Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Pengakuan Pemuda yang Terjebak Pemerasan Seksual Lewat Skype

Seorang pemuda Palestina yang tinggal di luar negeri menjadi korban pemerasan seksual di dunia maya.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 29 Mar 2017, 20:40 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2017, 20:40 WIB
Ilustrasi. Industri pornografi
Ilustrasi. Industri pornografi

Liputan6.com, London - Suatu malam, seorang pemuda Palestina yang tinggal di luar negeri menjadi korban pemerasan seksual di dunia maya. Pelakunya menggunakan dua hal untuk menjeratnya: kamera dan 'perempuan cantik'.

Siapa identitas sang pemuda yang jadi korban tak diungkap. Sebut saja namanya Samir. 

Seperti dikutip dari BBC, Rabu (29/3/2017), korban mengaku seorang gadis memintanya untuk jadi teman di Facebook. Ia tak merasa aneh, sebab, sebelumnya banya permintaan serupa yang dilayangkan kepadanya -- dari orang-orang yang tak dikenal atau mereka yang pernah hadir di masa lalu.

Teman barunya itu rajin mengirim pesan bahkan terang-terangan mengaku tertarik padanya. Korban pun mengecek profilnya, "Dia terlihat 'hot'," kata Samir.

Dari Facebook, perbincangan lewat teks pindah ke Skype. Gadis itu mengaku berusia 23 tahun, yatim piatu, dan tinggal bersama kakak perepuannya di Sidon, Lebanon.

Setelah berbincang-bincang, sang gadis mengaku punya hobi tak biasa: seks. "Kupikir...itu menarik," kata Samir.

Ilustrasi obrolan video menggunakan layanan media sosial. (Sumber BBC)

Namun, keduanya tak sampai saling tatap di layar komputer. 'Gadis' itu hanya bersedia mengobrol melalui pesan teks Skype.

Alasannya, "agar tak ketahuan kakak perempuannya". Kian lama obrolan makin panas.

Sejurus kemudian, menyadari bahwa Samir telah terangsang, lawan bicaranya itu meminta Samir menunjukkan kemaluannya.

'Gadis' itu pun membalas dengan menyiarkan dirinya sedang melakukan masturbasi.

Samir tergoda dan ikut melakukan masturbasi, bahkan dengan memperlihatkan wajah seperti diminta oleh lawan bicaranya di seberang sana, sambil tidak lupa menanyakan pekerjaan Samir.

Sekitar 1 jam kemudian, Samir mendapatkan pesan ancaman melalui Facebook. Pelaku mengancam akan menyebarkan videonya sedang bermasturbasi kepada teman dan kerabat yang tercantum di Facebook.

Samir diminta membayar uang senilai 5000 euro. Korban pun segera menghapus "wanita" itu dari dalam daftar kontak Skype.

Namun, tak lama kemudian muncul pesan melalui WhatsApp.

Bukan Satu-satunya

Samir bukan satu-satunya korban. Kelompok pemeras memang mengincar pria, juga para wanita yang diduga berasal dari kalangan masyarakat paling konservatif di dunia.

Caranya, memeras dengan memanfaatkan rasa malu.

Samir mencoba melawan dan menantang pelaku itu untuk mengunggah video dirinya sedang bermasturbasi melalui Skype.

Ia berpikir, kiriman ke rekan-rekannya mungkin akan diseleksi oleh Facebook.

Tapi, pelaku kemudian menggunakan WhatsApp untuk mengirimkan suatu tautan (link) ke laman YouTube. Samir melawan dengan mengadukan konten pornografi ke situs berbagi media, berulang kali.

Terbayang oleh Samir jika para teman dan kerabat sempat menonton video dirinya sedang melakukan masturbasi. Apalagi jika tayangan itu sempat ditonton ibunya.

Setelah video itu ditarik Samir mengira ia telah bebas. Apalagi, ia bukan korban yang memiliki uang yang cukup untuk diperas.

