Wali Kota di Prancis Terapkan Larangan Beri Makan Pengungsi

Bouchart menilai memberi makan pengungsi dapat mengancam perdamaian dan keamanan kota Calais.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Mar 2017, 16:08 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2017, 16:08 WIB
Natacha Bouchart, Wali Kota Calais menerapkan larangan memberi makan pengungsi
Natacha Bouchart, Wali Kota Calais menerapkan larangan memberi makan pengungsi (AP)

Liputan6.com, Paris - Wali Kota Calais, Natacha Bouchart melarang pemberian makanan kepada imigran. Langkah ini dimaksudkannya untuk mencegah berdirinya sebuah kamp pengungsi baru mengingat terdapat ratusan orang yang kembali ke kota pelabuhan di utara Prancis itu sejak kamp pengungsi lama dihancurkan.

Nyonya Bouchart, politisi dari Partai Les Republicains yang berhaluan kanan-tengah mengatakan ia akan menerapkan kebijakan "untuk mencegah distribusi makanan ke imigran". Para pejabat juga telah melarang badan-badan amal lokal untuk "membuka kamar mandi" mereka bagi para imigran remaja di kota itu.

"Distribusi makanan di area sekitar bekas kamp pengungsi menjadi ancaman bagi perdamaian dan keamanan...," demikian kurang lebih bunyi keputusan Bouchart seperti dikutip dari The Guardian, Jumat, (3/3/2017).

Sarah Arrom, yang telah membantu mendistribusikan makanan selama empat bulan terakhir melalui badan amal Utopia56 mengatakan, polisi menembakkan gas air mata untuk mencegah relawan mendistribusikan makanan bagi sekitar 30 remaja.

"Mereka ingin menghentikan distribusi makanan dan mereka ingin orang-orang tidak tidur di sini. Tidak pernah ada gas air mata sebelumnya ketika kami membagikan makanan," jelas Arrom.

Dalam pekan ini, dua imigran remaja ditahan polisi setelah mereka mengunjungi pusat Secours Catholique yang menawarkan pengungsi tempat untuk mandi.

"Kondisi ini menjadi lebih dan lebih pelik bagi imigran. Mereka tidak bisa tidur, tidak bisa mandi, dan jauh lebih lelah. Kami benar-benar khawatir dengan masa depan mereka," kata Arrom.

Menurut penjelasannya pula, jumlah pengungsi meningkat, namun sumbangan menyusut dan badan-badan amal tidak lagi punya kantong tidur atau selimut darurat untuk dibagikan.

Christian Salome, presiden dari badan amal Auberge des Migran mengatakan, larangan tersebut akan menjadi bencana bagi imigran anak-anak.

"Orang dewasa akan selalu menemukan cara untuk membeli makanan, namun bagi anak di bawah umur, jelas itu masalah. Mereka tidak punya uang sama sekali," tegas Salome.

Disampaikan pula oleh Salome, tidak satu pun di Calais dapat menyebut jumlah pasti imigran. "Orang-orang tiba di sepanjang waktu dan tidak banyak yang dapat melanjutkan ke Inggris," tambahnya.

Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Le Roux mengatakan selama kunjungannya ke Calais bahwa setiap pembukaan kamp imigran baru maka akan menarik lebih banyak pengungsi ke kota itu. Namun ia menegaskan, "Kami tidak akan mencegah distribusi makanan".

Meski demikian, Bouchart tetap saja bergeming dengan keputusannya. Seperti dimuat surat kabar lokal, La Voix du Nord, wali kota perempuan itu bahkan berjanji akan menerapkan langkah-langkah pencegahan distribusi makanan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya