan, kini mencapai 63 orang sementara puluhan lainnya dilaporkan terluka.
Bom bunuh diri itu meledak di tengah kerumunan pelayat, sesaat setelah jenazah seorang pengacara terkenal yang ditembak mati tiba di rumah sakit itu pada Minggu 7 Agustus kemarin.
Baca Juga
"Bomber meledakkan diri di tengah sekitar 100 pelayat yang rata-rata adalah pengacara dan jurnalis. Mereka berkumpul untuk melayat seorang pengacara terkenal yang tewas terbunuh satu hari sebelumnya," ujar Faridullah, seorang wartawan yang ikut terluka dalam peristiwa itu kepada Reuters, Senin, (8/8/2016).
Advertisement
Sementara itu pejabat senior di rumah sakit di mana pengeboman terjadi, Abdul rehman Miankhel mengatakan, setidaknya 63 wartawan tewas sementara 50 orang terluka. Sebelumnya, korban jiwa dilaporkan 53 orang.
"Ada banyak yang terluka, sehingga angka kematian kemungkinan bisa bertambah," ujar Menteri Kesehatan di provinsi itu, Rehmat Saleh Baloch.
Laporan langsung di televisi menunjukkan suasana di lokasi kejadian penuh kekacauan, di mana orang-orang yang panik melarikan diri ke segala arah.
Motif di balik serangan itu masih terus diselidiki dan hingga kini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Namun laporan terbaru mengatakan, belakangan pengacara telah dijadikan target pembunuhan di Quetta.
Dan pengacara yang terakhir tewas itu diketahui bernama Bilal Anwar Kasi. Menurut pejabat senior, Nadeem Shah, ia dibunuh saat dalam perjalanan menuju kompleks pengadilan utama di kota itu.
Kasi adalah presiden Baluchistan Bar Association. Juru bicara Pemerintah Baluchistan menduga serangan bom bunuh diri di rumah sakit itu ditujukan terhadap seorang pelayat bernama Anwar ul Haq Kakar.
"Tampaknya itu adalah serangan direncanakan," kata dia.
Baluchistan adalah kawasan yang bergelut dengan isu pemberontakan, ketegangan sektarian, dan tingginya kriminalitas. Sementara Quetta sejak lama sudah dikenal sebagai basis bagi Taliban Afghanistan di mana pada masa lalu para pemimpin kelompok itu secara rutin melakukan pertemuan di sana.
Pada Mei lalu, pemimpin Taliban Afghanistan, Mullah Akhtar Mansour tewas dalam serangan drone saat tengah dalam perjalanan menuju Quetta dari perbatasan Pakistan - Iran.