Liputan6.com, Moskow - Sebuah lonjakan sinyal radio yang berasal dari sebuah bintang mirip Matahari telah menarik perhatian sejumlah astronom.
Sinyal tersebut diduga berasal dari sebuah bintang bernama HD 164595 yang terletak di konstelasi Hercules, sekitar 95 tahun cahaya dari Bumi.
Para ilmuwan memperkirakan, sinyal tersebut merupakan hasil dari fenomena alam seperti microlensing, di mana gravitasi bintang menjadi lebih kuat dan memfokuskan sinyal di tempat lain.
Advertisement
Namun, para astronom juga telah meminta SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) untuk melihat lebih dekat apakah sinyal radio itu merupakan pesan dari makhluk ekstraterestrial.
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (30/8/2016), SETI melacak HD 164595 menggunakan Allen Telescope Array di California utara dan Boquete Optical SETI Observatory di Panama.
Menurut penjelasan oleh Paul Gilster di Centauri Dreams, sinyal tersebut pertama kali terdeteksi pada 15 Mei 2015 oleh teleskop radio RATAN-600 di Zelenchukskaya, Rusia.
HD 164595 menarik perhatian para ilmuwan karena dianggap seperti Matahari, dengan setidaknya terdapat satu planet 'Neptunus hangat' yang mengorbit. Namun mereka mengatakan, kemungkinan terdapat planet lain yang belum terdeteksi.
Suhu rata-rata HD 164595 12 Kelvin lebih panas dan berumur 100 juta tahun lebih muda dari Matahari.
"Tak ada yang mengklaim bahwa ini merupakan perbuatan makhluk yang berasal peradaban luar Bumi, namun hal tersebut layak untuk dipelajari lebih lanjut," ujar Gilster.
"Para peneliti mengatakan, jika hal itu berasal dari suar isotropik, kemungkinan hanya berasal dari peradaban Kardashev Type II."
"(Namun) jika itu merupakan sinyal sempit yang berfokus pada sistem tata surya kita, kemungkinan merupakan daya yang tersedia untuk peradaban Kardashev Tipe I," tambahnya.
Skala Kardashev merupakan sebuah cara untuk mengukur kecanggihan teknologi peradaban alien berdasarkan besar energi yang digunakan. Menurut pembuat skala tersebut, Nikolai Kardashev, terdapat tiga peradaban alien.
Peradaban tipe I terdiri dari spesies yang mampu memanfaatkan seluruh energi yang tersedia dari bintang terdekat, mengumpulkan, dan menyimpannya untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.
Peradaban tipe II jauh lebih canggih dan dapat memanfaatkan seluruh kekuatan bintang mereka.
Sementara itu peradaban tipe III, merupakan spesies yang telah mampu menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan energi.
Paul Gilster dari Tau Zero Foundation, yang melakukan riset antarbintang mengatakan, seandainya sinyal tersebut artifisial, maka bisa jadi itu berasal dari peradaban yang lebih maju daripada manusia -- atau yang dalam skala Kardashev masuk dalam kategori Tipe II.
Saat ini, manusia masih ada di sekitar Tipe I -- di mana peradaban mampu memanfaatkan semua energi yang tersedia, termasuk matahari, angin, gempa bumi, dan bahan bakar lainnya.
Sementara, Tipe II sudah mampu memanfaatkan keseluruhan dari energi yang dipancarkan oleh bintang, yang kekuatannya miliaran watt.
Dalam pernyataannya, Seth Shostak, astronom senior the SETI Institute mengaku tak punya petunjuk peradaban mana yang berusaha memberi 'pesan' pada kita. "Sulit dipahami mengapa seseorang ingin menargetkan Tata Surya kita dengan sinyal kuat," kata dia, seperti dikutip dari CNN.
"Ini sedikit membingungkan, karena Rusia telah menemukan sinyal ini setahun lalu, namun tak membiarkan orang lain tahu," ujar astronom senior di SETI Institute, Seth Shostak.
"Sinyal tersebut mungkin saja asli, namun aku menduga bahwa itu bukan makhluk ekstraterestrial. Ada kemungkinan lain bahwa sinyal luas seperti ini disebabkan oleh gangguan dari alam (atau bahkan gangguan terestrial)."
Peneliti yang menemukan sinyal tersebut di Special Astrophysical Observatory di Russian Academy of Science mengatakan, diperlukan pengamatan HD 164595.
Penemuan sinyal tersebut akan didiskusikan pada September 2016 mendatang di International Astronautical Congress yang diadakan di Meksiko.