Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan senjata nuklir Korea Utara (Korut) meresahkan banyak pihak terutama negara tetangga, Korea Selatan (Korsel).
Belum lama ini, Korut mengklaim berhasil melakukan uji coba nuklir kelima. Peristiwa ini menimbulkan gempa bumi berkekuatan 5,3 skala Richter (SR) yang turut terpantau oleh sejumlah lembaga pemantau gempa bumi termasuk BMKG.
Advertisement
Baca Juga
Menyikapi sikap Korut yang tetap melanjutkan pengembangan senjata nuklir dan tak gentar dengan sanksi, Korsel pun mencari cara untuk melindungi diri. Salah satunya adalah dengan melakukan kerjasama penanganan dampak uji coba nuklir.
Ditemui oleh tim Liputan6.com dalam seminar bertajuk "Comprehensive Partnership Between 2 Middle Powers and Current Development on the Korean Peninsula" yang diadakan pada Rabu (13/9/2016) di Korean Cultural Center, Duta Besar Korsel untuk Indonesia, Cho Tae-Young bersama dengan mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal, menjelaskan alasan mengapa uji coba nuklir korut harus dihentikan.
"Perbatasan Korut dan Korsel sangat dekat. Pembatas itu terletak tak jauh dari Ibukota Seoul. Korut sudah lama mencoba membangun nuklir. Buat apa mereka membuatnya? Misil dan senjata nuklir, mereka menakutkan," kata Dubes Cho.
"Korea utara itu negara yang paling aneh dan keras kepala, mereka mencuci otak anak- anak SD. Kalau pergi ke museum di sana yang ada patung Kim Il-sung, bocah-bocah itu diberitahu bahwa galaksi 'bergerak' ketika Kim Il-sung lahir," kata Dino yang juga ikut hadir dalam seminar itu.
Menurut Cho negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu tidak peduli dengan dampak yang dirasakan oleh pihak lain khususnya tetangga yang berada di kawasan tersebut.
"Negosiasi, perjanjian, banyak hal telah dilakukan. Semuanya gagal. Tapi Korut tidak mendengarkan apapun yang dikatakan. Lalu apa yang kami (Korsel) harus lakukan untuk menghentikan Korut? Kami tidak bisa membenarkan percobaan senjata nuklir," ucap Dubes Korsel itu.
Dubes itu juga mengatakan negaranya telah melakukan berbagai hal semampu mereka untuk menghentikan percobaan itu. Setiap kali Korsel berusaha merundingkan masalah pembuatan senjata berbahaya itu, Korut menolak ajakan tersebut.
Sementara itu Cho beranggapan bahwa uji coba nuklir yang terakhir merupakan sebuah ancaman besar bagi upaya perdamaian di Semenanjung Korea juga di seluruh dunia.
"Hal ini merupakan sebuah pelanggaran terhadap larangan menghentikan pembuatan senjata nuklir yang dikeluarkan oleh PBB," kata Dubes Cho.
Sementara itu Dino mengatakan bahwa Indonesia akan berusaha mencoba 'berbicara' dengan Korut demi mendesak Kim Jong-un menghentikan uji coba nuklir.
"Kita tidak dapat 'ikut campur' secara langsung karena sudah ada perserikatan enam negara yang menangani masalah itu. Peran kita sangat terbatas karena kita tidak termasuk dalam enam pihak itu. Indonesia harus tegas berkomunikasi dengan Korut. Kita harus menyampaikan bahwa aktivitas mereka mengganggu stabilitas di kawasan. Jadi Indonesia harus jelas," kata Dino.
Cho berharap Kim Jong-un dengan segera menghentikan aksi 'gila' itu. Tindakan tersebut terang-terangan menimbulkan keresahan.
"Kami dengan keras menentang tindakan ini. Korsel mendesak Korut untuk segera menghentikan uji coba nuklir," kata Cho saat dimintai komentar mengenai rencana peluncuran nuklir keenam Korut.
Belum lagi, dengan perkembangan teknologi yang kini dimiliki Korut, Cho beranggapan bahwa di masa depan Kim Jong-un mungkin dapat mengembangkan senjata nuklir yang lebih canggih.
"Kami berharap untuk berdamai. Tapi Korut harus menghentikan uji coba senjata nuklir," ujar Cho.