Pelaku itu pun sesumbar, "Kamu kira saya tidak mengincar para pria kaya di negara-negara Teluk? Tentu saja saya melakukan itu."

"Kamu beruntung, dari laman Facebookmu aku mengetahui bahwa kamu belum menikah. Kalau bukan demikian, aku akan meminta jauh lebih banyak."

Oued Zem, kota kecil yang dijuluki ibukota pemerasan daring. Terletak di Maroko. (Sumber Google Maps)

Menurut tulisan Reda el Mawy di BBC, si "gadis Lebanon berusia 23 tahun" itu kemungkinan besar adalah seorang pemuda dari Oued Zem, kota kecil di tengah-tengah Maroko yang sekarang dikenal sebagai ibukota pemerasan seksual--dikenal dengan istilah "sextortion."

Para penipu di sana merambah Facebook untuk menjebak korbannya. Ketika ada pria yang menjawab panggilan video, baik melalui Skype maupun Facebook, mereka menjalankan program komputer yang menayangkan video seorang wanita seksi sedang mengobrol melalui video. Video itu sendiri dibajak dari situs webcam pornografi.

Para penjahat itu sudah hafal dengan isi video sehingga bisa mengajak korban bertukar pesan, seakan-akan pesan yang berasal dari wanita yang sedang mengetik dalam video bajakan tadi.

Menurut salah satu penipu dengan nama samaran Omar, "Kami meminta korban untuk membuka pakaian dan pamer gaya mesum."

"Penting agar kelaminnya terlihat ketika ia sedang bergaya mesum. Rekaman dilakukan dengan tampilan wajahnya sehingga dipercaya orang."

"Ketika rekaman tuntas, kami mengunggah video ke YouTube dan mengirim pesan privat kepadanya. Ancaman pun dimulai. Kami memerlukan 20 menit untuk mengobrol, 20 untuk video, dan 20 menit untuk mengancam dan tawar menawar. Mereka semuanya membayar."

Omar menambahkan, "Titik lemah orang Teluk adalah seks. Jadi, kalau tahu kelemahannya, manfaatkanlah. Mereka sangat taat."

Omar mengaku meraup sekitar US$ 500 setiap hari dari tipuan itu dan ada ratusan pemuda lain di Oued Zem yang melakukan hal serupa. Ada banyak kantor pengiriman uang di kota itu.

Menurut seorang pemilik kantor penukaran, ia menerima sekitar US$ 8500 setiap hari, sebagian besar adalah uang hasil pemerasan.

Perlawanan Netizen

Wayne May yang menjalankan komunitas daring bernama Scam Survivors menawarkan nasihat dan dukungan bagi para korban pemerasan daring tontonan masturbasi.

Sejak 2012, ia menerima lebih dari 14 ribu permintaan tolong dari para korban di seluruh dunia, kebanyakan berasal dari kaum pria Arab. Menurutnya, sepertiga dari tipuan (scam) itu berasal dari Maroko.

Sebelum maraknya media sosial, Oued Zem mengandalkan pemasukan dari kiriman para pekerja di Eropa. Setelah krisis ekonomi 2008, kiriman menyusut bersamaan dengan semakin lazimnya Facebook dan webcam sebagai sarana komunikasi.

Pegiat buruh Salaheddin El-Kennan maklum mengapa kaum muda di sana melakukan pemerasan walaupun ia tidak menyetujuinya.

Katanya, "Angka pengangguran di kota itu lebih tinggi daripada di tempat lain. Secara nasional, angka pengangguran adalah 8,7 persen sedangkan angka di sana diduga sekitar 60 persen."

Omar, penipu yang berbicara kepada BBC, mengaku bahwa ia tidak bangga dengan apa yang dilakukannya dan ingin berhenti.

Dengan kecerdasan, kelugasan, dan kefasihannya dalam urusan teknologi, bisa dibilang Omar sebenarnya dapat dengan mudah meraup US$ 500 per hari dengan bekerja legal di tempat lain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya