24-9-1950: Misteri Matahari yang 'Menghilang' dari Langit Amerika

Siang itu langit di Kanada dan Inggris mendadak gelap bak malam. Banyak orang menduga hari akhir telah tiba.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 24 Sep 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2016, 06:00 WIB
Bulan Biru Menghampiri Langit Bumi
Bulan Biru Menghampiri Langit Bumi. (Space)

Liputan6.com, Ottawa - Siang bolong pada Minggu 24 September 1950 terjadi hal tak biasa. Kala itu langit Kanada dan Inggris mendadak gelap seiring dengan 'menghilangnya' Matahari. Kebanyakan orang berpikir bahwa kegelapan pada hari itu adalah pertanda akhir dunia.

Pejabat setempat menjelaskan bahwa fenomena yang belakangan dikenal dengan nama 'Black Sunday' itu disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi pada 23 September--surat kabar lokal menyebut kebakaran terjadi di sebelah utara Alberta, Kanada, sementara sumber lainnya mengatakan kebakaran juga melanda Swedia. Asap dari kebakaran itu disebut-sebut telah mengubah siang menjadi malam.

Hal senada disampaikan pula oleh ahli klimatologi senior Kanada, David Phillips.

"Jika terbangun pada siang hari, kamu akan mengira bahwa itu adalah tengah malam. Orang-orang berpikir bahwa hal tersebut sebagai akibat serangan nuklir atau gerhana Matahari," ujar Phillips seperti dikutip dari BBC.

Kebakaran yang terjadi di Provinsi Alberta diketahui sangat hebat sehingga menghasilkan asap pekat. Angin membawa asap ke arah timur dan selatan dengan kecepatan yang tidak biasa.

Kondisi api pada saat itu disebut telah menghasilkan tetesan minyak dalam jumlah besar disertai dengan ukuran yang tepat untuk menghamburkan cahaya merah dan kuning.

Fenomena Blue Moon

Kebakaran hutan yang hebat itu menjadikan Matahari dan Bulan di sepanjang Amerika Utara dan Inggris berganti warna. Matahari diketahui berwarna ungu Lavender sementara Bulan, biru Bluebell.

Fenomena ini dikenal dengan nama Blue Moon. Bulan biru adalah peristiwa munculnya bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan yang sama. Lazimnya, setiap tahun Bumi mengalami 12 kali purnama--terjadi pada setiap bulannya.

Namun dalam beberapa kesempatan, Bumi mendapat purnama ekstra yang dimungkinkan terjadi karena adanya ketidaksinkronan antara rotasi Bulan dan Bumi. Bulan berotasi 29 hari sementara Bumi 30 hari--kecuali pada Februari.

Itulah yang menyebabkan purnama hadir dua kali dalam sebulan. Seperti dikutip dari SPACE, menurut perhitungan, Blue Moon terjadi setiap 2,7 tahun sekali.

Blue pada Blue Moon tidak selalu merujuk pada warna biru. Dalam bahasa Inggris kuno, blue atau biru sebelum kata benda berarti 'pengkhianat'.

Disebut 'pengkhianat' karena memang seharusnya Bulan purnama datang sekali setiap satu bulannya dan umumnya terlihat besar dan berwarna putih pucat.

Bulan biru dapat muncul akibat peristiwa kebakaran hutan atau letusan gunung berapi. Sebut saja seperti yang terjadi pada 20 September 1950 dan juga setelah letusan Gunung Krakatau pada 1883.

Letusan Krakatau kala itu diibaratkan seperti ledakan nuklir berkekuatan 100 megaton. Debu vulkaniknya bahkan dilaporkan hampir menutupi permukaan bumi.

NASA menyebutkan, debu vulkanik Krakatau bertebaran luar biasa banyak di angkasa. Fenomena ini menyebabkan hadirnya Bulan tampak berwarna biru meski sesekali tertangkap mata berwarna hijau. Tak hanya Bulan, Matahari pun dikabarkan berwarna ungu.

Peristiwa penting lainnya juga terjadi pada 24 September tepatnya tahun 1957. Pada hari itu, stadion terbesar di Eropa, Camp Nou resmi dibuka.

Ketika awal beroperasi, Camp Nou memiliki kapasitas 98.772 kursi. Stadion tersebut dikenal sebagai 'kandang' dari klub sepakbola Barcelona.

Sementara itu, pada 24 September 2015 setidaknya 1.100 orang jemaah haji dilaporkan tewas setelah dipicu peristiwa desak-desakan di Mina--kelak dikenal sebagai Tragedi Mina. Insiden itu merupakan yang terbesar kedua setelah kejadian serupa terjadi pada 1990 di mana 1.426 nyawa melayang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya