Ini Ancaman Horor Presiden Duterte kepada Abu Sayyaf

Geram dengan Abu Sayyaf, Presiden Duterte pun mengancam akan menghabisi mereka dengan cara tak biasa.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Sep 2016, 15:02 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2016, 15:02 WIB
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (Reuters)

Liputan6.com, Vientiane - Sejak namanya mencuat sebagai calon presiden hingga terpilih sebagai orang nomor satu di Filipina, Rodrigo Duterte kerap melempar pernyataan kontroversial. Ia dinilai senang "berkelakar" tentang isu signifikan. Bahkan tak segan mengalamatkan kata-kata tajamnya kepada tokoh dunia.

Presiden Filipina itu disebut telah menambah kiasan terkait kanibalisme dalam leksikon atau "kamus" bahasanya ketika ia mengucapkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial. Kali ini, ucapannya ditujukan kepada kelompok teroris.

Berpidato di hadapan komunitas Filipina di Laos pada Senin, 5 September malam, Duterte mengancam akan memakan kelompok militan Abu Sayyaf alias kelompok bersenjata yang bergerilya di bagian selatan Filipina. Demikian seperti dilansir Philippine Daily Inquirer dan dikutip dari Time, Rabu (7/9/2016).

"Jika saya harus menghadapi mereka, Anda tahu saya bisa makan manusia. Saya akan menyobek tubuh Anda. Cukup berikan saya cuka dan garam, maka saya akan memakan Anda," ujar Duterte merujuk pada kelompok Abu Sayyaf di hadapan komunitas Filipina yang juga beberapa di antaranya hadir kalangan anak-anak.

"Silakan maju. Ledakkan bom. Akan tiba waktunya ketika saya memakan Anda di hadapan orang-orang. Saya akan melahap Anda," ucapnya.

Pada Jumat, 2 September, Pasar Malam Roxas di Kota Davao, Filipina diguncang ledakan bom. Tragedi di kota yang pernah dipimpin Duterte itu merenggut 12 nyawa dan melukai kurang lebih 60 orang.

Kelompok militan Abu Sayyaf mengklaim bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Kuat dugaan ini merupakan aksi balas dendam atas kebijakan pemerintah yang mengerahkan kekuatan militer dalam menumpas kehadiran mereka.

Tak lama pasca-pengeboman, Duterte pun menerapkan status state of lawlessness di Filipina untuk sementara waktu. Ini demi memastikan adanya koordinasi antara polisi dan militer dalam melawan terorisme.

Terkait dengan isu terorisme, Duterte disebut melakukan pendekatan yang agak lunak. Ini terlihat sejak menjabat sekitar dua bulan lalu, ia tak langsung mengambil langkah tegas untuk menghadapi kelompok militan Abu Sayyaf.

Hal tersebut kontras dengan perang terhadap narkoba yang dilancarkannya. Operasi ini telah menewaskan kurang lebih 2.000 orang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya