Kisah Bangsawan Inggris Korban Pertama 'Kutukan' Mumi Tutankhamun

Lord George Herbert adalah penyandang dana ekskavasi makam Tutankhamun. Ia konon jadi korban kutukan sang firaun.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 04 Jun 2017, 19:12 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2017, 19:12 WIB
Lord George Herbert, penyandang dana ekskavasi makam Firaun Tutankhamun
Lord George Herbert, penyandang dana ekskavasi makam Firaun Tutankhamun (Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kastil tua nan megah tampil dalam drama televisi Downton Abbey. Namanya, Highclere Castle yang terletak di Hampshire, Inggris.

Bangunan yang dikelilingi taman megah tersebut diwariskan secara turun-temurun kepada para Earl of Carnarvon. Yang paling terkenal dari mereka adalah Earl ke-5 George Herbert -- atas keterlibatannya dalam ekskavasi makam Tutankhamun di Lembah Para Firaun (Valley of the Kings).

Seperti dikutip dari The Vintage News, Sabtu (3/6/2017), George adalah seorang ahli Mesir amatir yang antusias. Ia mengawali ekskavasi pada 1906 di Thebes.

Sebagai seorang amatir, George merasa bahwa dia memerlukan bantuan para ahli. Maka, ia meminta Howard Carter, mantan pejabat Departemen Barang Antik di Mesir untuk bergabung.

Carter kemudian mengenalkan Sang Earl ke Gaston Maspero, direktur Departemen Barang Antik kala itu.

George meminta Maspero menjadi supervisornya, dan berdua mereka mempublikasikan banyak karya, yang di antaranya memuat temuan makam dari Dinasti ke-12 dan 18 Mesir pada 1912. Buku itu berjudul, Five Years’ Exploration at Thebes.

Pada 1914, Sang Earl mendapatkan konsesi untuk mengekskavasi Lembah Para Firaun. Bersama Howard Carter, mereka akhirnya menggali makam Tutankhamun. Di dalam liang kubur megah itu juga ditemukan sejumlah harta karun paling luar biasa dalam sejarah arkeologi.

Kamar makam di mana mumi Tutankhamun berada dibuka pada 16 Februari 1923 dan sarkofagusnya ditemukan pada 3 Januari 1924.

"Nah, bisakah kamu melihat sesuatu?," tanya Earl saat kamar makam dibuka, seperti dikutip dari Telegraph. "Ya," jawab Carter.

Lalu, saat Carter melambaikan lilinnya dan menangkap kilatan emas, ia berkata, "Hal yang sungguh luar biasa." 

Topeng emas Raja Tutankhamun diperlihatkan di museum Mesir di Kairo, Rabu (16/12). Topeng bersejarah yang berusia 3.300 tahun itu ditunjukkan kepada wartawan setelah sebelumnya lebih dari dua bulan diperbaiki di bagian jenggotnya. (AFP/MOHAMED EL-SHAHED)

Saat menyaksikan pembukaan kamar makam itulah, seekor nyamuk menggigit sang bangsawan. Tak disangka, gigitan makhluk kecil itu menyebabkan infeksi.

Pada 5 April 1923, George HerbertEarl of Carnarvon meninggal dunia di kamar hotelnya di Continental-Savoy Hotel, Kairo.

Kejadian tragis tersebut memicu kisah Curse of Tutankhamun atau Mummy’s Curse -- Kutukan Mumi Firaun Tutankhamun.

Saat itu diyakini, kutukan konon akan menimpa siapapun yang berani mengganggu makam salah satu penguasa Mesir Kuno itu.

Diyakini bahwa banyak arkeolog atau penjarah harta karun jatuh sakit atau bahkan meninggal dunia.

Kasus kematian George Herbert memicu perdebatan sengit, apakah kutukan itu nyata atau tidak. Namun, para sejawaran langsung mengatakan, kabar itu bohong belaka.

Namun, kehebohan soal kutukan berkembang dengan cepat. Apalagi, dua pekan sebelum kematian Earl, Marie Corelli menulis sebuah surat yang secara kreatif menguraikan gagasan tentang sebuah kutukan, yang diterbitkan di majalah New York World.

Dalam surat tersebut, dia mengutip sumber yang tidak jelas, yang menyebut bahwa siapapun yang mengganggu makam Firaun tidak akan luput dari azab.

Segera setelah suratnya diterbitkan, sebuah mumi dikeluarkan dari Palazzo Chigi. Jasad yang diawetkan itu adalah hadiah dari Mesir untuk Benito Mussolini.

Firaun Tutankhamun (Ashmolean Museum)

 

Studi selanjutnya menunjukkan, dari 58 orang yang berada di sana saat ekskavasi, hanya delapan yang meninggal dalam kurun waktu belasan tahun. Yang lainnya masih hidup, termasuk Howard Carter.

Namun, ada sejumlah insiden yang menguatkan isu soal kutukan. Misalnya, kisah George Jay Gould I, yang meninggal pada 1923 akibat demam, setelah ia berkunjung ke makam Tutankhamun.

Sangkakala Perang Dunia II

Fakta menyebut, sejumlah orang terkait pembukaan makam tersebut satu per satu meninggal dunia. Dengan penyebab yang misterius. Dari penjaga keamanan hingga arkeolog.

Salah satu yang tewas adalah Lord George Herbert yang mendanai proyek arkeologi itu. Ia meninggal pada 25 Maret 1923, setahun setelah makam Tut dibuka. "Banyak orang menyebut, kematiannya misterius, namun nyatanya, ia menderita sakit sebelum tiba di Kairo. Tewas akibat penyakit yang berkaitan dengan nyamuk," demikian dimuat LiveScience.

Namun, Howard Carter, arkeolog yang membuka langsung kamar makam itu hidup hingga 1939, 16 tahun setelah ia menemukan kuburan Tut. Ia meninggal di usia 64 tahun akibat kanker.

Ide bahwa ia korban kutukan dicetuskan tokoh terkenal, penulis novel Sherlock Holmes, Sir Arthur Conan Doyle. Juga dari Carter sendiri, untuk menjauhkan orang-orang dari temuan berharganya kala itu.

Trompet Firaun Tutankhamun pernah dimainkan pada 1939

Tak hanya 'kutukan' yang isunya bisa memicu kematian mereka yang berani mengusik tidur panjang sang firaun. Konon, di dalam makam Tutankhamun ada sangkakala yang bisa memicu perang dunia. 

Seperti dikutip dari situs Ancient Origins, para arkeolog menemukan satu set trompet yang terbuat dari kayu, perak, dan perunggu -- dua yang terakhir ditemukan utuh.

Lebih dari 3.000 tahun, trompet-trompet itu terbaring membisu di Lembah Para Firaun atau Valley of the Kings, di dekat mumi penguasa yang yang mati muda.

Kedua terompet yang utuh itu dihias dengan penggambaran dewa Mesir -- yang terkait dengan aksi militer.

Suara salah satu terompet pernah direkam pada 1939 oleh BBC Radio -- sehingga seluruh orang di dunia bisa mendengar instrumen kuno itu.

Kala itu, badan urusan purbakala Mesir atau Egyptian Antiquities Service meyakinkan BBC, untuk menyiarkan suara salah satu trompet kuno -- sehingga 150 juta pendengar radio di seluruh dunia bisa mencicipi pengalaman kembali ke masa Mesir Kuno pada Minggu malam itu.

Beberapa bulan setelah alat musik tersebut dibunyikan, Perang Dunia II pecah -- yang kemudian melatarbelakangi legenda bahwa trompet Firaun Tutankhamun punya kekuatan magis memicu pertempuran juga konflik. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya