Hillary: MA Harus Memihak Rakyat, Bukan Perusahaan dan Orang Kaya

Debat final dibuka dengan pertanyaan soal Mahkamah Agung yang dianggap menjadi hal sentral

oleh Citra Dewi diperbarui 20 Okt 2016, 08:44 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2016, 08:44 WIB
Debat Capres Terakhir
Dua Capres AS, Hillary Clinton dan Donald Trump saat debat capres AS ketiga dan terakhir di University of Nevada, Las Vegas, Rabu (19/10). (REUTERS/Rick Wilking)

Liputan6.com, Las Vegas - Debat final antara Donald Trump dan Hillary Clinton telah dimulai. Kedua Calon Presiden Amerika Serikat itu bertemu dalam adu argumen untuk terakhir kalinya di University of Nevada, Las Vegas, pada 19 Oktober 2016 (20 Oktober pagi WIB).

Sama seperti debat kedua, baik Trump maupun Hillary tak memulainya dengan berjabat tangan.

Debat yang berlangsung selama 90 menit dan membahas 6 isu tersebut dipandu oleh pembawa berita dan komentator politik dari Fox News, Chris Wallace.

Moderator Wallace memulai debat dengan bertanya kepada kedua Calon Presiden Amerika Serikat soal Mahkamah Agung (MA).

"Di mana Anda ingin melihat Mahkamah Agung membawa arah negara dan apa pandangan Anda tentang bagaimana konstitusi harus ditafsirkan?," tanya Wallace.

Hillary mendapat kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Ketika kita berbicara tentang Mahkamah Agung, hal itu benar-benar menjadi isu sentral dalam pemilihan ini, yakni akan jadi seperti apa negara kita nanti?," ucap Hillary.

"Mahkamah Agung harus memihak rakyat Amerika dan bukan condong ke perusahaan dan orang-orang kaya," tegasnya.

"Bagi saya itu berarti kita membutuhkan Mahkamah Agung yang berdiri atas nama hak-hak perempuan, atas anama hak-hak komunitas LGBT...," imbuh dia.

Seperti dilansir CNN, Mantan Menteri Luar Negeri Amerika itu juga menyerukan kepada Senat untuk mengonfirmasi calon yang dipilih Barack Obama.

Sementara itu Donald Trump juga menjawab pertanyaan itu dengan hal senada seperti apa yang diucapkan Hillary Clinton.

"Mahkamah Agung adalah segalanya," ujar Trump dengan suara serak.

Dalam kesempatan itu, Trump sempat mengungkit soal Hakim Pembantu MA AS, Ruth Bader Ginsburg, atas komentar yang dianggap meremehkan taipan bisnis asal New York itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya