Liputan6.com, Beijing - China mengumumkan akan menghentikan seluruh impor batu bara dari Korea Utara (Korut) mulai dari Minggu kemarin hingga sepanjang tahun 2017. Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan di Semenanjung Korea menyusul uji coba rudal terbaru Pyongyang pekan lalu.
Kementerian Perdagangan dan Kantor Bea Cukai China dalam pernyataan publik bersamanya mengatakan, keputusan tersebut diambil demi mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB. Tiongkok sendiri turut andil dalam merancang dan meloloskan resolusi tersebut pada November 2016.
Baca Juga
Resolusi PBB 2321 menjatuhkan sejumlah sanksi berat yang belum pernah dikenakan terhadap Korut setelah negara pimpinan Kim Jong-un itu mengabaikan larangan PBB atas uji coba rudal.
Advertisement
"Impor batu bara yang diproduksi di Korut akan ditangguhkan sepanjang tahun ini," demikian pernyataan di situs Kementerian Perdagangan China seperti dilansir CNN, Senin, (20/2/2017).
Batu bara merupakan ekspor utama Korut dan sumber penting dari mata uang asing bagi perekonomian negara itu yang rapuh. Sebagian besar ekspor batu bara Korut dikirim ke China, sekutu utama Korut.
Ri Gi-song, seorang ekonom Korut yang juga peneliti di Institute of Economics di Academy of Social Sciences berpendapat bahwa sanksi yang menghantam sektor batu bara Korut tidak akan memberikan efek besar.
"Kami telah mengekspor jumlah batu bara yang cukup, tapi tidak terlalu banyak. (Karenanya) kami tidak merasa begitu terpengaruh dengan sanksi," ujar Ri.
Lebih lanjut, Ri menjelaskan ekspor bahan baku lainnya seperti magnesit dan grafit--yang digunakan dalam produksi ponsel--sangat penting bagi sejumlah raksasa ekonomi. Korut memiliki setengah dari deposit kedua bahan baku tersebut di dunia.
Korut sendiri mengklaim kesuksesannya atas uji coba rudal balistik jarak menengah, Pukguksong-2, yang mereka lakukan pada 12 Februari lalu. Terkait hal tersebut, Beijing menyuarakan penentangannya dan bergabung bersama dengan anggota DK PBB lainnya untuk mengutuk langkah Pyongyang.
Ketika laporan uji coba rudal tersebut pertama kali muncul, otoritas di pelabuhan timur China dikabarkan telah menolak pengiriman batu bara dalam jumlah besar dari Korut. Kementerian Luar Negeri China menolak mengonfirmasi laporan tersebut, namun menegaskan sikap Beijing atas uji coba rudal Korut.
"China sepenuhnya, bersungguh-sungguh dan berkomitmen memberlakukan resolusi DK PBB, termasuk aturan soal ekspor batu bara Korut," demikian ungkap Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Geng Shuang.
Dalam pertemuan perdana antara Menlu AS Rex Tillerson dan Menlu China Wang Yi, Washington kembali menekankan ancaman program nuklir Korut.
"Menlu AS mendesak China untuk menggunakan semua alat demi melunakkan perilaku Korut," terang Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Mark Toner.
Di lain sisi, Menlu Wang berpendapat masih ada harapan untuk menyelesaikan isu program nuklir Korut melalui diplomasi dan Tiongkok bersedia memfasilitasi pembicaraan multilateral.
Sebelumnya, sejumlah kementerian China bersama-sama telah lebih dulu mengeluarkan daftar larangan ekspor ke Korut sesuai dengan Resolusi 2321. Meski demikian, hingga saat ini Beijing masih merupakan mitra dagang terbesar Pyongyang.
China digambarkan menempatkan Korut sebagai penyangga strategis antara dirinya dan Korea Selatan--yang memiliki kehadiran militer AS dalam jumlah cukup besar. Tak hanya itu, Tiongkok juga dihantui kekhawatiran akan krisis pengungsi yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi jika rezim Pyongyang runtuh.
Belakangan hubungan bilateral China-Korut diwarnai ketegangan, terutama setelah Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan setelah kematian sang ayah pada akhir 2011. Tiongkok disebut-sebut semakin frustasi dengan pembangkangan yang ditunjukkan Kim Jong-un.